Semiologi Roland Barthes Fotografi .1 Fotografi Jurnalistik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah sampul depan majalah TIME yang memuat foto Joko Widodo dan Barack Obama pada edisi 27 Oktober 2014 dan 1 September 2008.

2. Semiologi Roland Barthes

Peneliti ingin mengkaji objek penelitian melalui analisis leksia dan lima kode pembacaan Barthes. Penelitian ini tak hanya sampai pada level teks, namun juga level konteks. 3. Hasil Bagian terakhir dari kerangka pemikiran ini adalah hasil yang telah dicapai oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara 46 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivis kritis. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, tujuan penelitian kualitatif tidak selalu mencari sebab akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu. Konstruksi media massa inilah yang kemudian akan dianalisis lebih mendalam menggunakan pisau analisis semiotika. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi secara mendalam. Metode ini tidak mengutamakan populasi dan sampling, sehingga penelitian tersebut bersifat subjektif yang hasilnya bukan untuk digeneralisasikan Kriyantono, 2008. Penelitian kualitatif berbasis analisis semiotika ini menggunakan semiologi Roland Barthes, yaitu analisis leksia dan lima kode pembacaan teks. Analisis semiotika Roland Barthes tidak mengerdilkan peran pembaca The Reader dan tidak terbatas pada level teks saja Teks; foto, gambar, musik teks, namun juga sampai pada level konteks sosial, budaya, ekonomi. III.2 Subjek Penelitian III.2.1 Majalah TIME Majalah TIME adalah majalah berita mingguan yang diterbitkan pertama kali pada tanggal 3 Maret 1923 dengan Joseph G. Cannon, anggota DPR AS yang menghiasi sampulnya. Majalah ini didirikan oleh Briton Hadden dan Henry Luce yang pernah bekerja sama sebagai chairman dan managing editor di Yale Daily News. Briton Hadden yang merupakan editor pertama majalah TIME, juga merupakan penemu gaya menulis revolusioner yang dikenal dengan Timestyle. Sedangkan Henry Luce, dikenal sebagai warga negara Amerika paling berpengaruh pada masanya. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sekarang ini, majalah TIME Time.inc merupakan anak perusahaan Time Warner, perusahaan yang dibentuk dari penyatuan antara Time.inc dan Warner Communication pada tahun 1990. Perusahaan ini telah menerbitkan 130 majalah, terutama majalah yang bernama sama, Time. Berikut adalah daftar editors, managing editors dan notable contributors of TIME: III.2.1.1 Editors 1. Briton Hadden 1923–1929 2. Henry Luce 1929–1949 3. T. S. Matthews 1949–1953 III.2.1.2 Managing Editors 1. T. S. Matthews 1943-1949 2. Roy Alexander 1949-1960 3. Otto Fuerbringer 1960-1977 4. Henry Grunwald 1968-1968 5. Ray Cave 1979-1985 6. Jason McManus 1985-1987 7. Henry Muller 1987-1993 8. James R. Gaines 1993-1995 9. Walter Isaacson 1996-2001 10. Jim Kelly 2001-2005 11. Richard Stengel 2006-2013 12. Nancy Gibbs 2013-present III.2.1.3 Notable Contributors 1. Aravind Adiga, koresponden Time selama tiga tahun, pemenang Man Booker Prize kategori fiksi pada 2008 2. James Agee, editor buku dan film untuk Time. 3. Ann Blackman. 4. Ian Bremmer, editor-at-large. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Margaret Carlson, kolumnis perempuan pertama untuk Time. 6. Whittaker Chambers, karyawan Time dari 1939 sampai 1948, karirnya diakhiri sebagai senior editor. 7. Richard Corliss, kritikus film untuk majalah sejak 1980. 8. Alexander Eliot, editor artistik 1945–1961, penulis delapan buku tentang seni, mitologi dan sejarah, termasuk Three Hundred Years of American Painting yang dipublikasikan oleh Time-Life Books. 9. Nancy Gibbs, penulis esai dan editor-at-large; telah menulis lebih dari 100 cerita-cerita kover Time. 10. Lev Grossman, menulis tentang buku-buku untuk majalah. 