b. Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang dibutuhkan oleh peserta didik
developmentally-appropriate practice, bukan penerusan materi pelajaran. c.
Berpendekatan atau berpusat pembelajaran learner centered curriculum, bukan pengajaran.
d. Berpendekatan terpadu atau integratif integrative curriculum atau learning
across curriculum, bukan diskrit. e.
Bersifat diversifikatif, pluralistis, dan multikultural. f.
Bermuatan empat pilar pendidikan kesejagatan, yaitu belajar memahami learning to know, belajar berkarya learning to do, belajar menjadi diri sendiri
learning to be oneself, dan belajar hidup bersama learning to live together. g.
Berwawasan dan bermuatan manajemen berbasis sekolah.
2.1.3 Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak SD
Karakteristik perkembangan kognitif anak pada usia SD sebagian besar telah mencapai kematangan dalam pertumbuhan fisik. Selain itu, perkembangan
sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD juga telah nampak. Pada pengembangannya, anak usia SD cenderung suka bermain, memiliki rasa ingin tahu
yang besar dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya sehingga pembelajaran di sekolah diusahakan dapat tercipta suasana peserta didik yang aktif dan
menyenangkan. Menurut Muhibin dalam Majid, 2014:8, perkembangan intelektual peserta didik sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret yakni
usia 7-11 tahun, yang ditandai dengan kemampuan berpikir konkret dan mendalam dan mampu mengklasifikasikan serta mengontrol persepsinya. Pada tahap ini,
perkembangan kemampuan berpikir peserta didik sudah mantap, kemampuan
skema kapasitas dasar kemampuan intelektual asimilasinya sudah lebih tinggi
dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema.
Majid 2014:10 menyebutkan perkembangan intelektual peserta didik sekolah dasar yang berada pada tahapan operasional konkret menunjukkan perilaku
belajar sebagai berikut: 1 mulai memandang secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara
serentak, 2 mulai berpikir secara operasional, 3 mempergunakan cara berpikir untuk mengklasifikasikan benda-benda, 4 membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan 5 memahami konsep substansi, volume zat cair,
panjang, lebar, luas, dan berat.
Untuk itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip latar, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil bermain, dan prinsip keterpaduan kaitannya
dengan perkembangan anak usia sekolah dasar Depdikbud dalam Majid, 2014:3.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Prinsip latar adalah suatu keadaan di mana peserta didik telah mengetahui hal
lain baik secara langsung atau tidak langsung terhadap materi yang akan dipelajari. Hal tersebut perlu disadari oleh guru agar tidak terjadi kekosongan
dalam pembelajaran. b.
Prinsip belajar sambil bekerja merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik karena pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil
belajar yang tidak mudah dilupakan. Peserta didik memperoleh kepercayaan diri, merasa senang, dan puas karena kemampuannya dapat disalurkan.
c. Prinsip belajar sambil bermain merupakan keefektifan yang dapat menimbulkan
suasana yang menyenangkan bagi peserta didik dalam belajar. Suasana seperti ini akan mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar. Guru harus dapat
menciptakan bentuk permainan yang kreatif dan menarik dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik.
d. Prinsip keterpaduan merupakan hal penting dalam pembelajaran. Guru
diharapkan dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya mengaitkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Memadukan konsep atau materi
pelajaran pada dasarnya dapat membantu peserta didik dalam menyerap pengetahuan yang diberikan oleh guru sehingga pembelajaran yang diikuti dapat
dicapai secara bermakna.
2.1.4 Pembelajaran Tematik Berbasis KTSP