1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Konteks Masalah
Jika media massa diibaratkan sebagai sebuah Kerajaan Dunia, maka majalah TIME adalah salah satu Raja media massa di Dunia. Pengaruhnya yang
luar biasa di tengah-tengah masyarakat Amerika dalam setiap kelas sosial, dapat menjadi ancaman dan senjata luar biasa bak pisau bermata ganda. Contohnya
seperti saat majalah TIME menggunakan foto Barack Obama sebagai sampul depannya dengan judul “Why Barack Obama Could Be The Next President” pada
edisi 23 Oktober 2006. Barack Obama yang saat itu masih menjabat sebagai seorang anggota Senat Illinois dari Distrik ke-13 Amerika Serikat, mulai
mendapatkan perhatian publik Amerika sejak ia berkampanye mewakili Illinois di Senat Amerika Serikat, pemilu pendahuluan Partai Demokrat pada bulan Maret,
pidatonya di Konvensi Nasional Demokrat, dan pemilihannya sebagai Senat pada bulan November 2004.
Publik Amerika dikejutkan oleh publikasi majalah TIME terhadap Senator “berkulit hitam” tersebut. Pasalnya, majalah TIME dikenal sebagai majalahnya
orang “kulit putih.” Walaupun permasalahan ras tersebut tidak lagi separah dulu, namun tetap saja masih meninggalkan luka yang cukup mendalam. Bahkan
beberapa kasus kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum marjinal–orang kulit hitam–masih terjadi sampai sekarang, seperti kasus Eric Garner yang terus dicekik
sampai meninggal oleh seorang petugas NYPD New York Police Department walaupun dia telah berkali-kali mengucapkan “i can’t breathe, i can’t breathe.”
Publikasi terhadap Obama dianggap sebagai pengakuan tidak langsung oleh warga kulit putih terhadap “kulit hitam.”
Majalah TIME menulis judul “Why Barack Obama Could Be The Next President,” dan menekankan kata “The Next President” dengan menggunakan
huruf tebal dan ukuran yang lebih besar untuk memikat perhatian pembaca, mempertegas, menunjukkan keharusan dan kepentingan yang mendesak. Majalah
TIME berusaha membentuk konsepsi khalayak melalui sampul depannya yang
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cukup kontroversial. Hal ini didasari oleh opini Gerbner dan kawan-kawan bahwa, dunia simbol media membentuk konsepsi khalayak tentang dunia nyata atau
dengan kata lain media merupakan konstruksi realitas Wibowo, 2011: 125. Kasus ini merupakan salah satu contoh nyata superioritas media massa
dalam membangun realita. “…Fungsi pers, khususnya surat kabar pada perkembangannya bertambah, yakni sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif”
Ardianto, 2004: 104. “Media massa mencerminkan dan juga memengaruhi politik, sosial dan
budaya. Mereka memengaruhi masyarakat sekaligus mencerminkan kondisi masyarakat yang sebenarnya” Biagi, 2010: 28.
Kasus yang hampir sama juga pernah terjadi di Indonesia. Yaitu, sebuah sampul depan majalah Tempo dengan judul “The Last Supper” yang sangat
kontroversial pada edisi no 50XXXVI04 - 10 Februari 2008. Sampul depan majalah tersebut mirip dengan lukisan The Last Supper
perjamuan akhir karya Leonardo da Vinci 15 April 1452 – 2 Mei 1519. Dalam lukisan aslinya, gambar itu adalah gambar Yesus sedang duduk dikelilingi murid-
muridnya menjelang penyaliban. Namun, pada sampul tersebut digambarkan mantan Presiden Soeharto duduk di sebuah meja dikelilingi anak-anaknya.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian analisis semiotika–menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce–pada buku karangan Indiwan S. W. Wibowo
mengenai sampul The Last Supper tersebut adalah, ada upaya serius dari perancang grafis cover ini untuk menyamakan ‘kondisi hari terakhir’ Soeharto,
dengan kondisi hari-hari terakhir Yesus Kristus sebelum akhirnya Nabi yang dipuja dan dihormati Umat Kristiani itu ditangkap dan disalib di bukit Golgotha
Wibowo, 2011: 155-168. Kasus tersebut menuai kritikan besar terhadap majalah Tempo sebagai majalah yang sudah cukup melanglang buana di dunia
kejurnalistikan. Kesalahan bisa saja terjadi bahkan pada majalah sekelas Tempo sekalipun.
Contoh kasus tersebut menuai kekhawatiran peneliti terhadap sampul depan majalah TIME edisi 27 Oktober 2014, yang memuat foto Joko Widodo
dengan judul “A NEW HOPE, Indonesian President Joko Widodo Is A Force For Democracy,” yang memiliki kemiripan dengan sampul depan majalah TIME edisi
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 September 2008 yang memuat foto Barack Obama dengan judul “Special Issue: The Democrat.” Kekhawatiran tersebut membawa peneliti kepada satu
keingintahuan mendalam terhadap makna kedua sampul depan majalah TIME tersebut.
Dunia pemaknaan dan simbol sudah menjadi sorotan para pakar bahasa sejak lama. Peirce dengan konsep trikotomis, Umberto Eco, Danesi dan Perron,
era Husserl dengan konsep “Suara” miliknya, diikuti De Saussure yang menyatakan bahwa bahasa lisan sebagai bahasa yang sebenarnya, kemudian
Barthes dengan berfokus pada kajian dan kritik budaya Teks, Kristeva, Derrida dan banyak lagi tokoh-tokoh lainnya.
Di dunia politik, komunikasi simbol dalam bentuk lain juga menunjukkan eskalasi kepentingan kelompok Wibowo, 2011: 155. Media massa yang
merupakan saluran komunikasi masif sering digunakan untuk kepentingan beberapa orang, para pemilik modal. Pengaruhnya yang besar terhadap cara
pandang publik menjadikan media massa rentan terhadap penyalahgunaan fungsi awal pers.
TIME memiliki pengaruh besar pada publik Amerika dan dunia. Kontribusi TIME pada perkembangan dunia pers dan jurnalistik sangatlah besar,
apalagi setelah pers memasuki era baru teknologi dan informasi yang melahirkan sebuah produk jurnalistik baru, new media. Setelah akhirnya TIME juga ikut
meluncurkan portal berita onlinenya, maka arus informasi Raja media inipun tak dapat dibendung lagi.
Lima hari setelah Joko Widodo dilantik sebagai Presiden terpilih Indonesia ke-7 pada tanggal 22 Oktober 2014, majalah TIME edisi 27 Oktober 2014
memuat foto Joko Widodo sebagai sampul depan majalah TIME. Dalam sampul tersebut, TIME menulis headline “A NEW HOPE: Indonesian President Joko
Widodo Is A Force For Democracy.” Saat itu, Joko Widodo-Yusuf Kalla baru saja memenangkan pemilu
dengan perolehan angka yang tipis dari lawan politiknya, Prabowo Subianto-Hatta Rasaja. Setelah melewati proses kampanye yang berlika-liku dan tidak bisa
sepenuhnya disebut sehat karena melibatkan negative dan black campaign, dan setelah ketakutan mengenai isu ancaman kericuhan dari pihak lawan politik Joko
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Widodo, akhirnya Indonesia memiliki Presiden terpilih dengan motto andalannya, “Revolusi Mental.”
Pada waktu yang berbeda, sampul depan majalah TIME edisi 27 Oktober 2014 tersebut memiliki kesamaan dan kemiripan dengan sampul depan majalah
TIME edisi 1 September 2008. Sampul tersebut memuat foto Barack Obama dengan desain dan gaya yang sama dengan Joko Widodo, dengan headline yang
bertuliskan “Special Issue: The Democrat.” Hal ini menjadi sorotan publik dan peneliti sendiri, karena sampul depan
dengan wajah Joko Widodo tersebut terbit beberapa hari setelah pelantikan Presiden tanggal 22 Oktober 2014, yaitu pada tanggal 27 Oktober 2014. Bahkan
hal ini sempat menjadi trending topic hal yang paling banyak dibicarakan di media sosial twitter. Sampul Jokowi tersebut juga menjadi bahan perbincangan
heboh di media sosial. Banyak netizen yang menyangkutpautkan judul sampul tersebut dengan judul film pertama Star Wars yang juga berjudul A New Hope.
Bahkan para netizen tersebut membuat dua sampul ‘lanjutan’ fiksi yang sesuai dengan dua episode film Star Wars selanjutnya, yaitu Empire Strikes Back dengan
Prabowo Subianto sebagai model sampulnya, dan The Return of The Jedi dengan Basuki Tjahya Purnama Ahok sebagai model sampulnya.
Peneliti tertarik dengan komunikasi simbol majalah TIME dalam sampulnya yang memuat Joko Widodo dan kemiripannya dengan sampulnya yang
memuat Barack Obama, yang mungkin saja menunjukkan kepentingan suatu kelompok. Hal ini, membawa peneliti kepada pertanyaan besar mengenai
konstruksi media massa TIME.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar I.1
Sampul Depan Majalah TIME edisi 27 Oktober 2014
Sumber: http:TIME.com3511035joko-widodo-indonesian-democracy
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar I.2
Sampul Depan Majalah TIME edisi 1 September 2008
Sumber: http:www.arthurhochstein.comdataphotos28_1TIME_obama_platon_9_1
_08.jpg
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti makna apa yang dihadirkan majalah TIME lewat sampul depan mereka, serta
bagaimana konstruksi realitas atas Joko Widodo dan Barack Obama lewat sampul depan majalah TIME dalam sebuah skripsi berjudul, “Konstruksi Media Massa
Dalam Sampul Depan Majalah, Analisis Semiotika Sampul Depan Majalah TIME.”
I.2 Fokus Masalah