Latar Belakang EFEKTIVITAS KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA BURUH TANI DI KECAMATAN MANTINGAN KABUPATEN NGAWI

xii I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor utama yang diusahakan di Indonesia, Besarnya kontribusi sektor pertanian mestinya menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk membangkitkan sektor pertanian. Komitmen Kabinet Indonesia Bersatu yang telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian dan Perdesaan dalam prioritas pembangunan ekonomi nasional 2005-2009 sebagai kebijakan nasional untuk meletakkan kembali sektor pertanian sebagai sektor andalan perlu terus ditumbuhkembangkan Bahri, 2007. Dalam pertanian tidak semua petani memiliki lahan pertanian, mereka adalah buruh tani. Buruh tani adalah petani yang mengerjakan lahan pertanian yang bukan miliknya sendiri, baik dengan cara menyewa, bagi hasil ataupun melakukan pekerjaan-pekerjaan pada tiap tahapan budidaya pertanian. Para petani pemilik tanah sudah jarang yang bersedia untuk menggarap lahannya sendiri, sehingga para buruh tanilah yang berperan penting dalam sektor pertanian. Menurut Soejanto dalam Mardikanto dan Sutarni, 1982, buruh tani adalah golongan petani yang paling miskin, karena tidak memiliki lahan pertanian sendiri, serta sangat tergantung pada petani pemilik lahan. Terutama di daerah pedesaan yang mana buruh tani adalah pekerja musiman yang pendapatannya tergantung pada ketersediaan pekerjaan di sektor pertanian. Dalam hal ini golongan buruh tani merupakan jumlah tenaga kerja terbesar yang ada di sektor pertanian. Apriantono 2007 tujuh puluh persen dari masyarakat miskin Indonesia adalah petani, terutama buruh tani yang jumlahnya sangat besar dan memang rawan terhadap kemiskinan Peningkatan kesejahteraan buruh tani adalah bagian dari tujuan pembangunan pertanian. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak BBM yang dimulai pada awal bulan April tahun 2001 dan kenaikan bertahap pada tahun-tahun berikutnya, berdampak pada sektor pertanian baik langsung maupun tak langsung. Dampak langsung terjadi pada harga sarana produksi pertanian seperti solar yang digunakan sebagai bahan 1 xiii bakar mesin sedot air. Dampak tak langsung terjadi pada biaya pengangkutan saprodi serta hasil pertanian, dimana alat pengangkutan menggunakan BBM yang harganya mengalami kenaikan. Kenaikan harga BBM akan mempengaruhi harga-harga kebutuhan lain termasuk sarana produksi pertanian. Hal ini menyebabkan kenaikan biaya produksi usahatani, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Biaya produksi yang meningkat sementara tidak diimbangi dengan peningkatan produksi maupun harga panen yang cenderung tetap, mengakibatkan pendapatan usahatani mengalami penurunan, tidak terkecuali pendapatan buruh tani sebagai pekerja sektor pertanian. Kehidupan yang pada awalnya sudah sulit sebagai buruh tani diperparah dengan berkurangnya pendapatan dan selanjutnya menurunkan daya beli buruh tani, sehingga banyak kebutuhan-kebutuhan hidup yang semakin tidak terpenuhi karena dampak kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM pada saat bersamaan semakin menambah beban masyarakat yang sampai saat ini masih juga menanggung beban krisis ekonomi. Kenaikan harga BBM yang terjadi semenjak tahun 2001 telah mengakibatkan efek domino di masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial-politik. Secara ekonomi, kenaikan tersebut mengakibatkan kenaikan harga-harga barang dan jasa inflasi, bahkan kenaikan tersebut bisa tak terkendali menyusul kenaikan BBM itu Mubarok, 2003. Selama ini, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM diikuti oleh kenaikan harga-harga produk di sektor lain. Kelompok miskin juga yang akan menjadi korban dari kebijakan tersebut. Menurut Prasetyantoko 2005, kenaikan harga BBM akan berbuntut panjang, dimana isu kenaikan harga BBM dijadikan sebagai permainan politik oleh DPR yang sampai sekarang belum diketahui arah dan tujuannya. Rumah tangga miskin sebagai kelompok yang paling parah terkena dampak dari kebijakan tersebut. Berangkat dari kondisi tersebut, pemerintah sebagai penentu kebijakan berusaha memberikan pelayanan serta terobosan untuk mengatasi kondisi krisis. Pemerintah memberikan pelayanan-pelayanan diberbagai sektor kehidupan untuk mengatasi krisis ini agar kesejahteraan xiv rumah tangga miskin tidak semakin terpuruk. Pelayanan-pelayanan tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk program pembangunan ataupun program- program kompensasi lainnya. Buruh tani adalah golongan masyarakat miskin, yang terutama berada di wilayah pedesaan. Untuk itu pemerintah berusaha memberikan program-program bantuan yang sasarannya terbanyak adalah untuk rumah tangga buruh tani di wilayah pedesaan. Pemerintah sebagai penentu kebijakan mencoba melaksanakan berbagai program kompensasi untuk mengatasi kenaikan harga BBM ini. Baik itu program yang secara langsung memberikan subsidi berupa materi seperti program Bantuan Langsung Tunai BLT, Program Beras Miskin, maupun Program Pendidikan. Selain itu juga program–program seperti kartu sehat yang hanya bisa digunakan ketika penggunanya, dalam hal ini adalah anggota rumah tangga buruh tani menderita sakit dan membutuhkan pengobatan. Program padat karya yang memerlukan korbanan berupa tenaga untuk mendapatkan kompensasi. Rumah tangga buruh tani yang tergolong masyarakat miskin tentunya juga merupakan penerima dari program-program kompensasi tersebut. Program-program kompensasi tersebut diharapkan dapat mengatasi kondisi kesejahteraan buruh tani yang semakin menurun dengan kenaikan harga BBM. Menurut Lestari 2004, pada kenyataanya mekanisme kompensasi tidak luput dari berbagai bentuk penyelewengan yang akan berdampak pada penyimpangan distribusi dari target person yang seharusnya yang kemudian berakhir pada keefektifan subsidi itu sendiri. Mengingat ada banyaknya indikasi penyimpangan yang terjadi dalam penyaluran program kompensasi, maka keefektifan dari program ini masih dipertanyakan. Kesejahteraan buruh tani di wilayah penelitian masih rendah sehingga bantuan program ataupun subsidi dari pemerintah sangat dibutuhkan. Sebagian besar buruh tani di wilayah penelitian tidak memiliki lahan sawah dan hanya beberapa saja yang memiliki tegal. Lahan tegal di wilayah penelitian merupakan pembukaan hutan yang dilakukan oleh perorangan. Pekerjaan sebagai buruh tani dilakukan pada saat-saat tertentu diselingi dengan pekerjaan di tegal. Rumah tangga buruh tani dengan kondisi rumah xv yang kurang layak huni menyebabkan keluarga mudah sakit serta pola makan yang tidak teratur semakin mempersulit kehidupan. Kecamatan Mantingan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ngawi yang mendapatkan program-program kompensasi khusus dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai Efektivitas Kompensasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Tani di Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi.

B. Perumusan Masalah