9
2.1.4 Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia dilahirkan dengan berbagai watak
atau karakteristik yang membedakannya dengan hewan dan sesamanya. Tidak dapat disangkal bahwa watak dapat menentukan perilaku akan tetapi perilakulah
yang menentukan pengembangan diri seseorang. Dalam tingkat yang paling sederhana karakteristik ini membatasi kemungkinan perilaku manusia dan
rangsangan yang muncul. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar
Notoatmodjo, 2007:38. Menurut Sigmund Freud dalam Suryabrata, 1983:183 dasar perilaku
adalah insting inborn motives yang bertempat dalam alam ketidaksadaran. Ketidaksadaran adalah ciri utama psikoanalisis, khususnya yang diajarkan Freud,
yang membedakan dengan teori-teori lainnya. Ada dua jenis insting atau naluri, yaitu “eros” naluri kehidupan untuk mempertahankan kelangsungan individu
atau spesies dan “tanatos” naluri kematian, dorongan menghancurkan yang ada pada diri setiap manusia dan dinyatakan dalam perkelahian, pembunuhan, perang,
sadisme dan sebagainya.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang dipergunakan dalam pembahasan ini adalah psikologi sastra. Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
10
dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1. pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya
sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3. Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca Endraswara, 2008:99.
Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya
sastra itu. Kejiwaan para tokoh dalam karya itu sekaligus merupakan implementasi kehidupan nyata manusia dan sekaligus merupakan gejala
psikologis sosial dari masyarakatnya. Pendekatan tekstual pada awalnya memang tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip Freud tentang psikoanalisis, sebab
pendekatan tekstual yang paling awal digunakan dalam memahami psikologis ataupun kejiwaan tokoh. Buku Freud tentang interpretasi jiwa telah banyak
mengilhami para peneliti psikologi. Dalam penelitian psikologi sastra, para peneliti harus mampu menggali sistem berpikir, logika, angan-angan, dan cita-cita
hidup yang ekspresif. Hubungan antara psikologi dengan sastra sebenarnya telah lama ada,
semenjak usia ilmu itu sendiri. Akan tetapi penggunaan psikologi sebagai sebuah pendekatan dalam penelitian sastra belum lama dilakukan. Menurut Robert
Downs dalam Abdulrahman, 2003:1 bahwa psikologi itu sendiri bekerja pada suatu wilayah yang gelap, mistik dan paling peka terhadap bukti-bukti ilmiah.
Wilayah yang gelap itu memang ada pada manusia, dari wilayah yang gelap itulah kemudian muncul perilaku serta aktivitas yang beragam, termasuk perilaku baik,
buruk, kreatif, bersastra dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
11
Kehidupan manusia tidak pernah jauh dari tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Proses perjalanan
kehidupan manusia merupakan gambaran jiwa yang ada pada diri manusia itu sendiri.
Menurut Hardjana 1991:60 pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari
asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan.
Di sini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan ke dalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan
untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan lainnya.
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund Freud, dalam Suryabrata, 1983:145 ada tiga komponen
kepribadian, yaitu Id yang selalu berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri pleasure principle, termasuk di dalamnya naluri seks dan agresivitas, ego
yang selalu berorientasi pada kenyataan reality principle, dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku moral standard. Ketiga
komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak
menyalurkan energi naluri ke dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam
kehidupan dunia fiksi. Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.
Universitas Sumatera Utara
12
Meski pertarungan id, ego dan super ego dalam diri setiap tokoh atau antara tokoh satu dengan tokoh yang lain melalui proses rumit, tetapi sebuah teori
yang dikembangkan oleh Freud yaitu psikoanalisis, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menganalisisnya dan mencoba menjabarkan watak yang dimiliki
tokoh. Penganalisisan karya sastra dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund
Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan
nyata. Pendekatan psikoanalisis digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili
watak manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita. Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli dan teliti. Hal
tersebut dilakukan karena objek dalam pengkajian psikoanalisis adalah ilmu jiwa.
2.3 Tinjauan Pustaka