Analis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Biaya Input dan Output Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

(1)

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR

MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT AYAM

BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

(Studi kasus: Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

NIDYA DIANI 110304102

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

ANALISI DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK

(BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT AYAM BROILER


(2)

(Studi kasus: Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

NIDYA DIANI 110304102 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap biaya input dan output ayam broiler (Studi Kasus: Kecamatan Galang.

Kabupaten Deli Serdang) NAMA MAHASISWA : NIDYA DIANI

NIM : 110304102

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Iskandarini, MM, P.hD ) (Ir Luhut Sihombing, MP) NIP. 195411111981031001 NIP. 196510081992031001

Mengetahui : Program Studi Agribisnis

Ketua/Sekretaris

(Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP. 195702171986032001


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.

Pada Tanggal

Panitia Penguji Skripsi

Ketua : Ir. Iskandarini, MM, P.Hd

Anggota : 1. Ir. Luhut Sihombing, MP

Mengesahkan Departemen Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP. 195702171986032001


(5)

ABSTRAK

NIDYA DIANI (110304102) dengan judul skripsi “ANALISIS PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)” yang dilakukan pada Bulan Mei 2014 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, P.Hd dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP

Kebijakan Perubahan harga Bahan Bakar Minyak yang terjadi dalam kurun waktu bulan November 2014 sampai dengan bulan May 2015 memberikan dampak pada usahatani peternakan ayam broiler. Karena Bahan Bakar Minyak merupakan input usahatani ayam broiler, Perubahan harga Bahan Bakar Minyak yang terjadi berfluktuasi dalam waktu dekat memberikan pengaruh kepada biaya input dan output ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap biaya input usahatani ayam broiler, volume produksi ayam broiler, penerimaan, dan pendapatan peternak ayam broiler. Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive, yaitu sampel diambil sebanyak 14 sampel dimana sampel tersebut menggunakan haga BBM yang sama di setiap periode. Metode analisis yang digunakan adalah analisis uji beda rata-rata paired sample t test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan harga bbm tidak berdampak secara nyata terhadap biaya input, output, penrimaan, dan pendapatan peternak. Harga BBM tidak berdampak secara nyata karena seluruh sampel peneltian berpola usaha kemitraan. Artinya harga input produksi dan output sudah ditentukan dengan perusahaan kemitraan (harga kontrak).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu penulis, Hj. Nina Desfani Harahap yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat, bantuan, dukungan baik moril dan materil yang tidak ada henti-hentinya kepada penulis. Ayah penulis, Ir. H Setyo Purwadi, MM yang telah memberikan doa, cinta, semangat, bantuan, dukungan baik moril dan materil kepada penulis.

2. Kakanda tercinta dr. Nitty Aidha yang selalu membantu penulis kapanpun dalam masa pengerjaan skrpsi dan adik sepupu Haqqi Harahap yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

3. Kepada nenek tercinta dan keluarga besar yang selalu mendoakan penulis.

4. Ibu Ir. Iskandarini, MM, P.hD sebagai ketua komisi pembimbing yang telah berbaik hati memberikan waktu, arahan, dukungan, bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah berbaik hati memberikan waktu, arahan, dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik..

6. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program studi Agribisnis FP USU yang telah memberikan ijin kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan panulisan skripsi ini.


(7)

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Khususnya dan di Fakultas Pertanian USU secara umumnya.

8. Kepada abangda R. Gosyen, S.P atas tenaga, waktu, dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat tersayang Destafani Hasibuan, Juwita Sari Manullang, Finka Adisti Nasution, Sonia Ramadhani, Faqita Iqlima Putry, Noviarny Sumarlan, Fadiah Atikah, Astri Andani, dan Karina Shafira yang telah bersama-sama dari awal kuliah hingga nanti

10. Kepada rekan –rekan seperjuangan Mhd Fadhil Arrahman, Denti Juli Irawati, Fitrah Aulia Hasibuan, Chairia, Nadya Syafitri, Nelfita Rizka sebagai tempat berbagi suka dan duka selama proses bimbingan skripsi.

11. Kepada rekan-rekan yang tidak menyangkut dalam penulisan skripsi ini, tetapi mereka memberikan dukungan dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, 8Februari 1994dari ayah Ir. H. SetyoPurwadi, MM dan ibu Hj. Nina Desfani Harahap Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2006 penulis lulus dari Sekolah Dasar Swasta Yayasan Pendidikan Harapan 2 Medan

2. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Swasta Yayasan Pendidikan Harapan 2 Medan

3. Tahun 2011 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Medan

4. Tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB .

5. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Agustus 2014 sampai September 2014 di Desa Kwala Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Deli Serdang.

6. Penulis melaksanakan penelitian di Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang pada bulan Mei 2015.


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

RIWAYAT HIDUP...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

DAFTAR ISTILAH...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ..1

1.2 IdentifikasiMasalah……… 13

1.3 TujuanPenulisan………. 13

1.4 KegunaanPenulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka………..15

2.1.1 Usaha PeternakanAyam Broiler…...15

2.1.2 Pola Usaha Peternakan…...17

2.1.3 Peternak………...18

2.1.4 Biaya Input Produksi……...19

2.1.5 ProduksidanProduktivitas………..23

2.1.6 HargaJual Output……….25

2.1.7 DampakKebijakanPerubahanHargaBahanBakarMinyak…..27

2.1.8 PenelitianTerdahulu………30

2.2 Landasan Teori...31

2.3 Kerangka Pemikiran...36

2.4 Hipotesis...39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian...40

3.2 MetodePengambilan Sampel...43

3.3 Metode Pengumpulan Data...44

3.4 Metode Analisis Data...44

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional...48

3.5.1 Defenisi...48


(10)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 LuasdanLetakGeografisKecamatanGalang……...52

4.2 KeadaanPenduduk………. 52

4.3 SaranadanPrasarana………. 55

4.4 KarakteristikPetaniPadaObyekPenelitian………. 56

4.5 KarakteristikPolaUsahataniPeternakAyam Broiler……… 57

4.6 PerubahanHargaBahanBakarMinyakdenganPeriodePanen…… 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Dampak PerubahanHargaBahanBakarMinyak (BBM) TerhadapBiaya Input ProduksiAyam Broiler……… ...59

5.1.1 AnalisisBiaya Input PeternakAyam Broiler……...59

5.2Dampak PerubahanHargaBahanBakarMinyak (BBM) Terhadap Volume ProduksiAyam Broiler……… 71

5.3Dampak PerubahanHargaBahanBakarMinyak (BBM) TerhadapPenerimaandanPendapatanPeternakAyam Broiler………78

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...89

6.2 Saran...90 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman

1.1 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam 4 Broiler di Tingkat Nasional Tahun 2010-2014.

2.1 KerangkaPemikiran 38

4.1 Pola Periode Masa Panen Ayam Broiler di Kecamatan 58 Galang, Kabupaten Deli Serdang


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran

1. Karakteristik Peternak Ayam Broiler

2. Nama Perusahaan Kemitraan Peternak Ayam Broiler dan Mandiri 3. Masa Panen Peternak Ayam Broiler Selama Perubahan Harga BBM 4. Nilai Lahan, Jumlah Kandang, dan Nilai Kandang

5. Jumlah / unit satuan Peralatan 6. Harga Satuan Peralatan 7. Total Biaya Peralatan

8. Umur Ekonomis Kandang dan Peralatan 9. Penyusutan Kandang dan Peralatan Per Periode

10. Jumlah DOC (Ekor) dan Pakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin Periode Panen 1 (Harga BBM Premium Rp6.500/Liter, solar Rp 5.500/Liter)

11. Harga DOC (Ekor) dan Pakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin Periode Panen1(Harga BBM Premium Rp 6.500/Liter, solar Rp 5.500/Liter)

12. Jumlah DOC (Ekor) danPakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin Periode Panen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan Premium Rp 7.600/Liter, Solar Rp 7.200/Liter)

13. Harga DOC (Ekor) danPakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin Periode Panen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan Premium Rp 7.600/Liter, Solar Rp 7.200/Liter)

14. Jumlah DOC (Ekor) danPakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin Periode Panen 3 (Harga BBM Premium Rp 6.600/ Liter, Solar Rp 6.400/Liter dan Premium Rp 7.300/Liter, Solar Rp 6.900/Liter)


(14)

15. Harga DOC (Ekor) dan Pakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin PeriodePanen 3 (Harga BBM Premium Rp 6.600/ Liter, Solar Rp 6.400/Liter dan Premium Rp 7.300/Liter, Solar Rp 6.900/Liter)

16. Jumlah DOC (Ekor) danPakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin Periode Panen 4 (Harga BBM Premium Rp 7.300/ Liter, Solar Rp 6.900/Liter)

17. Harga DOC (Ekor) danPakan (Kg) Vaksin, Obat, Vitamin Periode Panen 4 (Harga BBM Premium Rp 7.300/ Liter, Solar Rp 6.900/Liter)

18. Jumlah Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, dan Atal Periode Panen 1 (Harga BBM Premium Rp 6.500/Liter, solar Rp 5.500/Liter)

19. Jumlah Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, dan Atal Periode Panen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan Premium Rp 7.600/Liter, Solar Rp 7.200/Liter)

20. Jumlah Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, danAtalPeriodePanen 3 (Harga BBM Premium Rp 6.600/ Liter, Solar Rp 6.400/Liter dan Premium Rp 7.300/Liter, Solar Rp 6.900/Liter)

21. Jumlah Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, dan Atal Periode Panen 4 (Harga BBM Premium Rp 7.300/ Liter, Solar Rp 6.900/Liter)

22. Harga Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, dan Atal Periode Panen 1 (Harga BBM Premium Rp 6.500/Liter, solar Rp 5.500/Liter).

