Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada

kurang baik. Bahan yang tergolong kategori tersebut sudah bisa segera dikumpulkan, didata, dan kemudian diperiksa agar segera dapat dipastikan mana yang akhirnya layak dimuat. Sedangkan pengumpulan bahan siap diolah yakni bahan yang harus dihimpun dulu sebelum diolah menjadi naskah berita atau disebut peliputan. Pengumpulan bahan dalam arti peliputan bisa dilakukan lewat tiga cara, yaitu observasi, wawancara, dan riset dokumentasi. Mengenai pengumpulan bahan siap olah, dilakukan kegiatan peliputan. Ini bisa dilakukan lewat observasi, wawancara, dan riset dokumentasi. Untuk berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan, pengumpulan bahan dilakukan dengan ketiga cara ini untuk mendapatkan hasil liputan yang memuaskan. 60 Dalam peliputan untuk berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, ketiga cara ini dapat dilakukan sekaligus. Observasi dilakukan untuk mengamati suatu kejadian. Terkadang tim peliput harus bermalam untuk melakukan observasi dalam menghasilkan pengamatan secara mendalam. Wawancara dilakukan untuk memperoleh fakta sebagai hasil pengalaman, kesaksian, atau pendapat seseorang, peristiwa yang dialami, atau diamati secara langsung oleh yang bersangkutan. Riset dokumentasi sendiri dilakukan untuk memperoleh fakta tertulis, berupa arsip atau foto. Sesuai dengan karakteristik berita feature merupakan hasil karya liputan jurnalistik 60 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi dan konfirmasi dengan pihak narasumber. Oleh karenanya, baik untuk pengumpulan bahan siap sunting maupun untuk pengumpulan bahan siap olah, yang penting diperhatikan dalam konteks pengelolaannya adalah bagaimana agar setiap upaya pengumpulan bahan tersebut menghasilkan apa yang direncanakan. Tim peliput majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan berusaha untuk mencapai hasil yang telah direncanakan. c. Pengolahan Bahan dan Penyiapan Isi Pengolahan bahan mencakup kegiatan menyusun tulisan berdasarkan bahan yang dikumpulkan, seperti naskah hasil liputan dan foto. Dalam produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan kegiatan ini merupakan awal pengolahan bahan. Setelah tulisan selesai disusun, atau foto siap dimuat, tulisan maupun foto memasuki tahap penyuntingan editing. Upaya menghasilkan isi yang berkualitas berlangsung pada tahap ini. Pada tahap awal, tugas redaktur pelaksana memeriksa apakah semua bahan yang diperlukan berdasarkan perencanaan isi telah tersedia. Misalkan jumlah tulisan atau artikel berita dan foto. Jika ternyata ada bahan yang kurang, perlu segera dipertimbangkan apakah masih cukup waktu untuk melengkapi bahan tersebut. Apabila tidak, perlu dipikirkan tulisan atau foto pengganti. 61 Selanjutnya memastikan apakah tim peliput reporter dan wartawan foto reporter yang ditugaskan untuk menulis telah siap untuk menyusun tulisan. Wartawan foto siap memilah hasil foto yang telah diperoleh dari hasil liputan. Setelah penyusunan tulisan atau pemilahan foto selesai, setiap tulisan atau foto tersebut diperiksa kembali. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh sejumlah editor. Di tangan editor, tulisan diperiksa apakah sudah baik dari segi bahasa, kelengkapan fakta, kejelasan, keruntutan tulisan, dan sebagainya. panjang tulisan diperiksa apakah telah sesuai dengan kaidah penulisan dalam ilmu jurnalistik. Termasuk apakah ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan korporasi, sesuatu yang melanggar etika misalnya ada kalimat yang mencemarkan nama baik pihak tertentu, atau ada bagian tulisan yang dikutip dari tulisan pihak lain tanpa menyebutkan sumber sehingga terbuka peluang timbul tuntutan hukum berkaitan dengan hak cipta, dan sebagainya. 2. Komponen Produksi dan Sirkulasi Kegiatan yang dilaksanakan proses produksi mencakup kegiatan pracetak, pencetakan, dan sirkulasi. 61 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus a. Pracetak Pada produksi berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan, kegiatan pracetak yakni mendesain tata perwajahan pada rubrik Kabar Pemberdayaan, sehingga membuat para pembaca tertarik dan ingin membacanya. Setelah proses pengolahan dan penyuntingan berita dan foto selesai dikerjakan, barulah tugas seorang layouter mendesain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Penataan desain perwajahan pada rubrik Kabar Pemberdayaan sudah bisa dikerjakan lebih awal karena halaman yang akan memuat tulisan atau foto yang sudah tersedia bahan siap sunting. Selanjutnya halaman yang akan memuat tulisan atau foto hasil liputan bahan siap olah dikerjakan belakangan. Hasil liputan disusun menjadi tulisan, foto dipilah, selanjutnyadirancang penataannya pada halaman setiap rubrik. Setiap naskah yang telah layak dimuat masuk kedalam proses pracetak. Dalam proses pracetak pada rubrik Kabar Pemberdayaan, menata perwajahan media korporasi atau organisasi dilakukan berdasarkan kriteria yang disepakati seperti, menentukan bingkai, penempatan teks, penempatan foto, pemilihan ukuran dan jenis huruf untuk tubuh tulisan, penempatan identitas halaman dilakukan pada proses ini.Dalam desain perwajahan rubrik Kabar Pemberdayaan ini, hal-hal detail seperti jenis dan ukuran huruf, foto, posisi penempatan teks, dan lain sebagainya harus dipikirkan secara matang dikarenakan agar pembaca tidak jenuh dan tertarik dalam membacanya. 