Hasil Penelitian yang Relevan
55 satu kelompok untuk menyelesaikan tugas. Lalu guru memanggil satu
nomor untuk mempresentasikan jawaban di depan kelas, langkah terakhir guru bersama siswa menyimpulkan jawaban dari semua pertanyaan yang
sedang dibahas. Dalam pembelajaran model ini terdapat penomoran sehingga siswa tidak dapat tergantung kepada sesama anggotanya dan
akan menimbulkan rasa tanggungjawab belajar pada diri siswa. Tipe ini juga mendorong siswa untuk kerjasama karena melibatkan seluruh siswa
dalam memecahkan masalah. Setiap siswa dalam kelompok tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat berbagi ide atau
pendapat sehingga dapat menghindari terjadinya dominasi hanya pada beberapa siswa saja. Sedangkan, pada pelaksanaan model kooperatif tipe
Make a Match yaitu guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Siswa dibagi
menjadi dua kelompok, satu bagian kelompok kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Kemudian setiap siswa mendapatkan satu buah
kartu. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin. Terdapat perbedaan pada kedua model tersebut Nurhadi dalam Mahfud,
2010 : 50 mengatakan bahwa NHT merupakan metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola-pola interaksi siswa sehingga mampu meningkatkan prestasi akademik siswa. Pada model pembelajaran ini guru yang
menentukan topik pembelajaran lalu memberikan soal pada siswa dalam
56 bentuk lembar soal. Make a Match adalah kegiatan siswa untuk mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang
tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Guru lebih berperan sebagai fasilitator
dan ruangan kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Keputusan guru dalam penataan
ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match mencari pasangan menuntut para siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir . Disampingn itu juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam
kelas. Pada model NHT yang merencanakan dan menentukan topik
pembelajaran adalah guru dan siswa hanya berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Tingkat kesiapan siswa pada
model NHT lebih tinggi karena guru memanggil siswa secara acak untuk dapat menjawab pertanyaan. Pada model pembelajaran koopertaif tipe
Make a Match siswa yang dapat menemukan kartu yang benar yang mendapat poin, disini terlihat kurangnya kerjasama dan aktivitass belajar
siswa yang terbatas hanya pada permainan menemukan kartu jawaban atau soal. Sedangkan pada model NHT terdapat tahap pemanggilan
secara acak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
57 sehingga semua siswa dituntut harus memahami materi. Pada model
Make a Match siswa yang dapat mencocokkan kartu jawaban tidak melebihi batas waktu dapat diberi poin sehingga siswa lebih
mengandalkan insting daripada pengetahuan yang mereka miliki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan dan tanggung jawab
serta percaya diri siswa pada model NHT lebih tinggi dibandingkan model Make a Match. Perbedaan tersebut dapat diduga akan berakibat
pada pencapaian hasil belajar yang berbeda antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe NHT
dan Make a Match.