“Sebuah Berita” Perilaku Tokoh Utama dalam Menyikapi Masalah yang dihadapinya

49 tersebut adalah rasa bosan yang menghinggapi diri tokoh Aku sehingga tokoh Aku melepaskan artibut resminya. Nilai suatu yang dulu kumiliki, baru sekarang ini aku rasakan kehebatannya. Sudah terlambat untuk merebutnya kembali. Menggapai-gapai yang sudah terlalu jauh itu akan membuatku selalu terkapai-kapai dan kamera-kamera foto, tv dan film kembali akan diarahkan padaku, semata-mata berdasrkan kemanusiaan. Belas kasihan dan kemanusiaan akan mengisi kolom-kolom surat kabar dalam komentar-komentar yang ditulis. Ini yang paling kutakutkan, walaupun kegairahan untuk terus menggapai atau merenggut apa yang sudah kulemparkan masih tetap berkobar. “Ternyata kau menyesal,” kata yang tidak setuju. “Tidak,” teriakku menggema. Kebohongan telah menjadi harta milikku yang baru dan anehnya aku senang dengan kebohongan itu. Aku menyesal. Status:100. Kutipan di atas menjelaskan tokoh Aku menyesal telah melemparkan status sosialnya. Tokoh Aku mulai menyadari kehebatan dari status sosialnya dulu dan merasa sudah terlambat untuk merebutnya kembali. Banyak orang yang menyayangkan keputusan yang diambil tokoh Aku dan mengatakan bahwa tokoh Aku menyesal telah melemparkan status sosialnya. Tokoh Aku kemudian berbohong bahwa dia tidak menyesal, padahal sebenarnya tokoh Aku sangat menyesali keputusan yang telah diambilnya. Perilaku bohong tokoh Aku timbul karena tokoh aku merasa malu untuk mengakui bahwa dia sangat menyesal.

4.2.4 “Sebuah Berita”

Cerpen “Sebuah Berita” ini menggambarkan tentang perilaku tokoh aku yaitu seorang penyiar radio merasa jemu dengan atasan yang birokratis dengan aturan-aturan yang kaku. Tokoh Aku juga merasa sangat bersalah dan berdosa, Universitas Sumatera Utara 50 karena tidak dapat menyiarkan sebuah berita keluarga. Hal tersebut dapat diperhatikan pada kutipan berikut. Menjemukan, itulah kata yang paling tepat kita berikan pada atasan yang seperti ini. Untuk orang-orang radio, berhadapan dengan prosedur seperti ini adalah sangat tidak mengenakkan sama sekali. Tapi masa bodoh, pikirku, aku toh bukan bekerja untuk dia. Dan sikap masa bodoh ini, ternyata membawa hasil yang baik, karena dengan sikap ini yang menyebabkan aku dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Segalanya berjalan dengan lancar selama aku mengambil sikap masa bodoh ini, sampai pada suatu hari, hari menyebabkan kau sulit untuk melupakan prosedur yang bekerja terlalu birokratis dengan disiplin yang kaku Sebuah Berita:94. Kutipan di atas menjelaskan perilaku tokoh Aku yang mengambil suatu keputusan pada pekerjaannya yaitu sikap masa bodoh. Sikap masa bodoh ini muncul karena tokoh Aku menemui atasan yang birokratis terhadap aturan-aturan yang ada di kantornya. Sikap masa bodoh ini sangat membantu tokoh Aku dalam melaksanakan pekerjaannya. Sehingga semua berjalan sesuai dengan keinginan tokoh Aku. Aku mengambil kertas yang dipegangnya, membacanya dan kemudian memandang wajah anak itu. Aku memegang sebuah berita keluarga, yang ditujukan kepada ayahnya, mengabarkan ibunya sedang sakit keras. -Berita ini memang tidak dibayar dik, kataku. -Kalau begitu tolonglah kak, katanya lagi penuh harap. -Adik bawa surat dokter? Tanyaku. -Untuk apa kak? -Untuk membenarkan sakit kerasnya ini. -Ibu tidak dirawat dokter kak. Universitas Sumatera Utara 51 Aku mengerut kening. Aku mesti menolong anak ini, pikirku. Berita ini harus sampai pada ayahnya, sebelum terjadi apa-apa dengan ibunya yang sakit itu. -Kalau begitu beginilah, kataku. Coba minta surat dari penghulu kampung untuk membenarkan bahwa ibumu sakit keras, kataku menjelaskan. Begitu peraturannya, kataku lagi Sebuah Berita:95. Kutipan tersebuat menjelaskan bahwa tokoh Aku memiliki perilaku yang baik. Tokoh Aku mengerti dengan keadaan yang sedang dialami oleh anak tersebut. Dia ingin sekali membantu, tetapi terbentur dengan peraturan yang ada dikantornya. Kemudian tokoh Aku memberi saran agar anak tersebut meminta surat yang membenarkan bahwa ibunya sedang sakit keras kepada penghulu kampung. Namun hal tersebut tidak dapat terlaksana karena situasi yang sudah larut malam. Dalam hal ini, perilaku yang dimiliki tokoh Aku muncul karena adanya rangsangan atau stimulus yaitu ketika seorang anak ingin mengabarkan keadaan ibunya yang sedang sakit keras melalui siaran radio. Hal tersebutlah yang menyebabkan munculnya perilaku tokoh Aku yang ingin membantu. Namun terkendala oleh peraturan yang sudah ada didalam kantor tersebut. Aku tertegun. Aku menatap matanya dan aku merasa berdosa. Anak yang tidak berdosa ini, sama sekali tidak mengetahui, bahwa berita yang diberikannya sama sekali tidak disiarkan. Sebuah berita sedehana yaitu berita keluarga yang tidak dapat disiarkan karena peraturan yang kaku di kantor kami. -Tolonglah kak, katanya. Ini surat penghulunya, saya usahakan juga untuk mengambilnya mala mini. Sekali lagi aku membaca surat itu. Ibunya telah meninggal dunia, setelah tiga hari sakit keras. -Pulanglah, kataku. Sebentar lagi kami siarkan, balasku. Sambil menangis dia meninggalkanku sampai dia hilang di kegelapan malam dengan sepedanya Sebuah Berita:97. Universitas Sumatera Utara 52 Kutipan di atas menjelaskan tokoh Aku merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat menyiarkan sebuah berita keluarga. Tokoh Aku tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantu anak tersebut karena peraturan yang kaku di kantornya. Perilaku tokoh Aku yang tidak dapat berbuat apa-apa tersebut terjadi karena tokoh Aku tidak dapat melanggar peraturan yang sudah ditetapkan di kantornya. Dalam hal ini, tokoh Aku sangat tertekan karena tidak dapat menyiarkan sebuah berita keluarga dan tokoh Aku merasa berdosa karena seorang ibu meninggal karena Tokoh Aku tidak dapat menyiarkan berita tersebut kepada suaminya. Hal tersebut dapat terjadi karena peraturan yang kaku dalam sebuah kantor. Tokoh Aku merasa sangat berdosa meskipun hal tersebut di luar sadarnya.

4.2.5 “Bisu”