62 Dalam desain perwajahan tersebut diketahui, tim redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa sangat mencermati mulai dari ketajaman foto, ukuran dan jenis huruf, dan sebagainya, agar menarik dipandang juga komunikatif bagi pembaca dan juga telah menunjukan hasil kerja yang memungkinkan tampilan visual memiliki ciri yang dapat membantu pembentukan karakter media korporasi atau organisasi dalam hal ini Dompet Dhuafa. b. Pencetakan Pada produksi berita majalah Swaracinta, untuk proses pencetakan dalam hal ini Dompet Dhuafa mempercayakan kepada perusahaan percetakan. Pertimbangan atas efisiensi dan manfaat menyebabkan Dompet Dhuafa tidak perlu menyediakan mesin offset. Dompet Dhuafa tidak memiliki mesin offset sendiri, karena belum ada kebutuhan atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar, memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti lebih murah dan efisien. Dompet Dhuafa lebih mempertimbangkan hal ini untuk pencetakan majalah Swaracinta. 63 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 63 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus c. Sirkulasi Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasharibu terkait sirkulasi sebuah media korporasi dan organisasi, banyak cara untuk menyampaikan media ke tangan pembaca. Mana cara yang dipandang paling efektif dan efisien bisa dipertimbangkan sejak awal. 64 Begitupun untuk sirkulasi majalah Swaracinta itu sendiri yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala. Bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi terbaru majalah Swaracinta tersebut kepada seluruh amilin karyawan dan amilat karyawati. Dengan meletakkannya dibeberapa tempat, seperti di ruang utama, dan ruang pertemuan. Untuk kantor pelayanan dan cabang yang berada di luar kota, bisa dikirim lewat jasa pengiriman barang. Menurut SS. Widodo, untuk proses sirkulasi internal, tidak banyak menghadapi kendala. Namun bila ditujukan untuk publik eksternal dalam upaya pembentukan citra perusahaan. Dompet Dhuafa harus memperhatikan betul kualitas majalah, dan cara agar majalah Swaracinta terbaru sampai ke pembaca dalam hal ini donatur-donatur Dompet Dhuafa, menjaga kondisi majalah agar tidak rusak. 65 64 Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi- Organisasi Yogyakarta:Kanisius, 2000, h. 168 65 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 3. Mengelola Komponen Biaya Salah satu kelebihan penerbitan media korporasi atau organisasi dibanding media umum adalah tersedianya biaya dan sejumlah sarana kerja pada awal kegiatan penerbitan direncanakan. 66 Dalam produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan komponen biaya sangat diperhatikan dan direncanakan saat rapat redaksi dan perencanaan isi berlangsung. Komponen biaya tersebut diantaranya seperti, biaya kerja redaksi, biaya produksi pencetakan untuk edisi selanjutnya. Menurut Staf Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, Amirul Hasan untuk komponen alat seperti computer dan laser printer , serta alat tulis, biasanya langsung disediakan untuk menghemat biaya produksi dan memudahkan kegiatan produksi. Lagi pula, majalah Swaracinta juga dibagikan secara cuma-cuma sehingga tidak memerlukan jasa jaringan pemasaran. 67 Bagi produksimajalah Swaracinta Dompet Dhuafa,yang menjadi tolok ukur untuk melihat kelayakan penggunaan biaya kerja penerbitan majalah tersebut adalah dilihat dari kualitas media yang dihasilkan. Ini salah satu upaya yang terus dilakukan majalah Swaracinta agar kualitas pemberitaannya tidak dipandang sebelah mata. a. Merencanakan Biaya Kerja Redaksi Biaya kerja redaksi dibicarakan saat rapat redaksi diselenggarakan. Biaya kerja redaksi pada produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 66 Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi- Organisasi Yogyakarta:Kanisius, 2000, h. 169 67 Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 15 Agustus 2013. pada rubrik Kabar Pemberdayaan direncanakan sesuai dengan kegiatan apa saja yang memerlukan biaya dalam mempersiapkan penerbitan edisi selanjutnya. Seperti yang dikatakan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, bagi media korporasi, biaya kerja redaksi tidak mencakup penghasilan jajaran redaksi baik pengelola maupun reporter dan staf administrasi penerbitan, apabila mereka itu adalah karyawan yang ditugaskan menjalankan penerbitan media korporasi. Jajaran redaksi pada dasarnya sudah memiliki gaji sendiri sebagai karyawan korporasi. 68 Demikian halnya dengan tim redaksi majalah Swaracinta, mereka sudah memiliki gaji sendiri sebagai karyawan korporasi. Di luar persoalan imbalan kerja bagi jajaran redaksi, biaya kerja yang dipikirkan mencakup biaya peliputan seperti uang saku uang transport dan makan, honor penulis lepas, dan sebagainya. Begitu pula sarana untuk membantu proses liputan, seperti alat perekam suara, kamera, memori card, baterai, charger dan sebagainya. b. Merencanakan Biaya Produksi Dalam merencanakan biaya produksi untuk edisi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, komponen pembiayaannya sangat diperhatikan dan dipertimbangkan agar dana yang dialokasikan untuk produksi berjalan mudah.Tersedianya 68 Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi- Organisasi Yogyakarta:Kanisius, 2000, h.170 sarana seperti komputer, laser printer, selain memudahkan kegiatan produksi, bertujuan untuk menghemat biaya produksi. 4. Mengelola Komponen Personel Untuk mengelola media internal, kalangan pengelola jajaran redaksi harus menguasai keterampilan jurnalistik yang mumpuni, yakni keterampilan meliput, menulis, mengedit, dan kemampuan fotografi. Pola kerja wartawan media internal tidak berbeda dengan wartawan pada umumnya. Karenanya, jurnalis media internal pun mesti, menguasai keterampilan jurnalistik, menaati kode etik jurnalistik, dan menguasai bidang liputan atau masalah yang ditulis. Kelemahan mendasar yang selama ini muncul, selain soal keterampilan jurnalistik, adalah penguasaan “bahasa media” language of mass media , yakni bahasa jurnalistik. Kelemahan dalam hal bahasa jurnalistik selama ini menjadi “jurang pembeda utama” antara media internal dan media komersil. Tulisan di media internal cenderung kaku. Inilah yang menyebabkan kecendrungan media internal tampil kurang atau tidak menarik bagi yang membaca. 69 Pengelolaan media korporasi atau organisasi tidak mungkin berjalan tanpa dukungan sejumlah personel berpengetahuan dan berkemampuan yang memadai. Demikan pula majalah Swaracinta Dompet Dhuafa berupaya sekali untuk menyediakan dukungan personel yang memiliki Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas. Namun, banyaknya personelmeskipun memiliki kemampuan yang bisa diandalkan, tidak banyak berarti kalau tidak diberi pemerian kerja job 69 Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 15 Agustus 2013. description dan tidak disertai pengorganisasian dan mekanisme kerja yang mendukung kelancaran kerja. a. Merumuskan Pemerian Kerja Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan produksi berita di media, baik media nasional maupun korporasi,pemerian kerja job description merupakan salah satu stategis dimana para tim redaksi dapat mengetahui persis apa yang harus dilakukan dan bagaimana kegiatan itu dikerjakan. Menurut SS. Widodo, pemerian kerja terus didengungkan ketika rapat redaksi, semua itu dilakukan agar para personel terus mengingat akan tugasnya yang akan dijalankan, agar mereka amanah. 70 Merumuskan pemerian kerja dalam memulai kegiatan produksi, menjadi salah satu faktor yang juga penting, agar kegiatan produksi tidak terhambat. Masing-masing tim sudah mengetahui tugas yang akan dijalankan, dan seperti apa gambaran pekerjaannya, agar target tercapai sesuai dengan batas waktu dalam menyelesaikan tugas tersebut. b. Merencanakan Tahapan Kerja Dalam memproduksi sebuah berita, butuh cara dan perencanaan yang matang, sehingga kegiatan berjalan sesuai berdasarkan tahapan kerja yang kesemuanya itu akan mempermudah proses produksi penerbitan. Selain itu, pentingnya batas waktu dalam menerbitkan media korporasi terbaru menjadi acuan penting yang benar-benar harus Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus diperhatikan.Mengingat arus informasi yang begitu tajam, menjadikan setiap media baik korporasi maupun nasional berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama dalam menerbitkan informasi. Batas waktu dikenal istilah deadline, yakni batas waktu yang tidak boleh dilanggar. Jika deadline dilanggar, pencetakan telambat. Akibatnya suratkabar atau media terlambat sampai ke tangan pembaca. Selanjutnya dalam setiap produksi, ada beberapa proses atau tahapan yang harus dilalui yang juga mengacu pada empat komponen mengelola media korporasi dan organisasi yang berkualitas sebelum berita dapat disiarkan yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. seperti halnya produksi berita pada sebuah media lainnya, berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga melewati beberapa tahapan proses produksi beritanya. Mulai dari bagaimana materi berita diperoleh, hingga materi berita yang siap disiarkan dan cetak. 4. Praproduksi Tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi, karena itu tahapan ini merupakan tahapan planning production. Dalam praproduksi, komponen keredaksian, komponen biaya dan sarana serta komponen personel merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya kegiatan perencanaan isi. Sedangkan komponen personel dan komponen biaya dan sarana merupakan bagian kegiatan perencanaan isi. Adapun beberapa tahapan perencanaan isi yaitu; a. Penemuan Ide Tahapan ini dimulai ketika seorang pemimpin redaksi menemukan ide atau gagasan, tema apa yang akan diangkat, untuk edisi selanjutnya. Biasanya dilakukan dalam rapat redaksi. Pada rapat redaksi majalah Swaracinta , awal mula rapat membahas tema apa yang akan diangkat untuk edisi selanjutnya. Untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, yang dibahas adalah agenda kegiatan Dompet Dhuafa dan kegiatan apa saja yang nantinya akan diliput dan dimuat untuk edisi selanjutnya.” 71 Namun terkadang, dalam rapat redaksi untuk berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga dikaitkan dengan isu yang sedang berkembang ditengah masyarakat, baik dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kebencanaan yang semuanya juga ada kepentingan dalam korporasi Dompet Dhuafa. SS. Widodo mengakui, Dompet Dhuafa memang tidak intensif mengikuti isu yang berkembang, dan itulah upaya yang masih dibenahi, agar menjadi media internal yang berkualitas. 72 b. Perencanaan Tahap ini juga dilaksanakan pada saat rapat redaksi berlangsung. Perencanaan tersebut meliputi penetapan jangka waktu kerja time schedule , merumuskan pemerian kerja job description dan personel, mekanisme kerja organisasi, desain, biaya dan sarana. Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus a Penetapan Jangka Waktu Kerja Time Schedule Dalam rapat redaksi, pemimpin redaksi membahas tentang penetapan jangka waktu kerja atau yang lebih dikenal dengan istilah deadline . Deadline merupakan batas waktu dimana setiap masing- masing personel menyerahkan atau melaporkan hasil tugas yang telah diberikan kepada mereka, seperti reporter mengirimkan hasil liputannya, agar bisa diolah dan siap sunting. 73 Penetapan Jangka waktu merupakan hal yang sangat penting, untuk keberlangsungan informasi. Terlebih, Dompet Dhuafa memiliki kurang lebih 60.000 donatur tetap yang menjadi mitra kerjasama dalam menjalankan program. Menurut SS. Widodo, Dompet Dhuafa akhir- akhir ini sering terlambat dalam penerbitan majalah Swaracinta dan mendapat teguran keras baik dari internal Dompet Dhuafa maupun eksternal mitra, dan ini tidak boleh melakukan terjadi lagi. 74 b Merumuskan Pemerian Kerja Job Description dan Personel Dalam rapat redaksi dibahas pula mengenai pemerian kerja Job Description yang diberikan untuk seluruh personel terhadap tugas- tugas yang akan dikerjakannya. Job description diberikan kepada masing-masing personel untuk menjalankan produksi majalah Swaracinta termasuk pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini perlu disusun pemerian tugas job description secara jelas. Apa dan 73 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus bagaimana suatu kegiatan dikerjakan pada tahap tertentu, apa target yang harus dicapai, perlu dijabarkan secara rinci. Juga batas waktu untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. 75 Pemerian kerja sekaligus berfungsi untuk memantau prestasi kerja personel. Dengan demikian, dapat dilihat apakah tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan baik atau tidak.Berikut mekanisme kerja yang dijalankan masing-masing personel untuk proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. 1. Top Manager Pemimpin Umum Pemimpin umum bertanggung jawab terhadap maju mundurnya perusahaan yang dipimpinnya. Ia mempunyai kekuasaan yang luas, mengambil kebijaksanaan, menentukan arah perkembangan penerbitannya, dan memperhitungkan rugi dan laba dari perusahaannya. Karena kewenangannya itu, pemimpin umum berhak mengangkat dan memberhentikan karyawan, sesuai dengan yang dibutuhkannya. Secara teknis pemimpin umum menerima laporan dari pemimpin redaksi, pemimpin percetakan, dan pemimpin perusahaan tentang pelaksanaan tugas sehari-hari baik di bidang redaksi, percetakan maupun bidang usaha. Karena wewenang secara keseluruhan ada di tangan pemimpin umum, ia dapat mengambil langkah yang dipandang perlu untuk kegiatan intern maupun ekstern. 75 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. 2. Pemimpin Redaksi Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan kegiatan keredaksian di perusahaannya yang meliputi penyajian berita, penentuan liputan, pencarian fokus pemberitaan, penentuan topik, pemilihan berita utama, berita pembuka halaman opening news, menugaskan atau membuat sendiri tajuk dan sebagainya. pendeknya, baik dan buruk isi pemberitaan pada penerbitannya, tergantung dari ketajaman pemimpin redaksi dalam mencari dan memilih materi pemberitaannya. 3. Sekretaris Redaksi Adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi keredaksionalan. Misalnya menerima surat-surat dari luar yang menyangkut keredaksionalan, mengirim honor tulisan kepada penulis dari luar, membuatkan surat-surat yang diperlukan oleh pemimpin redaksi. Jika ada surat dari luar baik yang berkaitan dengan peliputan maupun sumbangan tulisan, surat tersebut diteruskan kepada masing-masing bagian. Jika surat itu isinya undangan liputan, tugas sekretaris redaksi meneruskan undangan tersebut kepada redaktur pelaksana. Sekretaris redaksi tidak dibenarkan langsung memberikan undangan tersebut kepada wartawan. 76 4. Redaktur Pelaksana 76 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. Redaktur pelaksana managing editor adalah jabatan yang dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai dengan yang digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu, redaktur pelaksana bisa membebankan tugas kepada para redaktur halaman editor sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanggung jawab redaktur pelaksana adalah langsung kepada pemimpin redaksi. 77 5. Wartawan Wartawan atau reporter adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa. Jika wartawan itu menyiarkan beritanya melalui penerbitan surat kabar atau majalah, ia disebut sebagai wartawan media cetak. 6. Koresponden Koresponden stringer yang lebih dikenal dengan sebutan wartawan pembantu adalah seseorang yang berdomisili di suatu daerah, diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers di luar daerah atau luar negeri, untuk menjalankan tugas kewartawanannya, yaitu memberikan laporan secara kontinyu tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di daerahnya.seorang itu bisa berasal dari daerah itu sendiri atau orang lain yang ditugaskan daerah tersebut. 77 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. c Desain rubrik Kabar Pemberdayaan Dalam perencanaan isi untuk produksi berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar pemberdayaan seorang layouter professional desain grafis mempresentasikan hasil desain majalah yang dibuatnya dalam rapat redaksi. Desain bisa berbentuk rancangan kasar dummy, semacam prototype , atau masih berbentuk pdf dalam komputer. Rancangan kasar atau dummy tersebut sebagai contoh desain perwajahan untuk edisi selanjutnya. Gambar 1 Desain Perwajahan majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan Edisi 24. Pdf Sumber : Tim desain tata letak perwajahan Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa d Biaya dan Sarana Produksi Dalam proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, mengenai komponen biaya dan sarana produksi terbagi menjadi dua kategori, yakni: 1. Biaya Kerja Redaksi Biaya kerja redaksi pada produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan direncanakan sesuai dengan kegiatan apa saja yang memerlukan biaya dan sarana yang dibutuhkan dalam mempersiapkan penerbitan edisi selanjutnya. Majalah Swaracinta memiliki sebuah tim liputan yang terdiri dari tiga orang reporter dan satu diantaranya merangkap menjadi wartawan foto serta dua penulis lepas. Sedangkan tim kontributor berjumlah tujuh orang dari sejumlah daerah yang ditugaskan. Gambar 2 Tabel rincian biaya kerja redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Tim Liputan Biaya yang Dikeluarkan Sarana Biaya yang Dikeluarkan 1. Uang sakuper orang transpot dan makan setiap bulannya reporter dan wartawan foto 3 x Rp.300.000 1. 1 buah Kamera DSLR 2. 2 buah Memory card 3. 1 buah alat perekam Rp. 6.000.000 Rp. 300.000 Rp. 450.000 2. Penulis lepas transport dan makan per liputan. 2 x Rp.50.000 Memiliki sarana sandiri Tidak ada 3. Kontributor transport dan makan setiap bulannya. 7 x Rp. 400.000 Memiliki sarana sendiri Tidak ada Total Biaya Rp 3.800.000 Total Biaya Rp. 6.750.000 JUMLAH BIAYA KESELURUHAN Rp.10. 550.000 Sumber : Bagian Keuangan Dompet Dhuafa 2. Biaya produksi Dalam proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, masalah biaya sangat diperhatikan sekali dalam setiap komponennya agar memudahkan kegiatan produksi. Mulai dari sarana untuk membantu proses produksi seperti komputer, laser printer, kertas kwarto A4, hingga tinta printer. Mengenai biaya cetak, majalah Swaracinta dicetak sebanyak 20.000 ekslemplar setiap bulannya dan pendistribusian majalah Swaracinta Dompet Dhuafa ke 22 lokasi dalam hal ini kantor pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa sangat diperhatikan sekali biaya yang dibutuhkan. Gambar 3 Tabel rincian biaya produksi majalah Swaracinta Sumber : Bagian keuangan Dompet Dhuafa Komponen Sarana Biaya yang Dikeluarkan Komponen Produksi Biaya yang Dikeluarkan 3 buah komputer fasilitas sudah dimiliki Cetak majalah 20.000eksemplar Rp 30.000.000 2 buah laser printer fasilitas sudah dimiliki Biaya pendistribusian dan sirkulasi majalah Swaracinta Rp 12.000.000 5 buah tinta printper bulan 5 x Rp 45.000 - 5 dus kertas kwarto A4 5 x Rp 35.000 - Total Biaya Rp 400.000 Total Biaya Rp 42.000.000 JUMLAH TOTAL Rp. 42.400.000 5. Produksi Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen produksi dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku informasi bahan siap sunting dan bahan siap diolah, pengolahan dan penyiapan informasi serta penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tata perwajahan media sehingga menarik dipandang. a. Pengumpulan Bahan Baku Informasi Setelah rapat perencanaan isi selesai, direncanakan dan disiapkan dengan baik, maka pelaksanaan produksi dimulai. Para tim peliput reporter dan wartawan foto yang bertugas bekerja sama serta berkoordinasi dengan redaktur pelaksana dan pemimpin redaksi untuk mewujudkan berbagai hal yang telah direncanakan serta disiapkan sebelumnya. Berita-berita yang disajikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berbeda dengan berita-berita pada rubrik lainnya dalam majalah Swaracinta Dompet Dhuafa. Pertama, berita yang akan diliput merupakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa terkait program-program selama setiap bulannya dan mengangkat isu yang terkait dengan program Dompet Dhuafa. Kedua, materi yang disajikan berupa sekumpulan berita feature yang bertujuan menarik minat para pembaca. Oleh karena itu produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan yang telah disiapkan secara matang terdiri dari beberapa bentuk. Pertama, pelaksanaan produksi dalam berita rubrik Kabar Pemberdayaan yaitu melakukan liputan yang telah ditentukan oleh pemimpin redaksi dan redaktur pelaksana. Produksi dimulai pada saat tim liputan reporter dan wartawan foto memulai liputan dengan mendatangi lokasi yang telah ditentukan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan, karena konsep berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan adalah meliput segala kegiatan Dompet Dhuafa, maka liputan pun dilakukan sesuai dengan tempat kegiatan berlangsung. Kedua, produksi juga dilakukan oleh tim liputan kontributor liputan yang juga ditugaskan untuk meliput kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Dompet Dhuafa di luar daerah. Ini dilakukan oleh tim liputan kontributor ke berbagai daerah, sesuai yang ditugaskan oleh redaktur pelaksana. Pada saat semua bahan berita diliput, pada saat itulah berlangsung proses produksi berita yang akan diproses lebih lanjut untuk selanjutnya dicetak dan disiarkan. b. Pengolahan dan Penyiapan Informasi Penulisan Naskah Setelah liputan berbagai bahan berita selesai, kemudian para tim liputan reporter dan wartawan foto akan kembali ke kantor redaksi. Di sana, mereka melakukan tugas selanjutnya. Para reporter ditugaskan menuliskan naskah berita sesuai apa yang mereka liput. Sedangkan wartawan foto bertugas mengecek ulang gambar yang telah diambil pada saat liputan untuk kemudian dipilah mana hasil foto yang berkualitas. Reporter menulis naskah berita dari daftar gambar foto yang telah diambil dalam liputan oleh wartawan foto. Reporter tidak diperbolehkan menulis naskah berita dengan melebihkan atau mengurangi informasi. Naskah ditulis sebagaimana fakta yang telah ia peroleh. c. Penyuntingan atau Editing Setelah penulisan naskah berita selesai, naskah akan diserahkan kepada editor dan masuk pada tahap penyuntingan. Beberapa hal yang diperhatikan saat menyunting atau editing naskah diantaranya adalah teknik penulisan berita, teknik penulisan berita feature dalam ilmu jurnalistik, pemilihan judul berita, dan seterusnya. Menurut SS. Widodo, yang diperhatikan dalam proses penyuntingan naskah berita ada beberapa hal diantaranya yakni teknik penulisan berita feature sesuai kaidah ilmu jurnalistik, pemilihan judul dan sebagainya. Ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan sebuah berita agar bisa diterima masyarakat. Meski hanya sebuah media komunitas, majalah Swaracinta berusaha menjadi media komunitas yang baik dan berkualitas dalam menyampaikan informasi ke tengah masyarakat tidak untuk internal saja. 78 Setelah proses penyuntingan naskah berita selesai dilakukan oleh editor, naskah berita itu diberikan kepada pemimpin redaksi untuk diperiksa kembali secara keseluruhan. Pemimpin redaksi akan meminta persetujuan kepada pemimpin umum apakah naskah berita yang selesai disunting layak terbit atau tidak. 78 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. d. Pracetak Desain Perwajahan Rubrik Kabar Pemberdayaan Dalam desain perwajahan yang berkaitan dengan sejumlah unsur yang didesain haruslah memperlihatkan keseimbangan. Hasil desain yang tidak seimbang mengesankan desain itu sendiri belum selesai, atau didesain tanpa tujuan. Unsur yang didesain berupa teks dan foto selalu ditempatkan pada posisi yang pas. Jika ditempatkan menumpuk, atau pada tempat sembarang, kesan kaku dan tidak seimbang segera mengganggu mata. Teks dan foto harus dipandang sebagai bagian dari unsur yang menampilkan kesan visual dalam penyampaian informasi. Ada beberapa tahapan dalam menata perwajahan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan. Berikut beberapa tahapan desain perwajahan dengan menggunakan aplikasi Adobe Indesign CS4 untuk desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Gambar 4 Tampilan Adobe Indesign cs4 Sumber : Tim desain tata letak perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 1. Menentukan Bingkai Dalam desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan bingkai halaman. Bingkai halaman dibuat agar menimbulkan kesan berbeda bagi pembaca dibanding apabila halaman itu didesain tanpa bingkai. Gambar 5 Menentukan Bingkai untuk Rubrik Kabar Pemberdayaan Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 2. Penempatan Teks Tahap selanjutnya adalah penempatan teks berita. Dalam tahap ini, penataan teks berita sangat dipertimbangkan secara menyeluruh.SS. Widodo mengungkapkan, dalam penataan setiap teks atau naskah haruslah sangat jeli dalam menyusun dan menempatkan posisinya agar sesuai dengan desain bingkai yang telah dibuat. Diharapkan penataan teks membantu pembaca agar tidak kesulitan memilih informasi yang ingin dibaca. 79 3. Penempatan Foto Dalam tahap ini, beberapa foto yang sudah dipilah dan sudah lolos pada tahap penyuntingan akan masuk pada penempatan foto. Dalam hal ini foto biasanya ditempatkan pada halaman tertentu sebagai unsur pelengkap atau memperjelas suatu tulisan naskah berita. Foto dimaksudkanmenampilkan sesuatu yang menarik perhatian dan lebih cepat memikat mata pembaca. Gambar 6 Tata letak desain penempatan foto Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 4. Menentukan Jumlah Kolom Jumlah ukuran kolom majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan biasanya dibagi atas 2-3 kolom. Jumlah kolom yang akan digunakan pada setiap halaman biasanya ditentukan oleh 79 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. seberapa panjang bagian kalimat yang terdapat pada satu baris di dalam satu kolom. Gambar 7 Menentukan jumlah kolom Sumber : Tim desain tata letak perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 5. Memilih jenis Huruf Penataan teks sangat dipengaruhi oleh pilihan huruf yang dipakai, bagaimana jarak antarhuruf diatur, serta bagaimana ditetapkan jarak antarbaris yang memuat huruf sebagai unsur terkecil suatu tulisan. Demikian pula dalam pemilihan jenis huruf yang digunakan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan. Untuk judul berita, Dipilih jenis huruf Klavika Bold. Sedangkan dalam pemilihan jenis huruf untuk isi naskah berita, dipilh jenis huruf Annivers. Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu hal penting untuk dipertimbangkan dalam pemilihan huruf adalah legibility dan readability. Legibility berarti huruf yang digunakan mudah dikenali mata pembaca. berarti huruf yang digunakan selain mudah terbaca, juga mempermudah pembaca menangkap makna informasi yang disampaikan.Adapun readability berarti huruf yang digunakan selain mudah terbaca, juga mempermudah pembaca menangkap makna informasi yang disampaikan. 