Kemungkinan disfungsi biologis yang serupa berkombinasi dengan proses belajar pada
masa kanak-kanak untuk menghasilkan deficit sosial yang menentukan timbulnya gangguan ini.
15. Gangguan Kepribadian Skizotipal
Kata schizo berasal dari bahasa Yunani, yang merujuk pada pengertian; kecenderungan menarik diri dari sosial atau keterbatasan dalam berekspresi roman. Kata
schizo diartikan sebagai terpisah, terbelah, atau pecah. Namun dalam pengertian ini tidak digunakan untuk menerangkan kondisi sebagai pecahnya kepribadian.
Beberapa Gejala gangguan kepribadian skizotipal;
Pemahaman yang tidak tepat terhadap kejadian-kejadian dimana individu beranggapan bahwa kejadian tersebut mempunyai makna tersendiri bagi dirinya atau orang lain.
Mempunyai pikiran, kepercayaan dan perilaku yang aneh, eksentrik dan bertentangan
dengan norma-norma yang ada.
Mempercayai bahwa dirinya mempunyai kekuatan spesial seperti telepati, indra keenam, dan sebagainya yan berhubungan dengan paranormal
Pengalaman imajinasi seperti adanya ilusi terhadap tubuhnya
Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan atau berbicara aneh-aneh
Adanya kecemasan dalam situasi sosial dan pikiran-pikiran paranoid, serta penilaian
negatif terhadap dirinya sendiri
Minim respon emosi dan perasaan-perasaan afektif dalam dirinya
Sedikit mempunyai teman akrab
Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian Skizotipal
Kurangnya perhatian terutama pengenalan emosi, meskipun anak itu tumbuh secara
sehat. Kurangnya stimulasi sosial dari orangtua anak akan belajar menghindari dengan sendirinya dan tidak mencari kesenangan diluar lingkungan rumahnya.
Pada masa perkembangan, anak akan melewati beberapa tahap-tahap kesiapan sosial
dan belajar menempatkan ekspresi emosi secara tepat interaksi interpersonal dengan orang lain.
Keluarga, faktor keturunan keluarga orangtua yang memiliki gejala skizofrenia
dapat menjadi suatu kondisi adanya gangguan skizotipal pada anak, faktor-faktor dalam keluarga lainnya yang memberi kontribusi gangguan kepribadian ini adalah
kekerasan dan penolakan terhadap anak.
16. Gangguan Kepribadian Antisosial
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial antisocial personality disorder secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar
hukum.
Ciri-ciri Gangguan Kepribadian Antisosial adalah sebagai berikut : 1. Gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukkan dengan perilaku seperti
membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata, memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada orang maupun binatang,
merusak atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri, atau merampok.
2. Sejak usia 15 tahun menunjukkan kepribadian kepedulian yang kurang dan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain, yang ditunjukkan oleh perilaku sebagai
berikut:
Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum, ditunjukkan dengan
perilaku melanggar hukum yang dapat maupun tidak dapat mengakibatkan penahanan, seperti merusak bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan
dengan hokum, mencuri, atau menganiaya orang lain.
Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain,
ditunjukkan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.
Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukkan dengan kegagalan
mempertahankan pekerjaan karena ketidakhadiran berulang kali, keterlambatan, mengabaikan kesempatan kerja atau memperpanjang periode pengangguran meski
ada kesempatan kerja; danatau kegagalan untuk mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak atau membayar hutang; danatau kurang
dapat membina hubungan monogami.
Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, seperti ditunjukkan
oleh perilaku berjalan-jalan tanpa pekerjaan tanpa tujuan yang jelas.
Tidak menghormati kebenaran, ditunjukkan dengan berulang kali berbohong,
memperdaya, atau menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.
Tidak menghargai keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain,
ditunjukkan dengan berkendara sambil mabuk atau berulang kali ngebut.
Kurang penyesalan atas kesalahan yang dibuat, ditunjukkan dengan
ketidakpedulian akan kesulitan yang ditimbulkan pada orang lain, danatau membuat alas an untuk alas an tersebut.
3. Bersikap tidak perduli dengan perasaan orang lain, kacau, sadistik, dan ugal-ugalan.