Hambatan Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis KTSP Pada

Hal ini sesuai dengan standar penilaian Nomor 20 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran meliputi penilaian proses dan penilaian hasil pembelajaran. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil observasi, evaluasi pembelajaran tematik memiliki persentase 30,68 dengan kriteria kurang baik E, artinya evaluasi pembelajaran tematik belum dilaksanakan sesuai dengan standar penilaian. penilaian proses menunjukkan persentase 11,6 dengan kriteria tidak baik dan pada penilaian hasil menunjukkan persentase 50 dengan kriteria cukup baik. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran tematik kurang baik karena guru baru melaksanakan salah satu penilaian yakni penilaian hasil dibanding penilaian proses. Hal ini belum sesuai dengan standar penilaian Nomor 20 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran sebaiknya tidak hanya menggunakan penilaian hasil namun juga penilaian proses.

4.2.5 Hambatan Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis KTSP Pada

Kelas Rendah di SD Negeri Gugus Joko Tingkir Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas 1, 2, dan 3 di 5 SD penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat berbagai hambatan yang dialami guru dalam implementasi pembelajaran tematik baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran tematik. Hambatan dalam perencanaan pembelajaran yakni kesulitan guru dalam menggabungkan antar mata pelajaran karena kebanyakan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain tidak dapat disambungkan yang kemudian terjadi pengotakan mata pelajaran. Selain itu, pemahaman guru yang masih kurang mengenai pembelajaran tematik juga merupakan hambatan dalam merencanakan pembelajaran tematik. Guru lebih banyak mengunduh silabus dan RPP karena kesulitan dalam memahami pembelajaran tematik. Buku pegangan yang dimiliki guru pun juga tidak menunjang dalam memudahkan pembuatan rencana pembelajaran tematik. Buku pegangan yang dimiliki guru terpisah antara mata pelajaran satu dengan lainnya yang membuat guru kesulitan dalam merencanakan pembelajaran tematik. Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yakni kesulitan guru dalam mentematikkan mata pelajaran. Guru kesulitan mencari kata-kata yang cocok dalam menggabungkan satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain saat pembelajaran. Hal inilah yang kemudian membuat pembelajaran tematik tidak dapat terwujud karena pada akhirnya guru memisahkan antar mata pelajaran dalam proses pembelajaran. Kurangnya fasilitas dan media juga membuat pembelajaran tematik menjadi terhambat. Selain itu, kelas yang terlalu gemuk dan kelas yang terlalu sedikit membuat guru kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Kelas yang gemuk tidak memungkinkan guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran sesuai rencana sedangkan kelas yang terlalu sedikit tidak memungkinkan guru melaksanakan diskusi dalam pembelajaran. Hambatan dalam evaluasi pembelajaran tematik berasal dari kesulitan peserta didik dalam membaca dan menulis dan pemahaman peserta didik yang berbeda antara satu peserta didik dengan peserta didik lain. Ada peserta didik yang sudah mahir dalam suatu materi namun ada yang belum, sehingga guru mau tidak mau harus mau harus menyesuaikan peserta didik yang belum mahir. Hal inilah yang kemudian menjadikan guru mengulang-ulang materi dan tidak segera melaksanakan evaluasi pembelajaran. Selain itu, guru belum sepenuhnya melaksanakan penilaian proses karena ada KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai oleh peserta didik sehingga guru lebih fokus pada penilaian hasil dibanding penilaian proses. Secara keseluruhan hambatan dalam implementasi pembelajaran tematik yang paling menonjol yakni kesulitan guru dalam menggabungkan antar mata pelajaran baik dalam merencanakan maupun dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pembelajaran tematik, guru melakukan sharing dengan teman sejawat sesama guru atau dengan kepala sekolah. Sharing yang dilakukan guru biasanya disampaikan dalam rapat atau evaluasi yang dilaksanakan kurang lebih dua hingga tiga minggu sekali. Selain itu, guru-guru Gugus Joko Tingkir Kecamatan Tingkir Kota Salatiga bertukar pikiran dengan wadah KKG Kelompok Kerja Guru yang dilaksanakan secara rutin. Kepala sekolah juga berupaya untuk mengikutsertakan guru dalam beberapa penataran terkait dengan pembelajaran tematik sehingga guru diharapkan lebih memahami pembelajaran tematik berbasis KTSP. Kepala sekolah juga saling bertukar pikiran dengan kepala sekolah satu gugus dengan wadah KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah yang dilaksanakan satu minggu sekali. Dengan wadah KKG dan KKKS diharapkan hambatan dalam pembelajaran tematik dapat diatasi dengan baik.

4.3 IMPLIKASI PENELITIAN