Menurut Khumaidi 1994 dalam Syahril 2013, tidak ada satu pun makanan yang mengandung keseluruhan zat gizi yang diperlukan
untuk tubuh manusia. Untuk itu diperlukan keberagaman jenis dan frekuensi konsumsi bahan makanan sehari-hari agar seluruh kebutuhan zat
gizi dapat terpenuhi.
5.2.3 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan Pola Makan
Pada penelitian ini cakupan pola makan yang dinilai adalah jumlah energi, karbohidrat, protein, lemak dan zat besi. Dari hasil penelitian ini
terlihat bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pola makan responden.
Daba dkk 2013 mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pola makannya. Seorang ibu hamil dengan
pengetahuan tentang nutrisi yang baik akan cenderung mengubah pola makannya menjadi lebih baik. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa
semakin baik pengetahuan seseorang juga menyebabkan perubahan pada pola makan Mirsanjari et al, 2012.
Hasil penelitian-penelitian sebelumnya berbeda dengan apa yang didapatkan oleh peneliti. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
kurang lengkapnya pengisian formulir food recall. Salah satu kelemahan dari food recall adalah responden tidak dapat mengingat dan menyebutkan
dengan lengkap seluruh makanan yang dikonsumsinya pada hari yang sudah lalu. Individu cenderung tidak melaporkan konsumsi makanan
mereka dengan teliti sepanjang 24 jam, dengan berbagai pertimbangan berhubungan dengan memori, situasi saat wawancara, dan kebingungan
Takwin et al, 2013. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa jumlah responden
dengan jumlah energi yang cukup sebanyak 24 responden 53,3 dari total responden. Sedangkan jumlah responden dengan pengetahuan nutrisi
Universitas Sumatera Utara
yang baik dan memiliki jumlah energi yang cukup hanya 15 responden 60. Menurut Simarmata 2008, walaupun jumlah energi sudah cukup
tetapi bila tidak diikuti dengan pengetahuan nutrisi yang baik tetap dapat mengakibatkan masalah gizi.
Dasuki,dkk 2005 pada penelitian pola konsumsi makan wanita hamil di Purworejo mendapati bahwa mayoritas pola konsumsi ibu hamil
adalah tinggi karbohidrat, sementara untuk tingkat konsumsi karbohidrat dan lemak pada penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden
memiliki tingkat asupan yang masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang bervariasi. Jenis dan frekuensi makanan
yang dikonsumsi responden dapat dilihat dari tabel hasil distribusi frekuensi dan jenis makanan Tabel 5.8.
Tingkat konsumsi protein pada responden penelitian ini mayoritas sudah cukup. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis dan frekuensi
makanan yang dikonsumsi responden cukup beragam. Ini terlihat dari tabel 5.8 dimana protein didapatkan dari beragam jenis makanan seperti
ikan yang hampir setiap hari dikonsumsi, diikuti dengan tempe, tahu, telur, dan ayam.
Untuk tingkat asupan zat besi pada responden masih dalam kategori kurang. Darnton-Hill dkk 2005 mengemukakan bahwa salah
satu penyebab defisiensi vitamin dan mineral selama masa kehamilan adalah akibat faktor ekonomi dan sosial seorang ibu hamil.
Salah satu indikator keberhasilan pola makan adalah peningkatan berat badan pada ibu hamil. Menurut Prawirohardjo 2011, pada trimester
ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan mencapai kenaikan berat badan sebesar 0,4 kg per minggu, sementara pada
perempuan dengan gizi kurang dianjurkan mencapai kenaikan sebesar 0,5 kg per minggu, dan pada perempuan dengan gizi lebih dianjurkan
mencapai kenaikan sebesar 0,3 kg. Dari data berat badan, tinggi badan,
Universitas Sumatera Utara
serta indeks massa tubuh responden penelitian sebelum kehamilan dan selama kehamilan, telah diamati bahwa mayoritas responden sebanyak 34
orang telah mencapai peningkatan berat badan yang sesuai dengan rekomendasi 75,6 Tabel 5.9, akan tetapi terdapat 11 responden yang
masih belum mengalami peningkatan berat badan yang sesuai. Hal ini dapat dipicu oleh rendahnya pengetahuan ibu hamil itu sendiri, serta dapat
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
5.2.4 Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Pola Makan Ibu Hamil