23. Harga Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, dan Atal Periode Panen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan Premium Rp 7.600/Liter, Solar Rp 7.200/Liter)


(15)

24. Harga Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, danAtal Periode Panen 3 Harga BBM Premium Rp 6.600/ Liter, Solar Rp 6.400/Liter dan Premium Rp 7.300/Liter, Solar Rp 6.900/Liter)

25. Harga Minyak Genset, Minyak Compressor, Minyak Pemanas Kandang, dan Atal Periode Panen 4 (Harga BBM Premium Rp 7.300/ Liter, Solar Rp 6.900/Liter)

26. Biaya Variabel PeriodePanen 1 (Harga BBM Premium Rp 6.500/Liter, Solar Rp 5.500/Liter).

27. BiayaVariabelPeriodePanen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan PremiumRp 7.600/Liter, Solar Rp 7.200/Liter)

28. BiayaVariabelPeriodePanen 3 (Harga BBM Premium Rp 6.600/ Liter, Solar Rp 6.400/Liter dan Premium Rp 7.300/Liter, Solar Rp 6.900/Liter 29. BiayaVariabelPeriodePanen 4 (Harga BBM Premium Rp 7.300/ Liter, Solar

Rp 6.900/Liter)

30. Biaya Tetap Usaha Ternak Ayam Broiler di Kec. Galang, Kab. Deli Serdang 31. Jumlah Output ( DagingAyam Broiler, Kotoran, serta Harga Jual Periode

Panen 1 (Harga BBM Premium Rp 6.500/Liter, Solar Rp 5.500/Liter).

32. Jumlah Output (DagingAyam Broiler danKotoran), sertahargajual Output PeriodePanen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan Premium Rp 7.600/Liter, Solar Rp 7.250/Liter)

33. Jumlah Output (DagingAyamdanKotoran) sertahargajual Output PeriodePanen 3 (Harga BBM Premium Rp 6.600/ Liter, SolarRp 6.400/Liter dan Premium Rp 6.800/Liter, Solar Rp 6.400/Liter)

34. Jumlah Output (DagingAyam Broiler, Kotoran, serta Harga Jual Periode Panen 4 (Harga BBM Premium Rp 7.300/ Liter, Solar Rp 6.900/Liter)


(16)

35. Total Penerimaan dan Pendapatan Peternak PeriodePanen 1(Harga BBM Premium Rp 6.500/Liter, Solar Rp 5.500/Liter).

36. Total PenerimaanPeternakPeriodePanen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan Premium Rp 7.600/Liter, Solar Rp 7.250/Liter) 37. Total Penerimaan Peternak PeriodePanen 3 (Harga BBM Premium Rp 6.600/

Liter, Solar Rp 6.400/Liter dan Premium Rp 6.800/Liter, Solar Rp 6.400/Liter) 38. Total PenerimaandanPendapatanPeternakPeriodePanen 4 (Harga BBM


(17)

ABSTRAK

NIDYA DIANI (110304102) dengan judul skripsi “ANALISIS PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)” yang dilakukan pada Bulan Mei 2014 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, P.Hd dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP

Kebijakan Perubahan harga Bahan Bakar Minyak yang terjadi dalam kurun waktu bulan November 2014 sampai dengan bulan May 2015 memberikan dampak pada usahatani peternakan ayam broiler. Karena Bahan Bakar Minyak merupakan input usahatani ayam broiler, Perubahan harga Bahan Bakar Minyak yang terjadi berfluktuasi dalam waktu dekat memberikan pengaruh kepada biaya input dan output ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap biaya input usahatani ayam broiler, volume produksi ayam broiler, penerimaan, dan pendapatan peternak ayam broiler. Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive, yaitu sampel diambil sebanyak 14 sampel dimana sampel tersebut menggunakan haga BBM yang sama di setiap periode. Metode analisis yang digunakan adalah analisis uji beda rata-rata paired sample t test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan harga bbm tidak berdampak secara nyata terhadap biaya input, output, penrimaan, dan pendapatan peternak. Harga BBM tidak berdampak secara nyata karena seluruh sampel peneltian berpola usaha kemitraan. Artinya harga input produksi dan output sudah ditentukan dengan perusahaan kemitraan (harga kontrak).


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam broiler populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemerintah mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

Produk ayam broiler merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir, dimana produk merupakan makhluk biologis bernilai ekonomis tinggi berupa ayam ras pedaging. Ciri khas ayam ras pedaging adalah rasanya enak dan khas, dagingnya empuk dan banyak, serta pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Ayam broiler memiliki karakteristik sifat pertumbuhannya yang tergolong cepat yaitu dilakukan selama 5-8 minggu. Dalam kurun waktu itu, ayam ras sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual (Muslimin, 2002).

Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan. Kecukupan gizi seseorang biasanya diukur dari tingkat konsumsi kalori dan protein. Di negara -negara industri maju, rata-rata konsumsi protein hewani lebih dari 50 g per kapita per hari, sedangkan di Indonesia hanya sekitar 10 g per kapita per hari (Murtidjo, 2003).

Bila dilihat dari kandungan gizi, daging ayam broiler merupakan sumber protein yang berkualitas. Dalam 100 gram daging ayam broiler mengandung 18,20 gram protein dan 404,00 kkal yang berguna untuk menambah energi. Kandungan gizi yang terdapat pada daging ayam ras dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(19)

Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Daging Ayam Ras Pedaging

Nilai Gizi Per 100 Gram Satuan Jumlah

Kalori Kilokalori (kkal) 404,00

Protein Gram (gr) 18,20

Lemak Gram (gr) 25,00

Kolestrol Gram (gr) 60,00

Vitamin A Miligram (mg) 243,00

Vitamin B1 Gram (gr) 0,80

Vitamin B6 Gram (gr) 0,16

Asam Linolenat Miligram (mg) 6,20

Kalsium Gram (gr) 14,00

Fosfor Miligram (mg) 200,00

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1992

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk semua produk dari industri peternakan unggas termasuk potensi pasar akan kebutuhan daging ayam broiler yang cenderung terus meningkat. Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan (Fadilah, 2013). Seiring dengan peningkatan permintaan terhadap protein hewani, penawaran terhadap daging ayam broiler pun meningkat.

Di Sumatera Utara, kebutuhan akan ayam broiler paling tinggi terdapat di kota Medan. Namun untuk kota Medan, penawaran ayam broiler tidak mencukupi kebutuhan ayam broiler di kota Medan. Hal ini karena kota Medan yang sudah menjadi kota metropolitan memiliki pemukiman yang padat sehingga usaha peternakan dapat mencemari lingkungan. Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten yang paling dekat dengan kota Medan menjadi pemasok


(20)

Sumber:Dinas Perternakan Provinsi Sumatera Utara, 2014 Ket : *) Angka Sementara

daging ayam broiler untuk memenuhi kebutuhan kota Medan. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di Provinsi Sumatera Utara, sehingga kabupaten Deli Serdang dapat menggambarkan populasi ayam broiler di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 1.2 Jumlah Produksi Daging Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010- 2014

No. Tahun Produksi (Ton)

1 2010 6.090,04

2 2011 6.559,82

3 2012 4.903,47

4 2013 5.792,51

5 2014*) 5.912,34

Dari 5 tahun belakangan ini, untuk kabupaten Deli serdang produksi daging ayam broiler terbesar ada di tahun 2011 dengan produksi sebanyak 6.559,82 Ton sehingga mengalami penurunan produksi yang tinggi di tahun 2013 menjadi 4.903,47 ton dan naik kembali menjadi 5.912,34 ton di tahun 2014.

Kaitan antara produksi dan konsumsi bersifat saling mengubah satu terhadap yang lain. Peningkatan produksi akan mendorong konsumsi, sebaliknya naik -turunnya konsumsi memengaruhi naik-turunnya produksi. Produksi tergantung dari produktivitas produsen. Produktivitas seorang produsen berkaitan dengan faktor internal yakni karakteristik peternak yaitu umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga (Soekartawi, 2008).

Harga merupakan salah satu pertimbangan bagi konsumen sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Harga juga sebagai salah satu keputusan produsen untuk mendapatkan keuntungan yang melebihi biaya produksinya. Harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Interaksi antara permintaan dan penawaran di pasar bebas akan


(21)

membentuk harga keseimbangan. Keseimbangan tercapai apabila jumlah yang akan dibeli pada harga tertentu sama dengan jumlah yang akan dijual pada harga itu (Gilarso, 2003).

Harga untuk komoditi ayam broiler akan ditunjukkan dari harga tingkat nasional sebagaimana yang dituliskan pada gambar 1.1, harga di tingkat provinsi Sumatera Utara sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.3, dan harga di tingkat kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.4.

Gambar 1.1 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Tingkat Nasional Tahun 2010-2014.

Sumber : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2014

Perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat nasional berfluktuasi di setiap bulannya dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan paling besar ada di tahun 2010 dan 2013 yang masing-masing sebesar 1,42% dan 0,41%, sementara harga rata-rata bulanan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 0,31% dan 0,45%. Peningkatan harga daging ayam broiler umumnya terjadi pada bulan Juni dan Juli dimana hal ini terkait dengan bulan puasa dan Idul Fitri.


(22)

Tabel 1.3 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Tingkat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2014

No Bulan Rata-rata Harga Tahun 2013 2014 (Rp/Kg) Rata-rata (2013) (2014)

1 Januari 19.117 22.710 20.913

2 Februari 14.007 24.482 19.244

3 Maret 13.454 23.939 18.696

4 April 13.671 22.955 18.313

5 Mei 13.940 23.294 18.617

6 Juni 14.093 24.524 19.308

7 Juli 15.278 26.965 21.121

8 Agustus 14.275 25.675 19.975

9 September 14.880 23.329 19.104

10 Oktober 14.620 22.584 18.602

11 November 13.014 19.166 16.090

12 Desember 13.196 16.628 14.912

Rata-rata 14.463 23.020 18.741

Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2014

Untuk perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat provinsi dari tahun 2013-2014 mengalami fluktuasi. Harga tertinggi di tahun 2013 terjadi di bulan Januari

yaitu Rp. 19.117,- dan harga terendah terjadi di bulan Nopember yaitu Rp.13.014,- dengan harga rata-rata 2013 sebesar Rp14.463,-. Tahun 2014 harga daging ayam tertinggi di bulan Juli sebesar Rp. 26.965,- dan harga terendah di bulan Desember yaitu Rp 16.628,- dengan harga rata-rata 2014 sebesar Rp. 23.020,-.

Untuk produksi ayam broiler di kabupaten Deli Serdang, pasokan produksinya selain untuk memenuhi kabupaten Deli Serdang sendiri juga untuk memenuhi kota Medan. Berikut harga


(23)

ayam broiler di kota Medan sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.4 dan harga ayam broiler kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.5.

Tabel 1.4 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler Kota Medan Tahun 2010-2014.

No. Bulan Rata-rata Harga Tahun (Rp/Kg) Rata-rata 2010 2011 2012 2013 2014

1 Januari 18.575 26.629 22.242 24.188 22.800 22.887 2 Februari 19.888 24.777 23.664 23.500 23.050 22.976 3 Maret 20.810 23.081 23.467 23.725 23.350 22.887 4 April 18.963 19.647 22.658 23.210 22.313 21.358 5 Mei 18.831 18.661 21.815 22.688 23.125 21.024 6 Juni 22.342 19.858 23.552 23.182 26.550 23.097 7 Juli 25.683 24.440 24.734 26.386 27.500 25.749 8 Agustus 21.266 24.114 22.968 25.624 26.438 24.082 9 September 24.967 23.125 24.175 24.523 28.400 25.038 10 Oktober 23.804 21.617 20.347 23.968 22.250 22.397 11 November 22.950 18.008 19.175 23.658 22.250 21.,l/208 12 Desember 23.333 18.743 23.766 24.000 19.250 21.818

Rata-rata 21.784 21.892 22.714 24.054 23.940 22.877 Sumber :Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2014.

Perkembangan harga rata-rata daging ayam di tingkat kotamadya Medan dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi harga. Dengan rata-rata harga di tahun 2010 yang awalnya sebesar Rp 21.784,- mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga menjadi Rp 24.054,- di tahun 2013, lalu turun menjadi Rp 23.940,- di tahun 2014. Perkembangan harga rata-rata lima tahun terakhir sebesar Rp. 22.877,-.


(24)

Tabel 1.5 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013-2014

No Bulan Rata-rata Harga Tahun 2013 2014 (Rp/Kg) Rata-rata (2013) (2014)

1 Januari 20.968 21.899 21.433

2 Februari 21.027 20.598 20.812

3 Maret 21.835 20.839 21.337

4 April 19.375 19.892 19.633

5 Mei 19.250 20.306 19.778

6 Juni 20.404 21.258 20.831

7 Juli 22.347 22.815 22.581

8 Agustus 17.383 23.444 20.413

9 September 16.875 23.444 20.159

10 Oktober 17.056 18.734 17.895

11 November 15.000 19.050 17.025

12 Desember 20.548 18.661 19.604

Rata-rata 19.339 20.911 20.125

Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2014

Untuk perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat kabupaten Deli Serdang dari tahun 2013-2014 mengalami fluktuasi. Harga tertinggi di tahun 2013 terjadi di bulan Juli yaitu Rp. 22.347,- dan harga terendah terjadi di bulan Nopember yaitu Rp.15.000,- dengan harga rata-rata 2013 sebesar Rp19.339,-. Tahun 2014 harga daging ayam tertinggi di bulan Agustus dan September sebesar Rp. 23.444,- dan harga terendah di bulan Desember yaitu Rp 18.661,- dengan harga rata-rata 2014 sebesar Rp. 20.911,-.

Adanya fluktuasi harga yang terjadi di setiap bulan disebabkan oleh beberapa alasan, dari sisi konsumen hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan selera, gaya hidup, tidak sesuainya dengan harga yang bersedia untuk dibayar yang menyebabkan permintaan terhadap


(25)

ayam ras pedaging berubah-ubah. Dari sisi produsen, fluktuasi harga output yang terjadi disebabkan oleh permintaan yang berubah-ubah, kualitas rendah, banyaknya pesaing, musim panen, dan biaya input produksi yang berubah. Karena alasan-alasan itu, penetapan harga jual suatu produk harus tepat agar produk diterima dengan baik di pasar.

Menetapkan harga jual dari suatu barang / jasa merupakan salah satu faktor penting yang akan berdampak langsung terhadap keberhasilan usaha. Harga jual yang terlalu murah akan membuat produsen dan pedagang mengalami kerugian. Sedangkan harga jual yang terlalu mahal akan membuat produk tersebut tidak laku di pasaran.

Dalam menentukan harga suatu produk, hal yang paling penting untuk menjadi pertimbangan adalah penentuan harga yang didasarkan atas biaya produksi. Produsen menentukan harga sebuah produk dengan mengestimasikan biaya produksi per unit produk dan kemudian menambahkan sejumlah margin (markup). Metode harga produk ini umumnya disebut dengan penentuan harga berbasis biaya. Penentuan harga berdasarkan biaya memastikan bahwa seluruh biaya produksi telah diperhitungkan (Madura, 2007).

Biaya produksi merupakan dasar produsen dalam penawaran. Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab bila harga yang ditetapkan tidak dapat menutup biaya maka keuntungan produsen sedikit bahkan rugi. Semakin tinggi biaya produksi dari suatu produk, maka semakin tinggi harga jual produk tersebut (Gilarso, 2003).

Terlepas dari harga yang bisa ditentukan oleh produsen untuk produknya, penerimaan harus melebihi biaya produksi output agar produsen bisa mendapat laba. Oleh sebab itu, keputusan penawaran cenderung berubah sebagai tanggapan atas perubahan biaya produksi (Case, 2006).


(26)

Biaya produksi merupakan jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input, bila produksi merujuk kepada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk kepada biaya perolehan input tersebut atau nilai uangnya (Sugiarto, 2000). Biaya produksi tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah jenis input yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut, jumlah tiap input yang diperlukan, dan harga input (Case, 2006).

Tabel 1.6 Biaya Input Produksi Daging Ayam Broiler Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010-2014.

No. Tahun Biaya Input Produksi (Rp)

1 2010 2.002.000.000

2 2011 2.030.525.000

3 2012 1.577.775.000

4 2013 1.461.600.000

5 2014* 1.746.150.000

Sumber : Gabungan Pengusaha Peternakan Unggas Sumatera Utara,2014* Ket : *) Angka Sementara

Kestabilan atau fluktuasi biaya produksi daging ayam dapat disebabkan berbagai faktor. Salah satu faktor penentunya adalah harga biaya produksi. Biaya produksi terbagi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel seperti bibit (DOC), kandang, pakan, transportasi, obat-obatan dan tenaga kerja (Sudarmono, 2003).

Terhitung sejak tanggal 18 November 2014, Pemerintah menetapkan kebijakan berupa pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebijakan tersebut memuat peraturan dari solar yang awalnya Rp.5.500 per liter menjadi Rp. 7.500 per liter.Begitu juga dengan harga premium yang sebelumnyaRp. 6.500 per liter setelah kenaikan menjadi Rp 8.500 per liter. Dengan naiknya harga BBM ini, pemerintah beralasan bahwa subsidi yang sebelumnya diberikan untuk subsidi BBM dapat dialokasikan kepada program di bidang pendidikan, kesehatan dan infranstruktur. Sebab menurut pemerintah, subsidi BBM selama ini hanya


(27)

dinikmati oleh kalangan menengah ke atas saja. Sehingga pemerintah merasa perlu mengurangi subsidi BBM.

Seiring dengan terus menurunnya harga minyak dunia, Pemerintah membuat kebijakan baru per tanggal 1 Januari 2015. Pemerintah menurunkan lagi harga BBM dimana harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dari Rp 8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter, dan harga solar dari Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter. Bersamaan dengan kebijakan penurunan harga BBM ini, pemerintah juga menghapus subsidi untuk jenis premium. Subsidi yang diberikan pemerintah hanya untuk bahan bakar minyak solar sebesar Rp 1.000 per liter.

Memasuki pertengahan Januari, tepatnya tanggal 19 Januari 2015. Dalam waktu dua minggu, pemerintah menetapkan kebijakan baru lagi berupa penurunan harga BBM bersubsidi jenis premium dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 6.600 per liter dan harga BBM jenis solar dari Rp 7.250 per liter menjadi Rp 6.400 per liter.

Terhitung dari tanggal 01 Maret 2015, Pemerintah membuat kebijakan baru berupa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dari bahan bakar minyak berjenis premium yang sebelumnya Rp 6.600 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. Dan BBM jenis solar tetap Rp 6.400 per liter. Tanggal 28 Maret 2015, harga BBM jenis premium kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 500 per liter menjadi Rp 7.300 per liter, dan BBM jenis solar juga naik Rp 500 per liter menjadi Rp 6.900 per liter.

Salah satu penentu input biaya produksi adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dimana Naiknya BBM menyebabkan biaya input produksi menjadi naik, karena naiknya harga Bahan Bakar Minyak menyebabkan naiknya harga barang-barang lain sehingga daya beli masyarakat menjadi berkurang. Khususnya untuk konsumen daging ayam broiler, kenaikan harga BBM yang diikuti dengan naiknya harga daging ayam broiler dapat menyebabkan


(28)

perubahan permintaan baik dari segi harga ataupun selera yang menyebabkan beralihnya permintaan konsumen ke komoditi lain.

Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh HANSON et al. (1993) pada sektor pertanian kenaikan harga BBM akan memicu naiknya harga sarana produksi pertanian (sapronak) dan output produksi. Kenaikan harga BBM ini akan menaikan biaya produksi dari produk pertanian seperti kenaikan harga berbagai agroinput pertanian seperti benih, pupuk dan pestisida.

Untuk usaha peternakan, kenaikan harga BBM berpengaruh terutama terhadap biaya operasional peternakan dengan naiknya Harga Pokok Produksi (HPP). Kenaikan harga BBM, dipastikan akan meningkatkan biaya produksi, yang akan ditanggung peternak, serta naiknya biaya transportasi pengangkutan ayam. Kenaikan BBM akan berpengaruh langsung pada biaya transportasi pengangkutan ayam dari kandang ke pasar tujuan dan berpengaruh tidak langsung ke komponen biaya input lainnya seperti biaya Day Old Chick (DOC), biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya vitamin, dan upah tenaga kerja. .

Adanya perubahan naik turunnya BBM yang terjadi dari tanggal 18 November 2014- 28 Maret 2015 menjadi suatu masalah dimana naiknya BBM di tanggal 18 November 2014 sudah membuat berbagai kebutuhan pokok naik sehingga turunnya BBM yang terjadi di periode selanjutnya belum tentu diiringi oleh penurunan harga kebutuhan pokok yang lain.

Perubahan harga BBM tentu berdampak pada banyak sektor lain baik sektor pangan ataupun non-pangan, begitupun dengan harga daging ayam broiler baik yang dijual di tingkat produsen maupun pedagang pengecer. Harga daging ayam broiler dipengaruhi oleh jumlah output dan biaya input produksi. Perubahan harga BBM menyebabkan biaya input produksi


(29)

berubah-ubah. Bila harga BBM naik maka akan membuat naik ongkos produksi produsen atau jumlah output yang dihasilkan semakin rendah. Namun bila harga BBM turun, maka akan membuat biaya produksi turun dan jumlah output yang dihasilkan meningkat.

Adanya dampak dari perubahan BBM menyebabkan perubahan biaya input produksi berubah, biaya input produksi berubah menyebabkan jumlah input yang digunakan dan volume produksi yang dihasilkan berubah. Harga yang ditetapkan produsen pun dilebihkan sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan. Penerimaan peternak diperoleh dari harga jual dikalikan dengan volume produksi. Pendapatan peternak diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkannya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisis dampak dari perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap biaya input dan output ayam ras pedaging sebelum dan sesudah terjadinya perubahan harga BBM.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap biaya total input produksi ayam broiler di daerah penelitian?

2) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap volume produksi ayam broiler di daerah penelitian?

3) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap penerimaan dan pendapatan petani peternak ayam broiler di daerah penelitian?


(30)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan yang telah dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1) Menganalisis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap biaya total input produksi ayam broiler di daerah penelitian?

2) Menganalisis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap volume produksi ayam broiler di daerah penelitian.

3) Menganalis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap penerimaan dan pendapatan petani peternak ayam broiler di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1) Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi peternak ayam khususnya peternak ayam broiler.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan harga Bahan Bakar Minyak.

3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler

Usaha perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang merakyat. Industri perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan protein hewani. Jenis ayam yang biasa dipelihara dan diternakkan di Indonesia adalah ayam ras. Ayam ras adalah ayam yang sudah mengalami rekayasa dalam hal pemeliharaannya, ayam ras lebih dikenal dengan nama ayam broiler (Kustanti, 2008).

Ayam broiler merupakan salah satu sumber pangan hewani yang dibutuhkan masyarakat. Meskipun populasinya terus bertambah, tetapi ketersediaan stok daging ayam belum bisa memenuhi permintaan yang juga terus meningkat. Hal ini bisa menjadi peluang untuk menjalankan usaha peternakan ayam broiler (Fadillah, 2013).

Saat ini, produksi daging ayam broiler menempati urutan pertama sebagai penyumbang ketersediaan daging ternak asal unggas di Indonesia. Kontribusi daging asal unggas mengalami peningkatan dari 20% pada tahun 1970 menjadi 65% pada tahun 2008. Perkembangan ayam broiler yang hampir menyebar ke seluruh wilayah Indonesia disebabkan beberapa faktor berikut :

1) Ketersediaan sarana produksi perternakan (SAPRONAK), yaitu berupa bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan, dan penunjang lainnya.

2) Ketersediaan pasar yang dapat menampung setiap produk yang dihasilkan.

3) Ketersediaan sarana kelembagaan dan informasi yang dibentuk oleh para pelaku industri perunggasan maupun pemerintah.

4) Standart manajemen pemeliharaan yang terus ditingkatkan sehingga tingkat produktivitas terus meningkat.


(32)

5) Keuntungan yang menjanjikan (Fadillah, 2013).

Di Indonesia, swasembada daging ayam broiler sudah dimulai pada tahun 1995. Sejak itu, perkembangan usaha perunggasan terutama ayam broiler terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan kebutuhan terhadap daging ayam ini sejalan dengan laju pertambahan jumlah penduduk (Fadillah, 2013).

Perkembangan usaha perternakan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang antara lain :

1) Jumlah pendududuk yang tinggi dan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat . Dilihat dari potensi pasar, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk semua produk dari industri perternakan unggas termasuk potensi pasar akan kebutuhan daging ayam broiler yang cenderung terus meningkat.

2) Daging ayam broiler merupakan daging yang murah, harga terjangkau, tersedia dalam jumlah yang cukup, serta penyebarannya hampir menjangkau seluruh wilayah indonesia. 3) Usaha industri perternakan ayam broiler tidak terlalu rumit, terbuka lebar bagi setiap

investor, dan hampir semua wilayah bisa dilakukan, serta secara tidak langsung akan menyerap seluruh tenaga kerja.

4) Terbukanya peluang usaha produk inovasi yang bersumber dari daging ayam broiler seperti nugget, sosis, dan baso (Fadillah, 2013).

Peternakan ayam broiler dapat dijalankan peternak mulai dari skala kecil sampai skala besar. Untuk skala kecil, jumlah ayam yang diternakkan sekitar 1.000-50.000 ekor namun umumnya sekitar 5.000-25.000 ekor. Peternakan ayam broiler yang dijalankan dengan skala usaha kecil memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya adalah modal yang perlu disediakan tergolong kecil, kandang dapat dibangun secara sederhana dan lokasinya


(33)

Kelemahannya, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak berjalan lancar dan lingkup pemasaran terbatas (Fadilah, 2013).

Pada peternakan skala usaha sedang, jumlah ayam yang diproduksi sekitar 50.000-500.000 ekor. Status kepemilikan peternakan masih bersifat perorangan. Manajemen pemeliharaan ayam sudah lebih maju dibandingkan dengan manajemen yang dilaksanakan di peternakan rakyat. Namun secara legal, belum memiliki badan hukum seperti PT dan CV. Pada peternakan skala usaha besar, peternakan sudah berada dibawah naungan perusahaan yang telah berbadan hukum seperti PT. Jumlah ayam yang dipelihara tergolong banyak. Umumnya produksi yang dihasilkan di atas 100.000 ekor sampai jutaan ekor (Fadilah, 2013).

2.1.2 Pola Usaha Peternakan

Pola usaha yang ada pada peternak ayam terbagi menjadi dua, yaitu pola usaha mandiri dan pola usaha kemitraan. Pada umumnya peternak mandiri memiliki skala usaha kecil yang memiliki keterbatasan modal dan teknologi. Kondisi ini menyebabkan peternak mandiri lebih rentan terhadap masalah krisis ekonomi. Hambatan seperti masalah modal dan sempitnya jangakauan pemasaran dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler telah menyebabkan berkurangnya persentase peternak mandiri. Dimana sebagian besar memilih untuk bergabung dengan perusahaan kemitraan. Saat ini usaha peternakan ayam broiler, dikuasai oleh

perusahaan kemitraan dengan pangsa pasar mencapai 40-50% (Poultry, 2008).

Berbeda dengan peternak mandiri, peternak plasma memiliki resiko usaha yang lebih kecil. Sarana produksi peternakan (sapronak) peternak plasma akan dijamin ketersediannya oleh perusahaan inti. Selain itu, kepastian harga pasar juga diperoleh peternak plasma dalam memasarkan ayam hasil produksinya. Dalam usaha kemitraan, harga sapronak maupun harga jual ayam ditentukan oleh perusahaan kemitraan dalam sebuah kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak, biaya transportasi ditangggung oleh perusahaan mitra.


(34)

Dengan bermitra, pihak inti akan memperoleh keuntungan dari harga jual sapronak serta kelebihan harga jual ayam pada saat harga pasar melebihi harga kontrak. Sedangkan plasma akan memperoleh keuntungan dari hasil produksinya dengan harga kontrak yang telah disepakati sehingga tidak harus menanggung kerugian ketika harga pasar dibawah harga kontrak.

2.1.3 Peternak

Peternak adalah orang atau badan hukum atau buruh peternakan yang mata pencahariannya sebagian atau seluruhnya bersumber kepada peternakan. Peternakan adalah pengusahaan, pembudidayaan, atau pemeliharaan ternak dengan segala fasilitas penunjang bagi kehidupan ternak (Undang-undang Dasar, 1967). Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.

2.1.4 Biaya Input Produksi

Biaya produksi merupakan sebagian keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk. Biaya produksi sering disebut dengan ongkos produksi. Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai di pasar atau sampai di konsumen (Bambang, 2007).

Biaya produksi terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang timbul dari pemakaian input tetap. Biaya ini tidak berubah walaupun jumlah output yang dihasilkan berubah. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang muncul sebagai akibat dari penggunaan input variabel. Biaya variabel total akan bervariasi sesuai dengan perubahan output yang dihasilkan. Keseluruhan biaya dari biaya tetap ditambah biaya variabel disebut dengan biaya total (Sugiarto, 2002).


(35)

Biaya tetap (fix cost) meliputi biaya yang digunakan untuk pembuatan kandang beserta ongkos kerjanya, instalansi air (tangki air beserta instalansinya), tempat minum, tempat pakan, gudang pakan, peralatannya, serta sarana lain sesuai dengan kebutuhan (Fadillah, 2013).

Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang dikeluarkan berkali-kali dan tidak mengalami penyusutan. Biaya variabel meliputi bibit (DOC), pakan, transportasi, vitamin atau obat-obatan, tenaga kerja (Sudarmono, 2003).

DOC adalah bibit ayam atau anak ayam yang baru berusia satu hari. Kualitas DOC sangat menentukan kelangsungan dan hasil produksi usaha ternak ayam broiler. Untuk hasil produktifitas optimal, memilih DOC yang berkualitas bagus menjadi hal yang sangat penting. DOC memiliki peranan kesuksesan berkisar 10 - 16% selain pakan dan juga manajemen pemeliharaan.

Ciri-ciri DOC yang baik adalah bebas dari penyakit (free disease) terutama penyakit pullorum, empalitis, dan jamur, berasal dari induk yang matang umur dan dari pembibit yang berpengalaman, DOC terlihat aktif, mata cerah, dan lincah, DOC memiliki kekebalan dari induk yang tinggi, kaki besar dan basah, bulu cerah, tidak kusam dan penuh, anus bersih, tidak ada kotoran (Fadillah, 2004).

Biaya pakan tercipta dari hasil perkalian antara jumlah konsumsi ransum dengan harga pakan. Harga pakan sudah ditentukan dari kekuatan pasar, sedangkan konsumsi ransum harus sesuai standar dari pembibit yang bersangkutan (Rasyaf, 2001).

Ransum adalah bahan ransum ternak yang telah diramu dan biasanya terdiri dari berbagai jenis bahan ransum dengan komposisi tertentu. Pemberian ransum bertujuan untuk menjamin


(36)

pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi daging agar menguntungkan (Santoso, 2008).

Ransum yang baik harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang berimbang. Selain memperhatikan kualitas, pemberian ransum juga harus sesuai dengan umur ayam karena nilai gizi dan jumlah ransum yang diperlukan pada setiap pertumbuhan berbeda (Cahyono, 2001).

Kebutuhan nutrisi broiler periode Awal dan Akhir sesuai Standart Nasional Indonesia (2006) dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2 berikut :

Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Broiler Periode Awal

No. Parameter Satuan Persyaratan

1. Kadar Air % Maks. 14,0

2. Protein Kasar % Min. 19,0

3. Lemak Kasar % Maks. 7,4

4. Serat Kasar % Maks. 6,0

5. Abu % Maks. 8,0

6. Kalsium (Ca) % 0,90 - 1,20

7. Fosfor (P) % 0,60 – 1,00

8. Energi Metabolisme % Min. 2900

Sumber : Standart Nasional Indonesia, 2006.

Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi Broiler Periode Akhir

No. Parameter Satuan Persyaratan

1. Kadar Air % Maks. 14,0

2. Protein Kasar % Min. 18,0

3. Lemak Kasar % Maks. 8,0

4. Serat Kasar % Maks. 6,0

5. Abu % Maks. 8,0

6. Kalsium (Ca) % 0,90 - 1,20

7. Fosfor (P) % 0,60 – 1,00

8. Energi Metabolisme % Min. 2900


(37)

Peternakan ayam broiler memerlukan sejumlah tenaga kerja yang dapat disesuaikan dengan banyaknya jumlah budidaya ataupun jenis teknologi yang diterapkan. Peternakan ayam broiler terdiri dari beberap jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak (Rasyaf, 2010).

Biaya transportasi adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untk pnetapan tarif dan alat kontrol agar dalam pengoperasian dapat dicapai secara efektif dan efisien. Biaya transportasi termasuk di dalamnya adalah biaya bahan bakar, oli, dan tenaga penggerak.

Pemakaian Bahan Bakar Minyak biasanya dihitung berdasarkan jumlah kilometer per liter. Faktor yang mempengaruhi pemakaian BBM adalah ukuran kendaraan, rata-rata pemakaian BBM, cara mengemudi yang bila semakin cepat mengemnudi maka semakin tinggi pemakaian BBM, kondisi kendaraan, tingkat pengisian, permukaan jalan dimana permukaan jalan yang buruk menyebabkan pemakaian BBM yang lebih banyak, dan pemakaian oli mesin.

Pemberian obat pada ayam broiler terdiri dari kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp, kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan kelompok obat khusus untuk mengobati penyakit berak darah (Rasyaf, 2010).

Para peternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan secara herbal dengan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, maupun bawang putih, sebagai pengganti alternatif obat-obatan kimia (Harianto, 2011).

Vaksin adalah penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat dilakukan melalui tetes mata, penyuntikan, dan pencampuran dengan air minum (Sudaryani, 2009).


(38)

Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak disintesis oleh tubuh. Vitamin snagat berguna untuk mendukung proses pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler. Seperti halnya manusia, ayam broiler juga membutuhkan vitamin A, B, C, D, E, dan K. Kandungan vitamin tersebut biasanya sudah terdapat di dalam pakan yang diberikan kepada ayam broiler (Widagdo, 2011).

2.1.5 Produksi dan Produktivitas

Produksi adalah suatu proses pengubahan faktor produksi atau input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi sedangkan yang dimaksud dengan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi (Rasyaf, 2008).

Jumlah produksi sebaiknya sudah harus diperhitungkan dari awal. Untuk menentukan besarnya jumlah produksi yang dihasilkan, pendekatan yang harus dilakukan adalah dengan melihat potensi pasar, termasuk didalamnya tata niaga dan jalur pemasaran. Secara aplikatif, pendekatan ini harus mengetahui kepada siapa kelak ayam itu akan dijual dan berapa banyak ayam yang mau dibeli (Rasyaf, 2008).

Tujuan dari produksi ayam pedaging pada umumnya adalah untuk memproduksi daging sesuai sasaran yang hendak dicapai. Pengaturan jumlah produksi ayam ini memang berawal dari pasar sampai ke masalah teknisnya. Jumlah ayam yang ditentukan sesuai dengan perencanaan akan menentukan kepadatan kandang sehingga akhirnya menentukan jumlah kandang yang harus disiapkan dan tentunya juga terkait dengan penambahan jumlah tempat ransum, tempat minum, jumlah pakan, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Dengan demikian biaya produksi juga dapat diketahui sehingga jumlah uang yang harus disiapkan per masa produksi dapat diprediksikan (Rasyaf, 2008).


(39)

Dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output, produsen tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input-input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output. Produksi merujuk kepada jumlah input yang dipakai dan output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk kepada biaya perolehan input tersebut (nilai uangnya) (Sugiarto, 2002).

Produktivitas menyatakan rasio antara output dan input. Dalam pekerjaan pengukuran produktivitas, terlebih dahulu harus disusun definisi kerja dan kemudian cara mengukur baik output maupun input. Secara garis besar setiap variabel dapat dinyatakan dalam satuan fisik atau satuan nilai rupiah. Produktivitas dipengaruhi oleh berbagai faktor (Sirait, 2009).

Karakterisitik produk peternakan adalah karakteristik hasil utama maupun sampingan usaha peternakan. Yaitu Fragile (mudah pecah secara fisik), Perishable (mudah rusak secara kimiawi dan biologi), Quality Variation (Tingkat variasi yang tinggi dalam kualitas produk), serta Bulky (nilai ekonomis hasil sampingan berlawanan degan hasil utama). Karakteristik produksi peternakan adalah faktor-faktor produksi usaha peternakan yang jumlahnya relatif banyak serta dominanasi pengaruh lingkungan yang besar.

2.1.6 Harga Jual Ouput

Harga jual adalah nilai tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang pembeli sanggup membayar kepada penjual untuk suatu barang tertentu (Sriyadi, 2008). Harga jual meliputi biaya yang dikeluarkan untuk produksi ditambah dengan jumlah laba yang diinginkan (Padji, 2003).

Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa harga penjualan suatu produk sangat dipengaruhi oleh biaya produksi. Jika biaya produksi yang dikeluarkan pada suatu produk tinggi, maka laba yang diinginkan seharusnya disesuaikan dengan harga jual di pasaran


(40)

sebaliknya jika menginginkan laba yang diinginkan tinggi maka produsen harus dapat menekan biaya produksi.

Biaya produksi merupakan faktor yang sangat menentukan tinggi atau rendahnya harga produk yang akan dihasilkan atau ditawarkan kepada konsumen. Karena biaya produksi memberikan informasi mengenai batas bawah terhadap harga jual yang ditentukan.

Jika salah satu biaya produksi seperti biaya bahan baku melambung tinggi, maka produsen harus mengambil keputusan antara tetap memproduksi produk dengan jumlah unit produk yang sama tetapi dengan menaikkan harga jual dari produk tersebut atau menurunkan jumlah unit produk yang diproduksi dengan tidak merubah harga jual produk.

Pendapatan dapat didefinisikan sebagai pendapatan bersih seseorang dari hasil berupa uang atau materi lainnya yang didapat dari gaji atau upah. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima dalam jangka waktu tertentu (Nordhaus, 1995).

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut (Sukirno, 1996).

Keuntungan yang diperoleh peternak ayam pedaging merupakan hasil dari penjualan ternak dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa produksi. Hasil itu harus dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah peternak memperoleh keuntungan bersih.


(41)

Jika terjadi perubahan atau peningkatan biaya produksi maka hal tersebut akan lebih relevan bila dikaitkan dengan tujuan produsen dalam memperoleh pendapatan, serta pengaruhnya terhadap harga dan volume penjualan produk tersebut.

2.1.7 Dampak Kebijakan Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak

Dampak dari kebijakan pemerintah adalah sesuatu yang ditimbulkan pada masyarakat baik diterima atau tidak yang harus dipatuhi sebagai akibat dari kebijakan tersebut. Dampak itu sendiri juga bisa berarti konsekuensi dari sebelum dan sesudah adanya kebijakan tersebut (Arif, 2009).

Kebijakan Publik merupakan suatu ilmu multidisipliner karena banyak melibatkan disiplin ilmu seperti ilmu politik, sosial, ekonomi, dan psikologi. Kebijakan Publik adalah keputusan yang dibuat oleh Pemerintah dan Lembaga Pemerintahan untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang banyak.

Ciri-ciri dari Kebijakan Publik adalah :

1) Kebijakan Publik dalam system politik modern merupakan suatu tindakan yang direncanakan.

2) Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu.

3) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah dalam bidang tertentu.

4) Kebijakan publik berbentuk positif dan negatif , kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pemerintah untuk bertindak atau tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah dimana justru campur tangan pemerintah diperlukan (Suharno, 2008).


(42)

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Dengan demikian kebijakan publik dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yang dimulai dari Penyusunan Kebijakan, Formulasi Kebijakan, Adopsi Kebijakan, Implementasi Kebijakan, dan Evaluasi Kebijakan (Winarno, 2007).

Kebijakan Pemerintah akhir-akhir ini yang menuai banyak pro dan kontra adalah menyangkut dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (Bensin dan Solar) pada 18 November 2014. Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Jusuf Kalla, Menteri ESDM Sudirman Said, dan Mendagri Tjahjo Kumolo mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi di Istana Merdeka pada hari Senin tanggal 17 November 2014 malam. Harga BBM bersubsidi jenis premium naik menjadi Rp. 8.500/liter atau naik Rp 2.000 dimana sebelumnya Rp. 6.500/liter

dan solar naik menjadi Rp 7.500/liter atau naik Rp. 2.000 dimana sebelumnya Rp. 5.500/liter. Kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak ini berlaku mulai Selasa 18

November 2014 pukul 00.00 WIB.

Presiden mengatakan, keputusan pengalihan subsidi BBM dilakukan pemerintah agar dapat menambah jumlah alokasi anggaran belanja yang lebih bermanfaat bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan seperti pendidikan, infranstruktur, dan kesehatan (Koran Antara, 2014).

Pengurangan subsidi BBM memang terasa memberatkan, terutama bagi mereka yang sehari-harinya bergantung kepada bahan bakar fosil ini. Beban berat lebih terasa, karena sebelum harga BBM resmi naik, harga-harga barang di pasaran telah naik terlebih dahulu. Alasan yang selama ini digunakan untuk mengurangi subsidi BBM adalah subsidi BBM lebih banyak dinikmati orang-orang kaya yang memiliki industri dan perusahaan besar (Simamora, 2006).


(43)

Pengaruh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak secara makroekonomi adalah meningkatnya harga output, dengan asumsi bahwa output yang dihasilkan menggunakan input tenaga kerja dan input lainnya (termasuk BBM). Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia mengandalkan BBM sebagai sumber energi dalam beraktivitas. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi tidak lepas dari penggunaan BBM, mulai dari kegiatan yang dilakukan oleh rumah tangga hingga produsen yang memproduksi barang dan jasa.

Belum sampai dua bulan sejak kenaikan, pemerintah kembali akan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 1 Januari 2015. Penurunan tersebut dilakukan menyusul penerapan kebijakan baru pemerintah tentang penyaluran subsidi. Pemerintah memutuskan menurunkan harga BBM bersubsidi Per 1 Januari 2015, harga Premium dipatok Rp 7.600 per liter, turun dari harga sebelumnya Rp 8.500. Sedangkan harga solar ditetapkan Rp 7.250 per liter, turun dari harga sebelumnya Rp 7.500. Penurunan harga minyak mentah dunia menjadi faktor utama bakal diturunkannya harga jual BBM dalam negeri. Dalam perhitungan harga BBM Januari 2015, pemerintah menggunakan indikator harga minyak mentah US$ 60 per barel dengan kurs Rp 12.380 per dolar AS. Saat ini kontrak minyak mentah US$ 51,64 per barel (Koran Tempo, 2015).

Pemerintah kembali menurunkan harga bahan bakar minyak premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.600 per liter dan bahan bakar solar yang berubah dari Rp 7.250 per liter menjadi Rp 6.400 per liter. Harga itu akan berlaku pada Senin 19 Januari 2015 dini hari. Penurunan tersebut diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, pada Jumat 16 Januari 2015 siang. Penurunan harga BBM ini merupakan dampak dari sistem subsidi tetap yang mulai diterapkan pemerintah. Artinya Pemerintah hanya mengikut harga minyak dunia, dimana bila harga minyak dunia naik maka harga


(44)

Bahan Bakar Minyak (solar dan bensin) naik, begitupun sebaliknya. Rendahnya harga

minyak dunia membuat subsidi premium dihapus dan solar hanya disubsidi Rp 1.000 per liter (BBC Indonesia, 2015).

Pada tanggal 01 Maret 2015, Pemerintah membuat kebijakan baru berupa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dari bahan bakar minyak berjenis premium yang sebelumnya Rp 6.600 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. Dan BBM jenis solar tetap Rp 6.400 per liter. Tanggal 28 Maret 2015, harga BBM jenis premium kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 500 per liter menjadi Rp 7.300 per liter, dan BBM jenis solar juga naik Rp 500 per liter menjadi Rp 6.900 per liter.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Sirait (2006) dengan judul skripsi Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Harga Saprodi dan Harga Gabah di Desa Sidodai Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang menyimpulkan bahwa perbedaan biaya sarana produksi di tingkat petani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan BBM cukup signifikan. Biaya saprodi sesudah kenaikan BBM meningkat Rp 60.150,00/ha atau naik 7,32%. Perbedaan pendapatan usahatani di tingkat petani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan BBM cukup signifikan. Pendapatan usahatani sesudah kenaikan BBM meningkat Rp 231.089,00/ha atau naik 4,19%, tetapi besarnya persentase laba yang diperoleh petani menurun dari 146,90% menjadi 127,08% sesudah kenaikan harga BBM.

Sihombing (2011) dengan judul skripsi Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang menyimpulkan bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging memiliki tingkat biaya produksi yang tinggi, tingkat pendapatan yang tinggi, dan usaha ini secara finansial layak untuk diusahakan. Adapun masalah-masalah yang dihadapi usaha peternakan ayam ras pedaging adalah biaya pakan


(45)

yang tinggi, harga jual yang berfluktuasi, sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak, keterlambatan datangnya bibit, dan masalah cuaca dan penyakit.

Ardilawanti (2012) dengan judul skripsi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Broiler, menyimpulkan bahwa secara keseluruhan komponen biaya variabel independen yang menentukan meliputi pakan, kandang, biaya operasional, dan biaya obat-obatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi ayam broiler. Adapun besar pengaruh dari faktor-faktor tersebut sebesar 93,30% berarti faktor-faktor lainnya berpengaruh sangat kecil yaitu sebesar 6,70%.

2.2 Landasan Teori

Harga minyak merupakan salah satu penentu biaya input produksi. Hal ini disebabkan karena sangat berfluktuasinya pergerakan harga minyak di pasaran dunia sehingga kenaikan harga minyak akan serta merta menaikkan biaya produksi dan kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga, sebaliknya begitupun dengan penurunan harga minyak (Pertanian.go.id, 2014).

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam usaha pertanian berfungsi sebagai faktor input yang mempengaruhi proses produksi. Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap usaha pertanian dapat dilihat melalui 3 alur transmisi yakni: a) Secara langsung melalui perubahan harga BBM yang digunakan langsung pada usaha produksi, b) Dampak tidak langsung melalui perubahan harga faktor-faktor produksi, c) Dampak tidak langsung melalui perubahan harga jual output (Pertanian.go.id, 2014).

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input menjadi satu atau lebih output (produk). Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memaanfatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah


(46)

mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output (Fathorozi, 2003).

Dalam usaha peternakan ayam broiler, faktor input yang digunakan adalah Day Old Chick (DOC), pakan, obat-obatan, vitamin, dan tenaga kerja. Faktor - faktor input tersebut berperan sebagai biaya variabel yang berubah terus – menerus jumlah kebutuhan dan harganya setiap bulan (Sudarmono, 2003).

Bahan Bakar Minyak digunakan langsung untuk bahan bakar transportasi, dimana transportasi merupakan alat dalam proses produksi dan distribusi ternak ayam. Dimana tanpa bantuan transportasi, output yang dihasilkan tidak akan sampai ke pasar dan proses budidaya peternakan juga terhambat (Soekartawi, 2002).

