dikonsumsi diatas 5 kg setiap harinya dan dari 3 sampel selai roti tidak bermerek dapat dikonsumsi diatas 7 kg setiap harinya.
Selai roti bermerek dan tidak bermerek yang dianalisa memiliki kadar siklamat berbeda-beda dan bervariasi dalam produk yang terpisah walaupun dengan
rasa yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh keinginan dan bagaimana produsen mendapatkan rasa yang mereka inginkan.
5.3. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Natrium Benzoat Dan Siklamat Pada Selai Roti
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti dengan 16 orang penjual yang berjualan selai di pasar petisah
diketahui bahwa pengetahuan responden mengenai natrium benzoat dan siklamat sudah baik. Responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 12 orang 75,0
dan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang 25,0. Hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden tentang BTM
sudah baik, sebagian besar responden menjawab dengan benar. Pengetahuan responden tentang natrium benzoat dan siklamat pada makanan sebagian besar
responden sudah mengetahui pengertian natrium benzoat dan siklamat serta kegunaannya. Pengetahuan responden yang masih kurang baik dapat dilihat dari
pertanyaan mengenai dampak langsung dan dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan jika mengkonsumsi natrium benzoat dan siklamat dalam jumlah yang
melebihi batas maksimum. Batas maksimum natrium benzoat dan siklamat yang digunakan untuk
makanan responden sudah mengetahui karena di setiap kemasan telah tercantum
Universitas Sumatera Utara
berapa banyak yang akan digunakan untuk setiap 1 kg berat makanan. Responden
mengatakan mereka mengetahui informasi tentang BTM seperti natrium benzoat dan siklamat dari pengalaman berdagang, teman di tempat kerja, pembeli, dan media
elektronik. Dampak yang ditimbulkan jika mengkonsumsi natrium benzoat dan siklamat
secara berlebihan responden tidak mengetahuinya karena kurangnya informasi yang mereka baca dari media cetak ataupun media informasi lainnya. Banyak pembeli
lebih memilih bahan makanan seperti selai roti dan bahan makanan lainnya yang tidak memiliki merek dagang atau yang berasal dari industri rumahan, karena
harganya lebih murah dibandingkan dengan yang memiliki merek. Berdasarkan Notoadmodjo 2003, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan hasil penginderaan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, yang memberikan informasi tertentu kepada seseorang dan
menjadi pengetahuannya. Penginderaan tersebut dapat bersumber dari pengalaman yang ada, baik berupa pengalaman belajar, bekerja serta aktivitas dan interaksi lain
dalam kehidupan sehari-hari. Green menyebutkan dalam Notoadmodjo 2003 menyebutkan bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku seseorang. Notoadmodjo 2003 juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang akan
lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari oleh tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan