Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)

(1)

ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH INTERNAL

(Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa

pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Uyang Agustina

NIM 109051100013

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN JURNALISTIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

UYANG AGUSTINA (109051100013) Analisis Produksi Berita Majalah Internal

(Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan

Media komunikasi massa sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial. Begitu juga dengan media korporasi atau media internal suatu korporasi yang hadir dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada kalangan internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Dompet Dhuafa (DD) misalnya, dengan media internalnya, majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan, memberikan sajian berita dalam bentuk berita features, dan berusaha menjadi majalah internal yang berkualitas dan dinikmati para pembaca.

Merujuk pada pernyataan di atas, bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta DD pada Rubrik Kabar Pemberdayaan dalam menciptakan majalah internal (korporasi) yang berkualitas? Target apa saja yang akan dicapai majalah Swaracinta dalam produksi berita tersebut? Berkaitan dengan upaya menghasilkan berita untuk media korporasi atau organisasi yang berkualitas, penulis mengacu kepada empat komponen kegiatan yang perlu mendapat perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi. Keempat komponen itu adalah komponen keredaksian, komponen produksi dan sirkulasi, komponen biaya dan sarana, serta komponen personel.

Proses produksi berita majalah Swaracinta berlangsung pada tiga tahapan, praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Dengan target pencapaian hasil yang diharapkan setiap bulannya, diharapkan berita pada rubrik tersebut mampu menjadi berita yang informatif, edukatif, dan berimbang, baik dikalangan internal korporasi maupun eksternal.

Metodologi penelitian di sini menggunakan paradigma kualitatif dengan model deskriptif. Penulis tidak menguji hipotesis, dan hanya menjelaskan dan menggambarkan secara kualitatif sebuah proses produksi berita. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Semua data itu kemudian akan dianalisa dengan mengacu kepada kerangka teori.

Dengan demikian, seperti proses produksi berita pada umumnya, produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga melewati tiga tahapan yakni praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Namun, pada proses produksi beritanya, majalah tersebut menerapkan empat komponen yang telah dijabarkan diatas, sehingga berusaha menciptakan media internal yang berkualitas sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya dengan mengikuti penulisan kaidah jurnalistik yang bisa dinikmati baik dari kalangan internal maupun eksternal korporasi dan menjadi bentuk pertanggungjawaban terhadap mitra-mitra (donatur) Dompet Dhuafa yang telah bekerjasama.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah hanya bagi Sang Maha Penguasa Alam, Allah SWT. Hanya dengan limpahan rahmat, nikmat, serta kebaikanNya lah skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, Sang panutan suri tauladan seluruh umat manusia. Pembawa kedamaian, penyebar ilmu, pembela diakhir zaman. Semoga kebaikan, rasa cinta kasih, dan hakikat kehidupan yang disampaikan beliau akan terus memberi kesegaran pada kehidupan manusia.

Penulis sadari, selama penulisan karya ilmiah ini banyak sekali pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak. Terima kasih penulis ucapkan kepada mereka yang telah berperan dalam penulisan ini. Baik melalui do’a, bimbingan, dukungan, maupun terlibat langsung dalam memberikan informasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada;

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Dr. H. Arief Subhan, MA., Dr. Suparto, M. Ed, Wakil Dekan I, Drs. Jumroni, M. Si, Wakil Dekan II, Drs. Wahidin Saputra, MA., Wakil Dekan III.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah MA, serta sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ade Rina Farida M.Si. Terima kasih telah banyak membantu dan mendukung penulis.


(7)

3. Dosen pembimbing, Wati Nilamsari M.Si, yang senantiasa membimbing dan membantu penulis menemukan solusi permasalahan dan menambah banyak informasi dalam menulis skripsi ini.

4. Ayahanda Joko Nurwidodo dan Ibunda Parminah Orang tuaku tercinta, yang selalu memberi dukungan moril ataupun materil kepada penulis. Melalui do’a, nasihat, kesabarannya membimbing, bahkan keringat kerja kerasnya mampu menguliahkan penulis hingga selesai.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih untuk semua ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis, bahkan sangat bermanfaat sampai akhir penulisan skripsi ini.

6. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

7. Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi, SS. Widodo, Amirul Hasan, Shofa Q, dan seluruh teman-teman redaksi yang bersedia memberikan bantuan, dukungan, serta informasi pada penulis. 8. Kakakku tersayang, Rina Widowati S.Pd, terima kasih dukungan serta doa

untukku.

9. Ahmad Aldjufri yang senantiasa membantu, mendukung dan mendoakanku.

10.Sahabat seperjuangan, Iit Septyaningsih dan Ayu Amelia yang terus semangat mengerjakan skripsi bersama penulis, terima kasih.

11.Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah, Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2009. Terima kasih untuk kebersamaannya. Tak ada yang dapat


(8)

menukar bahkan membayar harga kebersamaan kita. Singkat namun sangat berarti.

12.Teman-teman 107.7 RDK (Radio Dakwah dan Komunikasi) FM, Iit Septyaningsih, Ade Afifah, Mumpuni Dyah Islami, Fauziah, Andari Noviyanti,dan seluruh anggota lainnya yang tidak penulis sebutkan, namun tetap, terima kasih untuk kalian semua yang ikut memberi dukungan dan semangat kebersamaan.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang membacanya.

Ciputat, 15 Januari 2014


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... .. i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Produksi ... 15

B. Media Internal ... 23

C. Berita ... 24

D. Komunikasi Massa ... 32

E. Rubrikasi Media Cetak ... 35

BAB III PROFIL DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN MAJALAH SWARACINTA A. Dompet Dhuafa ... 39

B. Majalah Swaracinta... 52

C. Rubrik Kabar Pemberdayaan... 56

BAB IV ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA DOMPET DHUAFA PADA RUBRIK KABAR PEMBERDAYAAN A. Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Pada Rubrik Kabar Pemberdayaan ... 57

B. Pencapaian Target Produksi Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Pada Rubrik Kabar Pemberdayaan ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rincian Biaya Kerja Redaksi Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa ... 77 Tabel 2 Rincian Biaya Produksi Majalah Swaracinta ... 78


(11)

DAFTAR GAMBAR

Alur Tahapan Kerja Media Korporasi ... 19

Logo Dompet Dhuafa ... 43

Struktur Organisasi Dompet Dhuafa... 46

Struktur Redaksi Majalah Swaracinta ... 47

Desain Perwajahan Majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan Edisi 24 ... 76

Tampilan Adobe Indesign ... 82

Menentukan Bingkai untuk Rubrik Kabar Pemberdayaan ... 83

Tata Letak Desain Penempatan Foto ... 84

Menentukan Jumlah Kolom ... 85

Menentukan Pemilihan Jenis Huruf ... 86

Menentukan Ukuran Huruf ... 87

Penempatan Identitas Nama Rubrik ... 88


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi, khususnya media komunikasi massa semakin canggih dan pesat, serta memiliki nilai kualitas yang lebih baik dari sebelumnya, tentunya dalam menjangkau khalayak informasi atau komunikan. Seperti yang dikemukakan Marshall McLuhan, masyarakat sekarang hidup di dalam desa dunia (global village) karena media massa modern memungkinkan berjuta-juta orang di dunia untuk berkomunikasi hampir ke seluruh penjuru dunia.

Media komunikasi massa sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial. Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.1

Gerbner dalam Rakhmat memberikan sedikit penjelasan mengenai komunikasi massa. “Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri”2

Komunikasi massa menghasilkan suatu produk yang berbentuk pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut diinformasikan, disebar, dan didistribusikan kepada masyarakat luas secara terus menerus tentunya dalam waktu yang ditentukan, semisal harian, mingguan, dwi mingguan, dan bulanan.

1

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, cet.ke-3. (Jakarta:Kencana Prenada, 2008), h.71.

2


(13)

Wright juga memiliki makna komunikasi yang lebih kompleks. Menurut Wright dalam Rakhmat bahwa bentuk baru dari komunikasi massa dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut; diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim, pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.3

Seperti halnya Gerbner yang mengemukakan bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks. Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari penyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Misalnya, bila pesan disampaikan lewat media cetak (majalah atau surat kabar), maka pihak yang terlibat antara lain adalah pemimpin redaksi, editor, layouter, dan korektor.

Penerbitan media organisasi merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi antara dua pihak yang berhubungan, yaitu antara organisasi dan pembaca. Sebagai suatu kegiatan komunikasi, penerbitan media organisasi dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan kedua pihak.4

Media korporasi atau organisasi dapat diterbitkan dalam beberapa format, seperti newsletter, majalah, tabloid, atau surat kabar. Setiap format memilki kelebihan dan kekurangan dalam hal efektivitas penyampaian informasi.

3

Ibid., h. 189.

4

Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi (Yogyakarta: Kanisius, 2000) h. 17.


(14)

Media cetak khususnya majalah, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap khalayak. Majalah adalah halaman demi halaman yang diikat dengan kawat (dihekter) serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau mengkilat dibandingkan kertas halaman dalam. Sebagai media cetak, majalah mempunyai pesan-pesan tersebut bertahan lama dibandingkan dengan media lain seperti televisi dan radio.5

Pada zaman modern, memang media cetak seperti majalah dapat mengarah kepada fungsi mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayak agar melakukan kegiatan tertentu. Ini kemudian memberikan tanda bahwa majalah punya makna yang luas dan menyentuh segala aspek kehidupan masyarakat.

Dompet Dhuafa (DD) merupakan salah satu organisasi pengelola zakat di Indonesia yang cukup disegani, karena berbagai kegiatan kemanusiaan yang telah dilakukannya selama ini. Pada 4 September 1994, Dompet Dhuafa pun didirikan. Pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.

Kemudian pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa dikukuhkan untuk kali pertama oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris

5

Mondry, M.Sos, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.150


(15)

H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.6

Dalam bidang bisnis, Dompet dhuafa menjadi social enterprise dalam bidang pengelolaan Baitul Mal Desa, Depo Pengasong Z-Point, Ternak Domba Sehat, Masyarakat Mandiri, PT. Daya Consumer Goods, DD Livestock, DD Consulting, DD Construction, LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma), RST (Rumah Sehat Terpadu) dan seterusnya. Kiprah bisnis yang dilakoni Dompet Dhuafa justru berangkat dengan jiwa sosial untuk membantu penderitaan sesama umat manusia.7 Semenjak didirikan, Dompet Dhuafa telah banyak berkiprah dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan tersebut tentunya dipengaruhi oleh banyaknya mitra-mitra Dompet Dhuafa yang menjalin kerjasama dengan memberikan sebuah donasi (dana). Para mitra Dompet Dhuafa sendiri dikategorikan menjadi dua golongan yakni, donatur tetap dan tidak tetap. Donatur tetap merupakan mitra yang membuat kesepakatan atau MoU (Memorandum of Understanding) yang sesuai ketentuan oleh Dompet Dhuafa sendiri. Sedangkan donatur tidak tetap adalah, mitra yang tidak membuat kesepakatan, dengan kata lain, tidak membuat kesepakatan. Tentunya dalam hal ini, Dompet Dhuafa telah telah melahirkan media komunikasi, yakni sebuah majalah korporasi yang bernama Swaracinta (SC) diperuntukkan bagi mitra-mitra Dompet Dhuafa khususnya para donatur dan beberapa pihak yang bekerja sama dengan Dompet Dhuafa. Berdirinya majalah Swaracinta (SC) tentunya membantu dalam menyampaikan informasi terkait kinerja Dompet Dhuafa (DD) terhadap

mitra-6

www.dhompetdhuafa.org (diakses 20 Februari 2013)

7

M. Azrul Tanjung, Budaya Bisnis Menuju Kebangkitan Ekonomi Ummat (Jakarta: Dewan Pimpinan MUI Pusat, 2012), h. 5-6.


(16)

mitra yang bekerjasama dan bergabung selama ini. Mitra-mitra Dompet Dhuafa itu diantaranya adalah donatur tetap dan tidak tetap. Swaracinta didedikasikan untuk memberikan informasi-informasi penting bagi para mitranya.

Kabar Pemberdayaan merupakan rubrik berita yang berisi tentang seputar kegiatan Dompet Dhuafa setiap bulannya. Kegiatan yang dilakukan seperti seminar kesehatan, pelatihan motivasi, dan kegiatan yang terkait dengan program Dompet Dhuafa. Hadirnya berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berfungsi membantu mitra-mitra Dompet Dhuafa mengetahui informasi terkait dengan kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan juga bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa dalam menjalankan amanah para mitra.

Selain itu, Swaracinta pada hakikatnya memiliki tujuan utama tersendiri selain menjadi media komunikasi bagi mitra-mitra Dompet Dhuafa. Tujuan utamanya adalah menjalankan sebuah misi dakwah kebaikan terhadap sesama khususnya dalam hal kemanusiaan. Sesuai dengan motto yang dimiliki yakni, inspirasi, motivasi, dan pemberdayaan. Misi dakwah yang dijalankan sesuai dengan motto majalah Swaracinta ini.

Al-Qur’an juga menerangkan mengenai berbuat kebaikan terhadap sesama, yang artinya:

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya,”(Q.S. Al-Maidah ayat 2)

Tentu dari majalah yang terbit setiap bulan ini, mitra-mitra Dompet Dhuafa lebih mengetahui informasi-informasi yang berkaitan Dompet Dhuafa dan


(17)

dari situlah terbentuk sebuah komunikasi diantara keduanya. Dan menjadikan Swaracinta sebagai media komunikasi cetak komunitas hingga sekarang.

Melihat Dompet Dhuafa yang begitu banyak mengemban amanah dan mendapat kepercayaan dari para mitranya, serta meningkat dari tahun ke tahun, akhirnya Dompet Dhuafa melahirkan majalah Swaracinta sebagai media komunikasi yang fungsinya tidak lain sebagai media penginformasi mitra-mitranya dan juga merupakan syiar dalam menginformasikan kebaikan untuk saling tolong menolong. Oleh karena itu, dengan munculnya majalah Swaracinta ini, maka penulis ingin mengetahui bagaimana proses produksi berita majalah tersebut pada rubrik Kabar Pemberdayaan mengingat pentingnya mengetahui langkah-langkah produksi dalam suatu berita majalah. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Ruang lingkup penelitian dari penelitian ini cukup luas, oleh karena itu peneliti membatasi masalah yang akan diambil dari penelitian ini pada proses produksi berita majalah Swaracinta (SC) Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan saja, mengingat ada 26 rubrik dalam majalah tersebut dan rubrik Kabar Pemberdayaan merupakan berita utama dalam majalah Swaracinta.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncullah beberapa pertanyaan sekaligus rumusan dalam penelitian ini, yaitu?


(18)

1. Bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan dengan menggunakan empat komponen dalam menciptakan majalah internal (korporasi) yang berkualitas?

2. Target apa saja yang akan dicapai majalah Swaracinta dalam produksi berita tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan.

2. Mengetahui target pencapaian yang diharapkan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan setiap bulannya. D. Manfaat Penelitian

1. Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada kajian ilmu komunikasi terlebih pada kajian ilmu jurnalistik khususnya pada media cetak.

2. Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menemukan dan menginformasikan proses dalam sebuah produksi berita pada media cetak khususnya media internal, dalam hal ini berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan.


(19)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini diambil, referensi dari beberapa pustaka dan menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat analisa. Penelitian dengan judul “Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)” ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya.

Pertama, skripsi karya Pessi Andayani yang berjudul “Analisis Produksi Program Pemberitaan Dunia Dalam Berita di TVRI” yang secara khusus membahas produksi program berita Dunia Dalam Berita pada “Thailand: Prime Minister”. Sedangkan penulis lebih mengkhususkan pada pembahasan produksi berita secara keseluruhan (umum).

Kedua, skripsi karya Yefhy Ardiyanti mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 dengan judul “Analisis Deskriptif Produksi Program Warta Pemilu Di TVRI”, yang membahas bagaimana sebuah program berita dalam periode pemilu diproduksi. Yefhy mengangkat masalah bagaimana sebuah program berita dalam periode tertentu (masa pemilu) deprogram, sedangkan penulis lebih menitikberatkan pada berita yang secara rutinitas diproduksi.

Ketiga, skripsi milik Irham Maulana dari universitas yang sama dengan judul skripsi “Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV One” juga menginspirasi penulis dalam mengambil judul dan pembahasan. Irham


(20)

menitikberatkan pada produksi program berita yang diproduksi secara live dengan format Talkshow.

Melalui tinjauan pustaka ke perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, meskipun penulis terinspirasi dari ketiga skripsi sebelumnya yang telah disebutkan di atas, namun seluruh skripsi ini memiliki objek dan subjek penelitian yang berbeda, meski tak bisa dipungkiri ketiganya memberikan banyak masukan untuk penulis dalam melakukan penelitian.

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil penelitian.8 Menurut Bodgan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.9 Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi

8

Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41.

9

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). h. 4.


(21)

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahanya.10

Paradigma atau pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis atau model deskriptif. Penulis menganalisis, menguraikan serta mendeskripsikan bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan. Pendekatan kualitatif ini menitikberatkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut;

a. Observasi

Peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan melakukan pengamatan secara mendalam dengan mendatangi langsung kantor Majalah Swaracinta dan Dompet Dhuafa guna memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset. Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah sifatnya pengamatan secara mendalam.

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, yaitu

10


(22)

Redaktur Pelaksana, Koordinator Liputan, Editor dan reporter. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak terstrukur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip, foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain sebagainya untuk menguatkan penelitian atas kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

3. Analisis Data

Untuk menganalisis data, penulis menjelaskan bagaimana produksi berita yang dilaksanakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan, mulai dari bagaimana berita diperoleh, hingga siap dicetak. Penulis melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan. Sebagai sumber data, penulis melakukan observasi langsung dan tidak langsung dan wawancara dengan tim redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dideskriptifkan secara kualitatif dengan didukung data-data yang didapat dari berbagai dokumen,


(23)

literatur serta data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Maka, penulis mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan mengacu pada kerangka teori.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Penelitian dilakukan dengan menganalisa data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan penelitian.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah majalah Swaracinta Dompet Dhuafa. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses produksi berita salah rubrik di majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, yaitu Kabar Pemberdayaan.

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilokasi dimana rubrik Kabar Pemberdayaan pada majalah Swaracinta Dompet Dhuafa diproduksi, yaitu di Gedung Nugra Santana Lt.10, Jl. Jendral Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya


(24)

Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Bab I :PENDAHULUAN. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan kepustakaan, dan sistematika penulisan.

Bab II :KERANGKA TEORI. Bab ini menjabarkan kerangka pemikiran yang dipakai terkait dengan isi penelitian yaitu menjelaskan empat komponen pengelolaan penerbitan media korporasi-organisasi menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu. Menjabarkan mengenai proses produksi media cetak, pengertian media internal ( majalah internal dan fungsinya), pengertian komunikasi massa, dan berita (pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita)

Bab III :PROFIL MAJALAH SWARACINTA DOMPET DHUAFA. Bab ini menguraikan sejarah perkembangan, profil, struktur organisasi, serta visi dan misi majalah Swaracinta.

Bab IV :ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA

DOMPET DHUAFA PADA RUBRIK KABAR PEMBERDAYAAN. Bab ini berisi deskripsi hasil penelitian yaitu pembahasan mengenai proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada


(25)

rubrik kabar pemberdayaan, serta target pencapaian dalam produksi berita majalah Swaracinta.

Bab V : PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan atas permasalahan yang diteliti dan juga saran penulis terhadap permasalahan penelitian.


(26)

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dalam kajian teoritis ini terdapat beberapa teori-teori yang mendukung untuk penelitian baik dari variabel judul yang disebutkan ataupun tidak. Di antaranya yaitu penjelasan produksi (menjelaskan empat komponen pengelolaan penerbitan media korporasi-organisasi menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, pengertian media internal (majalah internal, fungsi, dan format media internal), komunikasi massa, berita (pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita), dan rubrikasi media cetak.

A. Produksi

Berita tulis yang sering dinikmati masyarakat selama ini tidaklah secara langsung disiarkan kepada khalayak, melainkan melalui beberapa tahapan proses. Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti geraknya, jalannya, kemajuan, berhasil, perkara; berasal dari procession (bahasa Inggris) yang artinya gerakan, maju, prosesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan suatu produk. Sedangkan produksi adalah barang yang dihasilkan atau kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa.11

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat

11

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998), h. 701-703.


(27)

dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Dari keterangan di atas penulis memahami bahwa proses merupakan rangkaian tindakan, pembuatan dan pengolahan yang menghasilkan suatu produk. Produk dalam penelitian ini adalah produksi berita.

Dalam setiap produksi berita pada media cetak, dalam hal ini majalah pasti memiliki berbagai macam rubrik berita yang fungsinya tidak lain untuk mempermudah khalayak dalam memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan. Berita-berita yang disuguhkan pada setiap rubrik, tentu semuanya mengalami sebuah proses yang pada akhirnya terkumpul berita-berita yang akan disiarkan dan dapat dinikmati masyarakat. Proses dibuatnya sebuah berita pada setiap masing-masing rubrik bisa juga disebut dengan proses produksi media cetak.

Produksi media cetak ialah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud atau tujuannya. Di dalam proses produksi itu, terjadi interkomunikasi antarmanusia, sehingga media cetak tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa.

Merencanakan sebuah produksi berita untuk setiap rubrik majalah, seorang redaktur professional akan berusaha untuk menciptakan berita-berita yang berkualitas. Berkaitan dengan upaya menghasilkan media korporasi atau organisasi yang berkualitas, ada empat komponen kegiatan yang perlu mendapat perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu dalam bukunya yang

12

R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi


(28)

berjudul Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi menyebutkan empat komponen, di antaranya :

1. Komponen Keredaksian

Komponen kegiatan keredaksian mencakup kegiatan perencanaan isi, pengumpulan bahan baku informasi (Liputan), pengolahan dan penyiapan informasi serta penyuntingan.

2. Komponen Produksi dan Sirkulasi

Kegiatan yang dilaksanakan dalam proses produksi mencakup kegiatan pracetak dan pencetakan. Proses pracetak meliputi desain cover, desain rubrik, dan hal yang akan memuat tulisan (misalnya artikel opini, atau surat pembaca) atau foto yang sudah tersedia, juga menambahkan sentuhan artistik seperti pemilihan ukuran dan jenis huruf untuk tubuh tulisan, judul, subjudul, dan nama penulis.

3. Komponen Biaya dan Sarana

Dalam penerbitan media internal terdapat kelebihan dibanding dengan media umum yaitu tersedianya biaya dan sejumlah sarana kerja pada awal kegiatan penerbitan dan diberikan secara cuma-cuma sehingga tidak memerlukan jasa jaringan pemasaran. Perencanaan dan penggunaan biaya serta sarana kerja yang efisien menentukan hasil media internal yang berkualitas.

13

Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 161-175.


(29)

4. Komponen Personel

Dalam pengelolaan media internal membutuhkan personel atau orang-orang yang berpengetahuan dan berkemampuan yang memadai. Jumlah personel yang memadai juga harus didukung dengan kegiatan;

a. Merumuskan pemberian kerja (Job description)

Pelaksanaan seluruh kegiatan penerbitan media korporasi atau organisasi hanya bisa berhasil apabila setiap personel yang berperan dalam kegiatan itu telah mengetahui persis apa yang harus dikerjakan dan bagaimana kegiatan itu dikerjakan.

Agar setiap personel bisa bekerja dalam kondisi seperti itu, perlu disusun pemerian tugas (job description) secara jelas. Apa dan bagaimana suatu kegiatan dikerjakan pada tahap tertentu, apa target yang harus dicapai, perlu dijabarkan secara rinci. Juga batas waktu untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Pemerian kerja sekaligus berfungsi untuk memantau prestasi kerja personel. Dengan demikian, dapat dilihat apakah tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan baik atau tidak.14

b. Merencanakan tahapan kerja

Perencanaan kegiatan berdasarkan tahapan kerja yang rinci dan ketat merupakan faktor yang dapat memperlancar kegiatan penerbitan. Dalam dunia pers umum, pentingnya tahapan waktu ditepati sudah menjadi semacam hukuman mati yang tidak boleh dilanggar.

Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 172


(30)

Dunia pers mengalami persaingan yang sangat tajam. Itulah sebabnya di dunia pers dikenal istilah deadline, yakni batas waktu yang tidak boleh dilanggar. Jika deadline dilanggar, pencetakan terlambat. Akibatnya surat kabar atau media terlambat sampai ke tangan pembaca.

Penerbitan media korporasi atau organisasi juga perlu memiliki rencana tahapan kerja yang rinci dan ketat. Adanya rencana tahapan kerja ini akan mendorong setiap personel menjalankan setiap tugas tepat waktu. Akan tetapi, tahapan kerja hanya dapat disusun apabila telah dimiliki pemahaman dan pengenalan atas alur kerja yang dijalankan dalam mempersiapkan penerbitan media cetak. Alur kerja dimaksud, yang sekaligus menggambarkan bagaimana setiap aspek komponen kegiatan yang menjadi tanggung jawab pengelola saling berkaitan, dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar 1

Alur tahapan kerja media korporasi 15

Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 173

Pengumpulan Bahan -Wawancara -Observasi -Riset Dokumen -Pemotretan Penyiapan Bahan - Penulisan - Editing - Rewriting - Cetak Foto

Produksi - Setting - Lay-out - Make-up Perencanaan - Isi - Desain - Biaya - Sarana - Waktu - Personel


(31)

Selanjutnya dalam setiap produksi, ada beberapa proses atau tahapan yang harus dilalui yang juga mengacu pada empat komponen mengelola media korporasi dan organisasi yang berkualitas sebelum berita dapat disiarkan yaitu pra produksi, produksi, dan pascaproduksi.

1. Praproduksi

Pada tahapan ini, merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi, karena itu tahapan ini merupakan tahapan planning production. Dalam praproduksi, komponen keredaksian, komponen biaya dan sarana serta komponen personel merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya kegiatan perencanaan isi. Sedangkan komponen personel dan komponen biaya dan sarana merupakan bagian kegiatan perencanaan isi.

Adapun beberapa tahapan perencanaan isi yaitu; a. Penemuan Ide

Tahapan ini dimulai ketika seorang pemimpin redaksi menemukan ide atau gagasan dan tema apa yang akan diangkat untuk edisi selanjutnya. b. Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), merumuskan pemerian kerja (job description), merencanakan tahapan kerja, desain, biaya, dan sarana.

2. Produksi

Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen produksi dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada


(32)

komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku informasi (Liputan), pengolahan dan penyiapan informasi serta penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tampilan visual media sehingga menarik dipandang.

3. Pascaproduksi

Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi. Tahap ini meliputi; a. Pencetakan

Pencetakan adalah proses terakhir dalam setiap produksi sebuah media cetak. Dalam proses pencetakan, tidak semua korporasi atau organisasi memiliki mesin offset. Sekalipun harga sebuah mesin mini offset bukanlah sesuatu yang tidak terjangkau, pertimbangan atas efisiensi dan manfaat menyebabkan korporasi atau organisasi. Tidak merasa perlu membeli mesin tersebut. Selama belum ada kebutuhan atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar dan frekuensi tinggi, memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti jauh lebih murah dan efisien.16

b. Sirkulasi

Banyak cara untuk menyampaikan media ke tangan pembaca. Mana cara yang dipandang paling efektif dan efisien bisa dipertimbangkan sejak awal. Untuk media korporasi atau organisasi

Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168


(33)

yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala.

Media korporasi atau organisasi bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi mutakhir media korporasi kepada seluruh karyawan. Dengan menaruhnya di tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang pertemuan karyawan, dan setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di luar kota, bisa dikirim lewat pos.17

Agak lain halnya bila media korporasi atau organisasi ditujukan untuk publik eksternal dalam upaya pembentukan citra perusahaan. Karena menyangkut citra, bagaimana agar edisi terbaru media korporasi atau organisasi sampai ke pembaca pada saat yang tepat dan pada kondisi yang baik.

Media korporasi yang ditujukan pada konsumen dapat dititipkan di supermarket yang menjajakan produk korporasi. Bisa pula disediakan ruang pameran, dan sebagainya. untuk tujuan ini, tempat yang baik memungkinkan media segera terlihat perlu dipertimbangkan.

Sedang media organisasi yang ditujukan bagi kelompok masyarakat binaan, disampaikan kepada pembaca melalui pertemuan, atau melalui pemuka masyarakat setempat.

17

Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168


(34)

B. Media Internal

1. Pengertian Media Internal

Untuk menjembatani komunikasi antara manajemen dengan karyawan, sebuah perusahaan memfasilitasinya dengan membuat media internal atau biasa disebut Inhouse Magazine (meski tidak selalu format majalah).18 Keberadaan media internal dapat dalam dua peran strategis.

Pertama dalam lingkup internal media tersebut dapat berperan dalam upaya untuk menumbuhkan komunikasi dan dengan adanya media internal ini diharapkan bisa mendukung terciptanya suasana kondusif dan harmonis sehingga seluruh aktivitas perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Kedua, di lingkup eksternal media internal bisa berperan dalam upaya membentuk citra korporasi.

Ini bisa dikatakan sebagai tujuan sebenarnya dari hubungan pers dalam hal ini media internal untuk menaikkan reputasi suatu korporasi atau lembaga serta produknya, dan mempengaruhi serta memberitahukan kepada khalayak sasarannya.19

2. Fungsi Media Internal

Fungsi lain dari media internal adalah sebagai alat untuk pembentuk citra (image building) suatu perusahaan/organisasi karena fungsi media internal juga dapat dijadikan sebagai media promosi dan komunikasi dengan stakeholder.

Bagian Humas atau Public Relations perusahaan bisa show off kinerjanya via media internal. Ilmu dan skill penulisan Humas (PR Writing) juga

18

Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa

(Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 112

19

Michael Bland, Alison Theaker, dan David Wragg. Hubungan Media yang Efektif. (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 52.


(35)

dapat maksimalkan di media ini. Staf PR bisa mengasah keterampilan jurnalistiknya di sini, sekaligus mengenal lebih dalam cara kerja sebuah media atau pers.

3. Format Media Internal

Ada lima model utama house journal atau media internal, diantaranya:20 a. Bulletin

Media komunikasi reguler antara manajer penjualan dengan salesman yang berada di lapangan, biasa diterbitkan mingguan.

b. Newsletter

Media informasi atau siaran berita singkat. c. Magazine

Majalah yang berisi ragam tulisan (berita, artikel, feature). d. Tabloid Newsletter

Mirip dengan surat kabar popular, berisikan berita aktual, artikel populer yang pendek, dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang menarik.

e. Wall Newspaper

Bentuk media yang sering dipergunakan sebagai media komunikasi internal antarkaryawan di sebuah perusahaan besar.

C. Berita

1. Pengertian Berita

20

Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa


(36)

Berita berasal dari bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta, artinya ‘kejadian’ atau ‘yang telah terjadi’. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta. Menurut Kamus Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta, ‘berita’ berarti kabar atau warta, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi ‘laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.’ Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.21

Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang membaca media cetak. Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan khalayak.

Definsi lain, menurut Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing menulis, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.22

Setelah merujuk kepada beberapa definisi tersebut, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik atau penting bagi

21

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000) h. 46. AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64


(37)

sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.23

2. Jenis-jenis Berita

Berita jurnalistik yang banyak muncul dalam surat kabar atau majalah berita, dapat digolongkan atas berita langsung (Straight/hard/spot news), berita ringan (soft news), berita kisah (feature), serta laporan mendalam (indepth report). Pengertian setiap jenis berita akan diuraikan berikut ini.

a. Berita Langsung

Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadian-kejadian penting yang secepatnya perlu diketahui oleh pembaca. Disebut berita langsung (straight news) karena unsur-unsur terpenting dari peristiwa itu harus langsung (sesegera mungkin) disampaikan kepada pembaca.

Berita langsung ada juga yang disebut sebagai spot news. Jika berita bersifat “spot”, maka wartawan harus berhadapan langsung dengan kejadian, lalu melaporkan kejadian itu. Jika tak dapat dihadapi langsung, wartawan terpaksa “meminjam” persepsi orang lain terhadap kejadian tersebut. Melalui persepsi orang itu, wartawan menyusun kembali (merekonstruksi) kejadian yang akan ditulisnya.24

Berita langsung juga disebut sebagai hard news, menimbang bahwa fakta yang digunakan untuk memberitakan suatu peristiwa adalah fakta

23

AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64-65.

24

Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa


(38)

keras. Yang dimaksudkan dengan fakta keras adalah fakta yang segera dapat diukur berdasarkan persepsi inderawi manusia.

b. Berita Ringan

Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik. Berita ini biasa ditemukan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting. Kejadian yang penting tersebut dituliskan sebagai berita langsung, sedang yang menyangkut unsur manusiawi ditulis sebagai berita ringan.