11. Deena Guzder, seorang jurnalis HAM dan penulis. 12. Robert Hughes, kritikus seni long-tenured Time. 13. Pico Iyer, penulis esai dan novelis, penulis esai untuk Time sejak 1986. 14. Joe Klein, penulis Primary Colors dan seorang kolumnis Time yang mengisi kolom “In The Arena.” 15. Andre Laguerre, ketua birokrat Paris pada 1948–1956, ketua birokrat London pada 1951–1956, juga telah menulis tentang olahraga untuk Time; belakangan menjadi managing editor untuk Sports Illustrated. 16. Nathaniel Lande, penulis, pembuat film, dan mantan creative director di Time. 17. Will Lang Jr. 1936–1968, Time Life International. 18. Lance Morrow, penulis esai halaman belakang dari 1976 dan selama 2000. 19. Michael Schuman, penulis Amerika dan jurnalis spesialis ekonomi Asia, politik dan sejarah, sekarang menjadi koresponden majalah Time untuk Asia Business yang berbasis Hong Kong. 20. Donald L. Barlett dan James B. Steele, reporter investigasi yang memenangkan dua National Magazine Awards selama berada di Time. 21. Joel Stein, kolumnis yang menulis Joel 100 tepat setelah isu paling berpengaruh dalam majalah Time pada 2006. 22. David Von Drehle, Editor-at-Large. 23. Lasantha Wickrematunge, jurnalis. 24. Fareed Zakaria, Editor-at-Large. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA III.3 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah dua sampul depan majalah TIME dengan edisi yang berbeda, yaitu: 1. Sampul depan Majalah TIME dengan foto Barack Obama edisi Monday, September 1 2008 dengan headline: Special Issue: The Democrat. 2. Sampul depan Majalah TIME dengan foto Joko Widodo edisi Monday, October 27 2014 dengan headline: A NEW HOPE, Indonesian President Joko Widodo Is A Force For Democracy. III.4 Kerangka Analisis Penelitian ini menggunakan kerangka analisis semiologi Roland Barthes. Proses analisis dilakukan dalam dua tingkatan, yaitu teks dan konteks. Analisis dilakukan terhadap 2 sampul depan majalah TIME edisi 1 September 2008 dan 27 Oktober 2014. Analisis semiotika dipilih sebab dianggap relevan dan memiliki kekuatan dalam mempelajari hakikat tanda. Dalam hal ini desain dilihat sebagai suatu teks yang memiliki makna. Suatu teks hadir tidaklah bebas nilai. Saussure berpendapat bahwa persepsi dan pandangan kita mengenai realitas, dikonstruksikan oleh kata- kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial Sobur, 2004: 87. Dalam analisis semiologi Barthes ini, digunakan analisis leksia yang selanjutnya akan menghantarkan peneliti pada kajian lebih dalam menggunakan analisis lima kode pembacaan teks. Analisis leksia adalah signifikasi tahap pertama denotasi yang dilakukan pada objek penelitian. Di dalam lima kode pembacaan teks tersebut, sudah terdapat unsur signifikasi tahap kedua metabahasa dan konotasi, mitos dan juga ideologi. Di dalam kode pembacaan inilah penanda tekstual atau leksia dikelompokkan. Kelima kode tersebut adalah kode hermeneutika, kode proairetik, kode simbolik, kode kultural dan kode semik. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA III.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi dokumentasi, yaitu data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan 2 sampul depan majalah TIME edisi 1 september 2008 dan 27 oktober 2014 dari jejaring berita TIME online. 