Dampak tidak langsung dari perubahan harga BBM pada usaha peternakan berdampak pada berubahnya harga pakan, Day Old Chick (DOC) , obat-obatan atau vitamin, dan upah tenaga kerja maupun harga jual output. Hal ini dapat dilihat dari indikator yaitu adanya fluktuatif harga input seperti pakan, Day Old Chick (DOC), obat-obatan, vitamin, dan tenaga kerja yang merupakan variabel-variabel utama dalam berlangsungnya proses produksi, serta harga jual output.

Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berdampak pada pakan yaitu berupa jagung dan dedak halus yang ikut mengalami perubahan harga akibat dari perubahan BBM. Biaya pakan merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap biaya input karena dapat menyerap 70-75% biaya total produksi ayam broiler sehingga besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan sangat tergantung dari besarnya biaya pakan (Fadilah, 2007).

Untuk biaya Day Old Chick (DOC), sangat tergantung kepada mekanisme pasar, dimana harga bibit ayam juga ikut berfluktuasi sesuai dengan jumlah permintaan dan penawaran pasar. Permintaan DOC dapat berubah seiring dengan kemampuan produsen dalam membeli


(47)

dan harga beli DOC yang berubah akibat perubahan harga BBM, dan penawaran DOC berubah seiring dengan berubahnya biaya input produksi akibat berubahnya harga Bahan Bakar Minyak dan harga jual DOC (Republika online, 2014).

Biaya obat-obatan dan vitamin mengalami perubahan seiring dengan perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tingkat pedagang. Kebutuhan untuk obat-obatan dan vitamin ayam broiler berubah-ubah untuk setiap periodenya.

Biaya untuk upah tenaga kerja juga mengalami perubahan seiring dengan tuntutan pekerja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Harga bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari juga ikut berubah karena berubahnya harga Bahan Bakar Minyak (Harian Analisa, 2015).

Untuk mengetahui dampak tidak langsung dari pengaruh kenaikan harga BBM terhadap perubahan harga jual output, yaitu dengan mengetahui kenaikan µ (mark up) dari harga output, sehingga berpengaruh terhadap upah yang harus diberikan. Jadi dapat dijelaskan bahwa peningkatan upah dan harga BBM menyebabkan kenaikan biaya produksi, sehingga memaksa produsen untuk meningkatkan harga output.

Volume produksi sangat bergantung kepada biaya input produksi. Bila biaya input yang dikeluarkan tinggi, maka akan menjadi pertimbangan produsen untuk memperkecil volume produksi atau menaikkan harga output. Sebaliknya, bila biaya yang dikeluarkan untuk produksi rendah maka produsen akan menaikkan volume produksi atau harga output tetap (Soekartawi, 1995).

Berdasarkan teori ekonomi manajerial, apabila salah satu variabel penentu penawaran (variabel di luar harga produk) dalam fungsi penawaran berubah nilainya, maka akan menghasilkan fungsi penawaran baru dan hal ini berakibat kurva penawaran semula So secara keseluruhan ke lokasi yang baru. Perpindahan atau pergeseran kurva penawaran So ke lokasi yang baru ini ditandai dengan adanya perubahan penawaran di pasar, sehingga apabila


(48)

pengaruh dari perubahan variabel penentu penawaran itu lebih besar daripada pengaruh perubahan harga pokok, maka dapat saja terjadi bahwa seolah-olah kenaikan harga produk diikuti dengan penurunan penawaran terhadap produk itu. Dalam konteks ini, hukum penawaran tetap berlaku, bahwa kenaikan harga produk akan meningkatkan kuantitas penawaran akibat kenaikan harga itu diikuti pula oleh pengaruh penurunan penawaran kuantitas produk yang lebih besar sebagai akibat pengaruh perubahan nilai dari variabel penentu penawaran itu (sebagai misal pengaruh dari variabel adalah pengaruh kenaikan biaya input yang digunakan dalam produksi) (Gaspersz,1997).

Perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam menciptakan komoditas usahatani maupun usaha lainnya yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input merupakan masukan bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan suatu produk. Hubungan antara faktor produksi dengan hasilnya dapat diberi ciri khusus berupa fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan jumlah

hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah biaya faktor produksi yang dikeluarkan (Soekartawi, 2002).

Fungsi biaya produksi menjelaskan hubungan input dan output yaitu besarnya biaya produksi dipengaruhi oleh jumlah output, besarnya biaya output tergantung pada biaya atas input yang digunakan. Perilaku biaya produksi dipengaruhi oleh karakteristik fungsi produksi dan harga input yang digunakan dalam proses produksi. Biaya diasumsikan dengan f (Q) dimana Q = Output. Output diasumsikan dengan f (X) dimana X = Input (Gilarso,

2003). 3 Konsep mengenai biaya produksi yaitu Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) TFC = f (konstan), Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost) TFC = f (Output atau Q),


(49)

Total biaya produksi (TC) per periode waktu yang dikeluarkan peternak akan mempengaruhi harga jual output ayam broiler tersebut. Harga jual output bila dikalikan dengan volume produksi ayam broiler yang dijual akan didapat sebagai penerimaan peternak (Soekartawi, 1995).

Analisis pendapatan terhadap usaha penting dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak akan dicapai oleh setiap usaha dengan berbagai pertimbangan dan motivasinya. Analisis pendapatan pada dasarnya memerlukan dua keterangan pokok yaitu : (1) keadaan penerimaan, dan (2) keadaan pengeluaran biaya produksi selama jangka waktu tertentu (Hernanto, 1996).

Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Dimana biaya itu terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 2002).

Dalam melakukan usaha, harga dan produktivitas merupakan sumber ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka penerimaan dan pendapatan yang diterima produsen juga berubah (Soekartawi, 1990).

2.3 Kerangka Pemikiran

Kebijakan perubahan BBM yang berubah-ubah dalam waktu singkat dapat memberikan dampak pada biaya input dan output ayam broiler. Kebijakan pertama harga BBM tanggal 18 november 2014 berupa kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000,- sudah membuat harga dari berbagai sektor sudah ikut naik. Perubahan yang terjadi dalam kurun waktu cepat dari tanggal 1 Januari 2015, 19 Januari 2015, 01 Maret 2015, dan 28 Maret 2015 dapat membuat perubahan harga komoditi dalam waktu yang cepat.


(50)

Adanya perubahan harga BBM ini, menjadi suatu masalah yang menarik dimana untuk usaha peternakan ayam broiler biaya input dan jumlah produksinya ikut terpengaruh dengan perubahan harga BBM. Biaya Input yang digunakan berupa biaya variabel yang berubah-ubah dalam jangka pendek ditambahkan dengan penyusutan biaya tetap.

Biaya input berpengaruh terhadap volume output yang dihasilkan dan harga output. Dimana penerimaan yang didapat peternak tergantung dari jumlah perkalian volume output dan harga output. Pendapatan peternak berasal dari total penerimaan peternak dikurangi total biaya input per periode waktu. Bila total biaya input berubah, maka volume output dan harga output berubah yang menyebabkan penerimaan dan pendapatan peternak pun mengalami perubahan.


(51)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Kebijakan Pemerintah

Kenaikan Harga BBM 18 November 2014

Perubahan Harga

BBM

Penurunan Harga BBM 1 Januari 2015

Penurunan Harga BBM 19 Januari 2015

Biaya Total Input : 1) Biaya Tetap 2) Biaya Variabel : - Bibit DOC - Pakan

- Vaksin, Obat vitamin - Upah Tenaga Kerja

- Transportasi

Volume Output Ayam Broiler

Harga Ayam Broiler

Penerimaan Peternak

Pendapatan Peternak Kenaikan 1 Maret 2015


(52)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang diuraikan, maka diajukan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

1) Perubahan harga Bahan Bakar Minyak (Solar dan Bensin) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 memberikan dampak yang nyata terhadap biaya total input produksi ayam broiler di daerah penelitian.

2) Perubahan harga Bahan Bakar Minyak (Solar dan Bensin) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 memberikan dampak yang nyata terhadap volume produksi ayam broiler di daerah penelitian.

3) Perubahan harga Bahan Bakar Minyak (Solar dan Bensin) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 memberikan dampak yang nyata terhadap penerimaan dan pendapatan petani peternak ayam broiler


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. penentuan daerah penelitian dilakukan dengan metode purposive artinya penentuan daerah penelitian didasarkan atas pertimbangan – pertimbangan tertentu yang sudah disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989). Penentuan daerah penelitian ini didasarkan atas pertimbangan - pertimbangan sebagai berikut :

1) Kabupaten Deli Serdang dipilih atas dasar pertimbangan karena Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di Provinsi Sumatera Utara sebagaimana dituliskan pada Tabel 3.1.

2) Kecamatan Galang dipilih atas dasar pertimbangan karena Kecamatan Galang merupakan sentra produksi ayam broiler paling tinggi dan jumlah peternak/ usaha paling banyak dibandingkan dengan kecamatan – kecamatan lain yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang sebagaimana dituliskan pada Tabel 3.2 dan diuraikan pada Tabel 3.3.


(1)

(2)

Lampiran 35 Total Penerimaan dan Pendapatan Peternak Periode Panen 1 (Harga BBM Premium Rp 6.500/Liter, Solar Rp 5.500/Liter). No Sam pel Jum lah Tern ak Ayam Afkir (Rp) Kotor an (Rp) Total Penerim aan

Total Biaya Total Biaya Pendap atan Biaya Tetap Biaya Variabel 1. 20.0

00 582.431. 100 6.583. 500 589.014. 600 14.721 .000 382.803. 500 397.524. 500 191.490 .100 2. 8.00 0 271.706. 100 2.620. 200 274.326. 300 4.227. 000 185.683. 000 189.910. 000 84.416. 300 3. 4.50 0 142.080. 000 1.452. 000 143.532. 000 5.158. 300 96.335.5 00 101.493. 800 42.038. 200 4. 4.00 0 116.936. 100 1.327. 000 118.263. 100 3.387. 300 93.868.0 00 97.255.3 00 21.007. 800 5. 5.00 0 171.097. 900 1.366. 400 172.464. 300 4.239. 000 129.679. 000 133.918. 000 38.546. 300 6. 8.00 0 276.287. 000 2.758. 000 279.045. 000 3.656. 000 218.543. 000 222.199. 000 56.846. 000 7. 2.00 0 56.342.4 00 375.00 0 56.717.4 00 1.702. 300 47.653.5 00 49.355.8 00 7.361.6 00 8. 2.50 0 63.160.5 00 387.50 0 63.548.0 00 1.454. 000 51.040.0 00 52.494.0 00 11.054. 000 9. 7.00 0 220.774. 800 999.00 0 221.773. 800 3.313. 300 166.053. 500 169.366. 800 52.407. 000 10. 3.00 0 105.470. 600 1.059. 000 100.529. 600 1.846. 300 82.439.8 00 84.286.1 00 16.243. 500 11. 3.50 0 107.606. 900 558.00 0 108.164. 900 1.924. 700 86.842.5 00 88.767.2 00 19.397. 700 12. 4.00 0 137.878. 600 735.00 0 138.613. 600 2.520. 300 106.394. 000 108.914. 300 29.699. 300 13. 4.50 0 134.665. 900 825.00 0 135.490. 900 2.199. 000 112.336. 500 114.535. 500 20.955. 400 14. 92.605.5 600.00 93.205.5 1.981. 69.165.5 71.146.8 22.058.


(3)

3.00 0

00 0 00 300 00 00 700

Tota l

79.0 00

2.479.04 3.400

21.645 .600

2.494.68 9.000

52.328 .500

1.828.83 7.300

1.881.16 7.100

613.521 .900 Rata

an

5.64 2

177.074. 500

1.546. 100

178.192. 000

3.737. 700

130.631. 200

134.369. 000

43.823. 000


(4)

Lampiran 36 Total Penerimaan Peternak Periode Panen 2 (Harga BBM Premium Rp 8.500/ Liter, Solar Rp 7.500/Liter dan

Premium Rp 7.600/Liter, Solar Rp 7.250/Liter) No Sam pel Jum lah Tern ak Ayam Afkir (Rp) Kotor an (Rp) Total Penerim aan

Total Biaya Total Biaya Pendap atan Biaya Tetap Biaya Variabel 1. 20.0

00 586.235. 900 6.062. 000 592.297. 900 14.721 .000 369.537. 600 384.258. 600 208.039 .300 2. 8.00

0 230.928. 000 2.161. 500 233.089. 500 4.227. 000 152.073. 000 156.300. 000 76.789. 500 3. 5.00

0 148.160. 000 1.708. 000 149.868. 000 5.158. 300 101.758. 500 106.916. 800 42.951. 200 4. 4.00

0 102.463. 000 1.295. 000 103.758. 000 3.387. 300 88.265.9 00 91.653.2 00 12.104. 800 5. 5.00

0 160.797. 600 1.302. 000 162.099. 600 4.239. 000 126.850. 800 131.089. 800 31.009. 800 6. 8.00

0 287.448. 500 2.705. 500 290.154. 000 3.656. 000 223.521. 100 227.177. 100 62.976. 900 7. 2.00

0 58.609.7 00 360.00 0 58.969.7 00 1.702.

300 49.496.6 00 51.198.9 00 7.770.8 00 8. 2.00

0 63.160.5 00 342.50 0 63.503.0 00 1.454.

000 45.893.0 00

47.347.0 00

16.156. 000 9. 7.00

0 221.904. 000 1.197. 000 223.101. 000 3.313. 300 168.020. 400 171.333. 700 51.767. 300 10. 3.00

0 89.987.0 00 1.044. 000 91.031.0 00 1.846. 300 76.852.0 00 78.698.3 00 12.332. 700 11. 3.50

0 107.971. 200 525.00 0 108.496. 200 1.924. 700 87.886.0 00 89.810.7 00 18.685. 500 12. 4.00

0 117.900. 000 600.00 0 118.500. 000 2.520. 300 101.956. 000 104.476. 300 14.023. 700 13. 4.50

0 153.014. 400 990.00 0 154.004. 400 2.199. 000 119.243. 700 121.442. 700 32.561. 700 14. 3.00

0 81.207.9 00 567.00 0 81.774.9 00 1.981. 300 64.441.3 00 66.422.6 00 15.352. 300 Tota l 79.0 00 2.409.78 7.700 20.859 .500 2.430.64 7.200 52.328 .500 1.775.79 5.900 1.828.12 5.700 602.521 .500 Rata an 5.64 2 172.127. 700 1.490. 000 173.617. 700 3.737. 700 126.842. 600 130.580. 400 43.037. 300


(5)

Lampiran 37 Total Penerimaan Peternak Periode Panen 3 (Harga BBM Premium Rp 6.600/ Liter, Solar Rp 6.400/Liter dan Premium Rp 6.800/Liter, Solar Rp 6.400/Liter)

No Sampel

Jumlah Ternak

Ayam Afkir (Rp)

Kotoran (Rp)

Total Penerimaan

Total Biaya Biaya Tetap Biay

Variab 1. 20.000 624.418.700 6.930.000 595.823.800 14.721.000 391.52 3. 8.000 249.892.400 2.422.200 252.314.600 4.227.000 180.34 3. 5.000 162.352.000 1.435.000 163.787.000 5.158.300 100.655 4. 4.000 111.838.000 1.316.000 113.154.000 3.387.300 89.556 5. 5.000 161.956.800 1.316.000 163.272.800 4.239.000 125.39 6. 8.000 258.336.000 2.642.500 260.978.500 3.656.000 213.687

7. 2.000 63.484.400 395.000 63.879.400 1.702.300 50.41

8. 2.000 59.289.900 310.000 59.599.900 1.454.000 47.259

9. 7.000 230.079.400 1.050.000 231.129.400 3.313.300 171.618 10. 3.000 102.589.200 1.080.000 103.669.200 1.846.300 77.54 11. 3.500 99.856.800 525.000 100.381.800 1.924.700 84.974 12. 4.000 141.356.200 696.000 142.052.200 2.520.300 110.751

13. 4.500 144.900.000 900.000 145.800.000 2.199.000 115.04

14. 3.000 83.914.800 588.000 84.502.800 1.981.300 64.024

Total 79.000 2.494.264.600 21.605.700 2.480.345.400 52.328.500 1.822.79 Rataan 5.642 178.161.800 1.543.300 177.167.500 3.737.700 130.19

Lampiran 38 Total Penerimaan dan Pendapatan Peternak Periode Panen 4 (Harga BBM Premium Rp 7.300/Liter, Solar

Rp 6.900/Liter) No

Sam pel

Jum lah Tern

ak

Ayam Afkir

(Rp)

Kotor an (Rp)

Total Penerim

aan

Total Biaya Total Biaya

Pendap atan

Biaya Tetap

Biaya Variabel 1. 20.0

00

592.627. 900

6.132. 000

598.759. 900

14.721 .000

382.680. 000

397.401. 000

201.358 .900

2.

8.00 0

233.270. 900

2.376. 000

235.646. 900

4.227. 000

172.033. 500

176.260. 500

59.386. 400

3.

5.00 0

148.800. 000

1.494. 500

150.294. 500

5.158. 300

102.622.

800

107.781. 100

42.513. 400

4.

4.00 0

125.057. 000

1.540. 000

126.597. 000

3.387. 300

104.389. 000

107.776. 300

18.820. 700

5.

5.00

154.107. 400

1.316. 000

155.423. 400

4.239. 000

127.148. 900

131.387. 900

24.035. 500


(6)

0

6.

8.00 0

262.707. 800

2.649. 500

265.357. 300

3.656. 000

222.841. 500

226.497. 500

38.859. 800

7.

2.00 0

63.711.1 00

417.50 0

64.128.6 00

1.702. 300

54.690.1 00

56.392.4 00

7.736.2 00

8.

2.50 0

70.334.9 00

495.00 0

70.829.9 00

1.454. 000

53.505.0

00

54.959.0 00

15.870. 900

9.

7.00 0

211.090. 300

930.00 0

212.020. 300

3.313. 300

161.866. 300

165.179. 600

46.840. 700 10.

3.00 0

98.300.2 00

1.050. 000

99.350.2 00

1.846. 300

79.169.2 00

81.015.5 00

18.334. 700 11.

3.50 0

108.070. 600

600.00 0

108.670. 600

1.924. 700

90.758.9 00

92.683.6 00

15.987. 000 12.

4.00 0

130.824. 000

780.00 0

131.604. 000

2.520. 300

108.498. 100

111.018. 400

20.585. 600 13.

4.50 0

145.562. 400

891.00 0

146.453. 400

2.199. 000

117.551. 400

119.750. 400

26.703. 000 14.

3.00 0

88.727.1 00

615.00 0

89.342.1 00

1.981. 300

71.116.5 00

73.097.8 00

16.244. 300 Tota

l

79.5 00

2.433.19 1.600

21.286 .500

2.454.47 8.100

52.328 .500

1.848.87 1.200

1.901.20 1.000

553.277 .100 Rata

an

5.67 8

173.799. 400

1.520. 500

175.319. 900

3.737. 700

132.062. 300

135.800. 000

39.519. 900