Berdasarkan kejadiannya, berita ringan dapat dibedakan atas dua jenis. Pertama, berita ringan yang kejadiannya merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberitakan lewat berita langsung (disebut side bar). Kedua, berita ringan yang kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu peristiwa penting yang bisa dituliskan sebagai berita langsung.25

Berita ringan jenis kedua dapat “bertahan” lebih lama, tidak terikat pada aktualitas. Jenis berita ini memberikan ganjaran psikologis langsung bagi pembacanya. Misalnya keterharuan, kegembiraan, dan sebagainya. Bahan yang ditulis sebagai berita ringan adalah kejadian pada permukaan saja, tidak perlu melacak latarbelakangnya.

c. Berita Kisah

Berita kisah adalah tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan, ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terikat akan aktualitas. Nilai

25

Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa


(39)

utamanya adalah dalam unsur manusiawi atau informasi yang dapat menambah pengetahuan.

Berita kisah dapat ditulis dari kejadian yang sudah masuk kotak sejarah, misalnya kejadian manusiawi yang dialami Jenderal Sudirman ataupun Pangeran Diponegoro pada masa lampau. Hal semacam itu layak ditulis jika ternyata ada sesuatu yang baru tentang kedua tokoh tersebut yang belum pernah diungkapkan, dan penting mendapat perhatian karena ada kaitannya dengan kondisi sekarang.

Berita kisah yang ditulis berdasarkan peristiwa yang baru terjadi, disebut news feature. Kalau pada berita langsung unsur pentinglah yang ditonjolkan, maka pada berita kisah yang tergolong news feature, unsur penting dan unsur menarik ditonjolkan sekaligus.26

d. Laporan Mendalam

Laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah. Perbedaanya terletak pada adanya unsur manusiawi yang terdapat dalam berita kisah, yang belum ditemukan dalam laporan mendalam. Laporan mendalam digunakan untuk menuliskan permasalahan secara lebih lengkap, mendalam, dan analitis. Cara penulisan seperti ini dimaksudkan untuk menyajikan informasi agar pembaca lebih memahami duduk perkara suatu masalah.27

Laporan ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan sering memerlukan waktu lama. Cara peliputan seperti peliputan interpretative

26

Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa

(Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 156.

27


(40)

atau investigasi, antara lain dilakukan ketika mengumpulkan fakta yang diperlukan untuk menyusun tulisan. Peliputan interpretative dilakukan apabila untuk menggambarkan duduk perkara dari masalah yang diliput, diperlukan kemampuan interpretasi dalam melihat keterkaitan logis antar sejumlah fakta.

3. Nilai Berita

Nilai pada berita merupakan kriteria umum yang dijadikan landasan para jurnalis untuk memilih dan memutuskan berbagai fakta yang dianggap pantas dijadikan berita dan mana yang lebih baik untuk diangkat. Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting an Editing (1980:6-17) menunjuk pada 11 hal. a. Keluarbiasaan (Unusualness)

News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa luar biasa (news is unusual). Kalangan praktisi jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya.

b. Kebaruan (Newness)

Berita adalah semua apa yang terbaru. Semua hal yang baru apapun namanya pasti memiliki nilai berita. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti.

c. Akibat (Impact)

28

AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 80-91.


(41)

Segala sesuatu yang berdampak luas merupakan berita. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya.

Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal: seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio, atau televisi yang melaporkannya.29

d. Aktual (Timeliness)

News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

e. Kedekatan (Proximity)

Berita adalah kedekatan. Kedekatan sendiri mengandung dua arti. Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat ketertarikan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 82


(42)

f. Informasi (Information)

Berita merupakan informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Setiap hari sebuah kota memproduksi ratusan ribu dan bahkan jutaan informasi.

Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.

g. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.

h. Orang Penting (Public Figure, News Maker)

Kalangan public figure, tokoh terkemuka, di mana saja dan kapan saja selalu disorot. Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting dan terkemuka di mana pun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (names makes news).

i. Kejutan (Surprising)

Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan,


(43)

tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Nilai berita kejutan, ditentukan oleh subjek pelaku, situasi saat itu, peristiwa sebelumnya, bidang perhatian, pengetahuan, serta pengalaman orang-orang atau masyarakat di sekitarnya.

j. Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)

Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human-interest ke dalam berita ringan, berita lunak (soft news).

k. Seks (Sex)

Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan. Seks bisa menyentuh masalah poligami, perselingkuhan, perilaku menyimpang remaja dan lain sebagainya.

D. Komunikasi Massa

1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki dua makna, yaitu proses komunikasi dengan massa dan proses komunikasi dengan menggunakan media massa. Proses komunikasi dengan massa dapat dilakukan secara langsung seperti dalam pidato (retorika), dapat juga dengan sarana media massa. Media massa ada yang perodik


(44)

seperti surat kabar atau majalah (tercetak), radio, film, televisi (elektronika), dan ada yang nonperiodik seperti buku, leaflet, selebaran, spanduk, dan sebagainya.30

Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunikasi antar personal, kelompok, ataupun organisasi) memiliki setidaknya enam unsur yakni komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek, dan umpan balik. Definisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan oleh media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number people).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak seperti rapat akbar yang dilaksanakan di lapangan luas dan dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.

Menurut Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Sedangkan definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan pada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa

30

J.B Wahyudi. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992). h. 8

31

Elvinaro, Ardianto. Dasar-dasar Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007). h. 3.


(45)

juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.32

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli, tampaknya tidak ada pebedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini memberi gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.

2. Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.33 secara lebih terperinci fungsi-fungsi komunikasi, yang dikemukakan Harold D. Laswell adalah sebagai berikut:

1. Penjagaan/pengawasaan lingkungan (surveillance of the environment) 2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk

menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment)

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.34

32

Ibid,. h. 4.

33

Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Hal. 71

34


(46)

Lebih lanjut ia mengemukakan, ada tiga kelompok yang selama ini melaksanakan ketiga fungsi tersebut. Fungsi pertama, dijalankan oleh para diplomat, atase dan koresponden luar negeri sebagai usaha menjaga lingkungan. Fungsi kedua, lebih diperankan oleh para editor, wartawan, dan juru bicara sebagai penghubung respon internal. Adapun fungsi yang ketiga, adalah para pendidik di dalam pendidikan informal atau formal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi.

Charles R. Wright (1988) menambahkan satu fungsi, yakni entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya.