2. Studi kepustakaan library research, penelitian dilakukan dengan cara mempelajari, mengumpulkan dan memaksimalkan data melalui literature buku, jurnal ilmiah, serta bacaan lain di internet yang relevan dan mendukung penelitian. III.6 Teknik Analisis Data Analisis semiotika dipahami sebagai suatu ilmu untuk mengkaji tanda. Dimana tanda dianggap sebagai suatu hasil konstruksi realitas. Saussure berkeyakinan bahwa persepsi dan pandangan kita mengenai suatu realitas dibentuk oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang dipergunakan dalam konteks sosial Sobur, 2004: 87. Penelitian ini menggunakan semiologi Roland Barthes untuk menganalisis 2 sampul depan majalah TIME. Penelitian ini tidak berhenti pada level teks saja tetapi juga sampai pada level konteks. Dilakukan analisis terhadap tanda yang terkandung di dalam teks dan membacanya dalam konteks ideologinya. III.6.1 Analisis Leksia Leksia merupakan satuan-satuan bacaan yang harus dipahami melalui sistem kode. Leksia tidak hanya berarti suatu bangunan teks dari narasi yang bisa saja berupa kata, beberapa kata, kalimat, alinea dan sebagainya Endraswara, 2009: 169. Leksia pada gambar didasarkan atas satuan tanda-tanda dalam gambar yang dirasa penting dalam pemaknaan yang akan dilakukan dalam penelitian. Pemilihan leksia ditentukan oleh kebutuhan pemaknaan yang akan dilakukan. Analisis leksia inilah yang kemudian menghantarkan penelitian pada kajian lebih dalam lagi yaitu analisis lima kode pembacaan. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA III.6.2 Analisis Lima Kode Pembacaan Barthes mengemukakan lima kode pembacaan atau lima kode pokok yang di dalamnya mengandung penanda teks leksia. Berikut lima kode yang diungkapkan oleh Barthes Sobur, 2004: 65-66 yaitu: 1. Kode Hermeneutika kode teka-teki Dikenal sebagai kode teka-teki yang memunculkan pertanyaan sehingga membuat para pembacanya berharap memperoleh “kebenaran” pertanyaan. Berbagai pertanyaan akan diajukan sebagai bentuk keingintahuan memperoleh “kebenaran.” 2. Kode Semik makna konotatif Bisa juga disebut sebagai kode konotatif. Kode ini sering digambarkan sebagai kesan-kesan, konotasi yang didapatkan dari subjek, objek, maupun tempat dan segala unsur yang membangun teks. Kode semik adalah faktor utama dalam mengenal segala sesuatu. Bagi Barthes, konotasi kata atau frase tertentu dalam teks bisa dikelompokkan dengan konotasi atau frase lain yang mirip, sehingga bila melihat kumpulan dari pengelompokan tadi dapat dipahami makna suatu teks. Analisis terhadap kode ini menghasilkan makna konotasi kedua yang bermain pada level konteks. 3. Kode Simbolik Kode ini memandang bahwa suatu teks berdiri di atas struktur oposisi biner, dimana ada suatu hal yang dikontraskan dengan hal lain sehingga menimbulkan makna. Analisis terhadap kode ini menghasilkan makna konotasi pertama pada level teks. Kita memahami apa yang berusaha diperlawankan dalam suatu teks melalui apa yang suatu teks sajikan. 4. Kode Proairetik logika tindakan Kode yang dikenal sebagai kode tindakan yang dianggap sebagai perlengkapan utama dalam teks. Barthes memandang bahwa setiap lakuan dapat dikodifikasi meskipun akhirnya Barthes menerapkan proses seleksi dalam penerapannya. Kita dapat mengenali kode proairetik karena kita memahaminya. Proses analisis yang dilakukan pada kode inilah yang menghasilkan makna denotasi pertama yang berada pada level teks. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Kode Gnomik kode kultural Kode ini memuat acuan teks pada benda-benda yang sudah diketahui dan telah melalui proses pemaknaan oleh budaya atau pengalaman manusia. Analisis terhadap kode ini menghasilkan makna denotasi kedua yang bekerja pada level konteks. Universitas Sumatera Utara 53 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisis Data

Sampul akan dikupas menggunakan pisau analisis semiologi Roland Barthes, Analisis Leksia dan 5 Kode Pembacaan Barthes. Setiap unsur dalam sampul ini akan dimaknai menggunakan Leksia pada awalnya, dan kemudian hasil dari analisis tersebut akan menjadi jembatan untuk analisis 5 Kode Pembacaan Barthes.

IV.1.1 Analisis Sampul 1 Gambar IV.1