80 Dengan demikian, jenis huruf Klavika Bold dijadikan pilihan tim layout majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, dengan tujuan untuk menarik dan memudahkan pembaca dalam mencari informasi. Gambar 8 Menentukan pemilihan jenis huruf Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 6. Memilih Ukuran Huruf Suatu tulisan mudah atau sulit dibaca tergantung pada ukuran huruf yang terpilih. Ukuran huruf point size dalam rubrik Kabar Pemberdayaan sangat diperhatikan pemilihannya, karena menyangkut kenyamanan membaca isi tulisan. Untuk isi tulisan berita rubrik Kabar Pemberdayaan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi- Organisasi Yogyakarta:Kanisius, 2000, h. 130 memilih ukuran huruf 10 poin. Ukuran huruf yang lebih besar 14 poin digunakan untuk judul, subjudul, atau nama suatu rubrik. Sedangkan untuk Judul berita ukurannya berkisar antara 23-24 poin. Gambar 9 Menentukan Ukuran Huruf Sumber : Tim desain tata letak perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 7. Penempatan Identitas Halaman Setiap halaman media cetak biasanya memiliki identitas seperti nama media, nomor edisi, nama rubrik, nomor halaman, dan sebagainya. identitas tersebut ditempatkan di luar bingkai. Bisa disebelah kiri, tengah, atau kanan bagian bawah. Demikian pula majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Pencantuman identitas halaman dimaksudkan untuk mempermudah pembaca menemukan informasi yang dicari. Pentingnya setiap halaman memiliki identitas sangat terasa ketika terdapat sejumlah tulisan yang bersambung atau sejumlah tulisan yang ditempatkan pada halaman berbeda sebenarnya merupakan serangkaian tulisan dengan topik yang berkaitan. Gambar 10 Penempatan identitas nama rubrik Nama Rubrik Penempatan identitas halaman nama media, nomor terbitan, waktu terbit Gambar 11 Nama Media Swaracinta Nomor terbitan 23 waktu terbit Tahun IIFebruari- Maret 2013 Sumber gambar 10 dan 11: Tim desain tata letak perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Gambar 12 Tampilan Keseluruhan Rubrik Kabar Pemperdayaan Sumber : Tim desain tata letak perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 6. Pascaproduksi Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi. Tahap ini meliputi; a. Pencetakan Pada tahap ini, proses pencetakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa dipercayakan ke sebuah perusahaan percetakan terbesar yakni PT. Printer Indonesia. Ini menjadi pertimbangan yang sangat efisien, dikarenakan Dompet Dhuafa belum memiliki mesin percetakan sendiri. Menurut Manajer Sirkulasi majalah SwaracintaDompet Dhuafa Shofa Q, Dompet Dhuafa mencetak majalah Swaracinta sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya dan mencari perusahaan percetakan yang terbaik, dan akhirnya Dompet Dhuafa mempercayakan kepada PT. Printer Indonesia. Prosesnya sangat mudah, hanya memberikan hasil final dummy rancangan kasar yang sudah memuat desain terbaik yang sudah disetujui oleh keseluruhan pihak, lalu diserahkandummy tersebut kepada PT. Printer Indonesia untuk dicetak. 81 Dompet Dhuafa berfikir, selama belum ada kebutuhan atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar, memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti jauh lebih murah dan efisien. Jadi Dompet Dhuafa memilih tidak merasa perlu membeli mesin tersebut. 82 Dalam Majalah Swaracinta sendiri, kertas yang digunakan berukuran Kwarto atau sedikit lebih besar. Jumlah halaman majalah Swaracinta sekitar 68 halaman. Untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, halaman majalah biasanya dibagi 2-4 kolom. Berita yang dimuat bisa mencapai 2-4 tulisan, yang ditulis dengan pola penulisan berita feature berita khas atau karangan khas. b. Sirkulasi Dalam proses sirkulasi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa tidak yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala. Media korporasi tersebut bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi terbaru media korporasi kepada seluruh amilin dan amilat karyawan. Dengan menaruhnya di tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang 81 Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10 September 2013. 82 Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10 September 2013. pertemuan karyawan, dan setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di luar kota, bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang. Lain halnya bila media korporasi ditujukan untuk publik eksternal dalam hal ini mita-mitra donatur Dompet Dhuafa. dalam upaya pembentukan citra perusahaan. Dompet Dhuafa berusaha menyampaikan edisi terbaru majalah Swaracinta untuk sampai ke pembaca dengan sebaik-baiknya. Majalah tersebut dijaga tidak hanya kualitas isi, namun juga keadaan supaya dalam kondisi tidak sobek dan rusak. Karena itu salah satu bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa terhadap para mitranya. Setelah dua puluh ribu eksemplar majalah Swaracinta selesai, sekitar seratus eksemplar untuk disebarkan di Head Office-nya Dompet Dhuafa, untuk dibagikan ke seluruh amilin dan amilat, serta dibagikan kepada donatur yang berkunjung. Lalu selebihnya dipaketkan di kantor pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa untuk dibagikan oleh seluruh amilin dan amilat , serta donatur yang berkunjung, juga mitra perusahaan dan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa. 83 Tidak hanya dikantor pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa saja majalah Swaracinta ini disebarkan, namun juga disebarkan dibeberapa titik jejaring Dompet Dhuafa seperti Klinik LKC Layanan Kesehatan Cuma-cuma, RST Rumah Sehat Terpadu, DMC Disaster 83 Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10 September 2013. Management Center , LPM Lembaga Pelayanan Masyarakat, dan jejaring Dompet Dhuafa lainnya jika masih terdapat sisa majalah.

B. Pencapaian Target Produksi Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada

Rubrik Kabar Pemberdayaan Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki beberapa pencapaian target setiap bulannya. Khusus untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, tentunya ada beberapa pencapaian target yang diharapkan, diantaranya sebagai berikut. 1. Menjadi Media Informasi Komunitas yang informatif Materi publikasi tulisan dan foto disebut berfungsi informatif apabila materi itu menambah pengetahuan baru bagi pembaca. Pengetahuan baru tersebut dengan demikian mengurangi ketidaktahuan atau ketidakjelasan mengenai suatu masalah yang telah, sedang, atau akan terjadi. SS. Widodo mengharapkan dengan adanya rubrik Kabar Pemberdayaan pada majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, menjadikan informasi yang ada didalamnya sebagai penambah pengetahuan dan bisa mengenal lebih jauh mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan Dompet Dhuafa setiap bulannya. 84 Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadikan media komunitas yang bersifat informatif yang dapat 84 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh masyarakat. 2. Menjadi Media Korporasi yang Edukatif Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah. Cara baru yang dipaparkan bisa berupa konsep, bisa pula berupa petunjuk praktis. Cara baru yang diperkenalkan itu dengan demikian memperkaya khazanah keterampilan yang telah dimiliki pembaca dalam melakukan suatu kegiatan atau mengatasi suatu persoalan. SS. Widodo mengungkapkan Dompet Dhuafa ingin majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini menghasilkan berita-berita yang bermanfaat dan membawa pesan edukatif juga bagi pembaca. Semisal, dalam rubrik Kabar Pemberdayaan terdapat informasi mengenai simulasi tanggap bencana atau pemberdayaan masyarakat kurang mampu. Nah, dari berita tersebut para pembaca secara tidak langsung dapat menerima pembelajaran yang edukatif seperti mendapatkan cara dalam simulasi tanggap bencana dan juga solusi dan strategi dalam memberdayakan masyarakat dhuafa. 85 85 Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki tiga tahapan yakni, praproduksi, proses produksi, dan pascaproduksi. Namun, yang menjadi perhatian tersendiri adalah, proses produksi berita media internal atau korporasi tersebut, dalam praktiknya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa menerapkan empat komponen dalam menciptakan media korporasi-organisasi yang berkualitas, yaitu komponen keredaksian, komponen produksi dan sirkulasi, komponen biaya dan sarana, serta komponen personel. Sehingga, meski hanya sekedar media internal, berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan pada penulisan beritanya juga berusaha memperhatikan sesuai penulisan berita feature, dan bisa dinikmati baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Selain itu, 20.000 eksemplar majalah tersebut juga merupakan bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa terhadap para mitra donatur. Namun, dalam masalah ketepatan waktu dalam menerbitkan, Majalah Swaracinta pernah mengalami keterlambatan. Juga dalam pengangkatan isu terkini sebagai referensi berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan, belum sepenuhnya intens dijalankan. 2. Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki beberapa pencapaian target yang diharapkan setiap bulannya. Pertama, menjadi media informasi komunitas yang informatif. Materi publikasi apakah dalam format tulisan, foto disebut berfungsi informatif apabila materi itu menambah pengetahuan baru bagi pembaca. Kedua, menjadi media korporasi yang edukatif. Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah.

B. Saran

1. Dalam proses produksi berita majalah Swaracinta yang meliputi komponen keredaksian, setiap bulannya hendaknya sesuai dengan deadline batas waktu yang ditetapkan korporasi, agar tidak terlambat ke tangan pembaca. 2. Agar mencapai target pencapaian yang diharapkan yakni menjadi media informasi yang informatif dan edukatif, Dompet Dhuafa dalam programnya hendaknya mengikuti isu yang berkembang di tengah masyarakat baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun sosial. Daftar Pustaka A. Buku Ardianto, Elvinaro. Dasar-dasar Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga, 2010. Bland, Michael, Alison Theaker dan David Wragg. Hubungan Media yang Efektif. Jakarta: Erlangga, 2001. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana Media Group, 2007. Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006. Lexy, J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Mondry, M.Sos. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008. Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2004 Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Santoso, Edi dan Setiansah, Mite. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Siregar, Ashadi dan Pasaribu, Rondang. Bagaimana Mengelola Media Korporasi- Organisasi . Yogyakarta: Kanisius, 2000. Siregar, Ashadi. dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius, 1998. Sumadiria, Haris, AS. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional . Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Tanjung, M. Azrul. Budaya Bisnis Menuju Kebangkitan Ekonomi Ummat. Jakarta: Dewan Pimpinan MUI Pusat, 2012. Wahyudi, J.B. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.