Fungsi pengawasan menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi baik di dalam maupun di luar masyarakat tertentu. Tindakan menghubungkan bagian-bagian meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakainya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian tadi. Adapun fungsi warisan sosial berfokus pada pengetahuan, nilai, dan norma sosial.35

Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada siapa. Dalam formulasinya Harold D. Laswell itu biasa disebut who

35


(47)

(siapa), says what (mengatakan apa), in which channel (lewat saluran mana), to whom (kepada siapa), with what effect (efek apa yang diharapkan).36

Selanjutnya, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri komunikasi massa. 1. Komunikasi berlangsung secara searah (one-way traffic

communication)

2. Sasarannya bersifat anonim (tidak saling kenal) dan heterogen (berbeda latar belakang)

3. Penyampaian pesan beragam dan khalayak sasaran mempunyai banyak pilihan.

4. Terorganisasi (organize) dan melembaga (institutionalize)

5. Memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat karena hadir di hadapan khalayak secara periodik (harian, mingguan, bulanan).37

E. Rubrikasi Media Cetak

Asal usul istilah “rubrikasi”, agaknya dimulai ketika tak lama setelah Gutenberg menemukan mesin cetak, banyak buku diproduksi secara massal. Pada cetakan awal, buku itu rata-rata tebal. Untuk menandai (book mark sekarang), buku satu dengan buku lain, disekat dengan pita warna merah. Dalam bahasa

36

Ibid., h. 27.

37

Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. (Jakarta: Erlangga, 2010), h.14


(48)

Latin, merah berarti ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi dari kata ruber tadi.

Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian-sajian tertentu, yang khas, di mana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda. Seorang yang menyukai menu A misalnya, belum tentu menyukai menu B. kalau majalah (media) diibaratkan dengan prasmanan, maka rubrik adalah menu. Tidak setiap menu disantap, yang disantap hanya yang sesuai selera. Demikian pula pembaca, mereka sering membaca hanya rubrik yang paling disukai saja.39

Sebuah holding company, atau perusahaan besar dengan unit-unit tersendiri yang memperkerjakan banyak karyawan di berbagai tempat dan lokasi, biasanya menerbitkan majalah internal sebagai media komunikasi antarkaryawan. Di banyak perusahaan, majalah internal bahkan dikelola oleh bagian tersendiri, biasanya dikelola oleh bagian Humas, atau bagian promosi, jika majalah tersebut diterbitkan oleh perusahaan. Kalau diterbitkan sebuah organisasi, maka majalah itu dikelola oleh bagian humas.

Sebagaimana halnya media komunikasi lain, majalah internal pun bertujuan sebagai media komunikasi antarkomunitas yang terbatas. Meskipun “terbatas”, sering khalayak (audience)-nya cukup besar. Bahkan di sebuah perusahaan holding company, audience-nya bisa mencapai belasan ribu. Untuk

38

Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi

(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h. 88.

39

Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi


(49)

menjangkau dan berkomunikasi satu sama lain, diperlukan media komunikasi. Dan majalah internal diterbitkan sebagai media komunikasi dimaksud.


(50)

BAB III

PROFIL DOMPET DHUAFA DAN MAJALAH SWARACINTA

A. Dompet Dhuafa

1. Sejarah Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa (DD) adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasib dhuafa. Pendirinya terdiri dari empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa.

Awalnya adalah sebuah kebetulan, walau sebagai orang yang beriman, kita percaya tidak ada sebuah kebetulan. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah, Sang Maha Perekayasa. April 1993, Harian Republika menyelenggarakan promosi untuk surat kabar yang baru terbit tiga bulan itu di stadion Kridosono, Yogyakarta. Di samping sales promotion untuk menarik pelanggan baru, acara di stadion itu juga dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat Yogya untuk membeli saham koran umum Harian Republika.40

40


(51)

Hadir dalam acara itu pemimpin redaksi HarianRepublika saat itu Parni Hadi, Dai Sejuta Umat, (alm) Zainuddin MZ dan Raja Penyanyi Dangdut H. Rhoma Irama dan awak pemasaran Harian Republika. Memang, acara itu dikemas sebagai gabungan antara dakwah dan entertainment.

Turun dari panggung, rombongan Harian Republika dari Jakarta diajak makan di restoran Bambu Kuning dan di situ bergabung teman-teman dari Corps Dakwah Pedesaan (CDP) di bawah pimpinan Ustadz Umar Sanusi dan binaan pegiat dakwah di daerah miskin Gunung Kidul, (Alm) Bapak Jalal Mukhsin.

Dalam bincang-bincang sambil santap siang, pimpinan CDP melaporkan kegiatan mereka yang meliputi mengajar ilmu pengetahuan umum, ilmu agama Islam dan pemberdayaan masyarakat miskin. Jadi anggota CDP berfungsi all-round: ya guru, dai dan sekaligus aktivis sosial.

Ketika Parni Hadi bertanya berapa gaji atau honor mereka perbulan, dijawab: “Masing-masing menerima enam ribu rupiah sebulan.” Kaget, tercengang dan setengah tidak percaya, pimpinan Harian Republika itu bertanya lagi: “Dari mana sumber dana itu?” Jawaban yang diterima membuat hampir semua anggota rombongan kehabisan kata-kata: “Itu uang yang sengaja disisihkan oleh para mahasiswa dari kiriman orang tua mereka.” Seperti tercekik, Parni Hadi menukas: “Saya malu, mohon maaf, sepulang dari Yogyakarta ini saya akan


(52)

membuat sesuatu untuk membantu teman-teman. Zainuddin MZ segera menambahkan: “Saya akan bantu carikan dana.”41

Mengapa kaget, tercekik dan segera bereaksi? Karena enam ribu Rupiah waktu itu jumlah yang kecil untuk ukuran Yogyakarta, apalagi untuk ukuran Jakarta, sangat-sangat kecil. Apalagi, uang itu berasal dari upaya penghematan hidup para mahasiwswa.Peristiwa itulah yang menginspirasi lahirnya Dompet Dhuafa. Dari penggalangan dana internal, Harian Republika lalu mengajak segenap masyarakat untuk ikut menyisihkan sebagian kecil penghasilannya. Pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman muka Harian Republika dengan tajuk “Dompet Dhuafa” pun dibuka. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Republika. Tanggal ini kemudian ditandai sebagai hari jadi Dompet Dhuafa.42

Rubrik “Dompet Dhuafa” mendapat sambutan luar biasa, hal ini ditandai dengan adanya kemajuan yang signifikan dari pengumpulan dana masyarakat. Maka, muncul kebutuhan untuk memformalkan aktivitas yang dikelola Keluarga Peduli di HarianRepublika.

Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa pun didirikan. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.

41

Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Kamis 18 Juli 2013.

42


(53)

Profesionalitas Dompet Dhuafa kian terasah seiring meluasnya program kepedulian dari yang semula hanya bersifat lokal menjadi nasional, bahkan internasional. Tidak hanya berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak berpunya dalam bentuk tunai, Dompet Dhuafa juga mengembangkan bentuk program yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan bantuan bencana.

Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa dikukuhkan untuk kali pertama oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, DD merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional.43

2. Visi dan Misi Dompet Dhuafa Visi:

Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan


(54)

Misi:

a. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian.

b. Meningkatkan partisipasi derma masyarakat dan dukungan sumber daya untuk pemberdayaan.

c. Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan masyarakat global

d. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat melalui ekonomi berkeadilan

e. Mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan

3. Logo Dompet Dhuafa

Gambar 1

Sumber: Company Profile Dompet Dhuafa

Tepat pada 2 Juli 2010, Dompet Dhuafa (DD) merubah logo. Dari yang mulanya berbentuk 2 buah pancing, sekarang berubah menjadi segitiga. Perubahan logo ini adalah pertanda bahwa DD akan berkembang menjadi lebih dinamis namun tetap menjaga nilai-nilai yang sudah dipegang selama ini yakni berbagi dan memberdayakan kaum dhuafa. logo baru tersebut sudah mulai


(55)

dikenal seluruh masyarakat dan di seluruh media publikasi DD dan seluruh desain cetak maupun digital.44

4. Jaringan Pelayanan Dompet Dhuafa a. Kantor Pelayanan

- Kantor Ciputat

Jl. Ir. H. Juanda No. 50, Ciputat Indah Permai, C 28-29, Ciputat 15419. - Kantor Sudirman

Gedung Nugra Santana Lt. 10, Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220. - Kantor Warung Buncit

Gedung Harian Umum Republika, Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Ps. Minggu Jaksel.

- Kantor Radio Dalam

Komp. Margaguna. Jl. Radio Dalam No 11, Jaksel. - Kantor Rawamangun

Jl. Balai Pustaka V No. 3 Rawamangun, Jakarta Timur. - Kantor Karawaci

Gedung Wardah. Jl Zaitun Raya, Islamic Village, Karawaci, Tangerang. - Kantor Bekasi

Apartemen Centre Poin Tower A No. GF 17. b. Kantor Cabang

- DD Singgalang


(56)

Jl. Juanda No. 31 C, Pasar Pagi Padang, SumBar - DD Waspada

Jl. Brigjend Katamso No. 1, Medan, Sumatera Utara - DD Sumatra Selatan

Jl. Angkatan 66 No. 435, Ruko Orange Palembang, SumSel - DD Riau

Jl. Tuanku Tambusai No. 145 Pekanbaru - DD Jambi

Jl. Soekarno Hatta No. 42, Pasir Putih, Kota Jambi. - DD Jabar

Jl. Pasir Kaliki No. 143, Bandung, Jawa Barat 40171. - DD Banten

Jl. Raya Cilegon No. 7A, Kagungan, Serang, Banten. - DD Jogja

Jl. Kyai Mojo No. 97, Jogjakarta. - DD Jawa Tengah

Jl. Abdurrahman Saleh Blok D, No. 199, Manyaran Semarang, Jawa Tengah. - DD Jatim

Jl. Ngagel Jaya Selatan No. 69 Surabaya. - DD Kaltim

Jl. Ahmad Yani Rt 4 No. 1, Karang Jati, Balikpapan, Kalimantan Timur 76123.


(57)

Jl. Abdullah Daeng Sirau No. 170 A, Makassar. - DD Hongkong

Jardine Bazaar No. 62 2/F, Causeway Bay, Hong Kong.

5. Struktur Organisasi Dompet Dhuafa

Sumber: Company Profile Dompet Dhuafa BOARD of TRUSTEE

Parni Hadi Eri Sudewo Haidar Bagir S. Sinansari Ecip Alm. Houtman Z.

Arifin

BOARD of SUPERVISORY

KH. Didin Hafidhuddin Rahmad Riyadi Erry Riyana Hardjapamekas

PRESIDENT DIRECTOR:

Ismail A. Said

EXECUTIVE DIRECTOR:

Ahmad Juwaini

COMMUNICATION & REMO DIRECTOR

Yuli Pujihardi

BUSINESS DIRECTOR

Kusnandar

FINANCE DIRECTOR

Rini Suprihartanti

PROGRAM DIRECTOR

M. Arifin Purwakananta

INTERNAL AUDIT


(58)

6. Program-program Dompet Dhuafa a. Program Pengembangan Sosial

1. Lembaga Pengembangan Insani

Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI-DD) merupakan jejaring Dompet Dhuafa yang khusus bergerak di bidang pendidikan. Dibentuk pada tahun 2004, LPI-DD memiliki tiga program utama. SMART Ekselensia Indonesia, sekolah bebas biaya; Makmal Pendidikan, Program pelatihan dan pendampingan sekolah serta; beastudi etos, program beastudi bagi mahasiswa di 11 PTN di Indonesia.

2. Layanan Kesehatan Cuma-cuma

Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) merupakan lembaga non profit jejaring Dompet Dhuafa khusus di bidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana Sosial perusahaan.45

LKC memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma kepada peserta (member) yang telah terverifikasi. Di mana setiap calon penerima manfaat mendaftar ke LKC dan kemudian disurvey oleh tim survey. Jika lulus jadi member, maka akan diberikan kartu peserta yang berlaku 1 tahun. Dengan adanya kartu peserta, penerima manfaat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis selama 1 tahun tersebut.


(59)

3. Institut Kemandirian

Institut Kemandirian adalah lembaga yang didirikan Dompet Dhuafa pada 23 Mei 2005 untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Lembaga ini bergerak di bidang training keterampilan teknis, kewirausahaan, dan sales marketing.

4. Lembaga Pelayanan Masyarakat

Lembaga Pelayanan Masyarakat selanjutnya disingkat menjadi LPM adalah jejaring pelaksana program layanan kepada mustahik Divisi Relief Dompet Dhuafa. Program LPM merupakan program pelayanan langsung keperluan mendasar masyarakat adalah program yang secara umum mengelola seluruh asnaf penerima zakat, terutama fakir, miskin, ghorimin, muallaf dan ibnu sabil. Karakteristik program tersebut adalah memenuhi keperluan hidup masyarakat yang bersifat pragmatis dan mendesak seperti sandang, pangan, dan papan. Selain itu juga dikembangkan program yang bertujuan meningkatkan pemahaman keislaman masyarakat dan pemenuhan sarana dan prasarana ibadah masyarakat, khususnya masyarakat muslim di kantong-kantong kemiskinan, daerah-daerah terpencil, dan kawasan minoritas yang rawan menjadi korban pemurtadan.46

Program LPM terus mengalami pengembangan mengikuti dinamika kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Saat ini, LPM merambah tema psikotik, yaitu program pelayanan bagi masyarakat pengidap ganguan


(60)

jiwa. Program ini ditetapkan oleh Dompet Dhuafa sebagai bentuk adaptasi atas perubahan pola respon masyarakat terhadap kemiskinan. Selain itu, LPM juga mengembangkan program Bantuan Pemulasaran Jenazah (BARZAH). Program ini menjadi kebutuhan dasar masyarakat akibat mahalnya harga proses pemakaman. Ke depan, LPM mentargetkan memiliki lahan untuk mengelola pemakaman bagi masyarakat miskin. Di luar Negeri, LPM diproyeksikan menjadi ujung tombak Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa terhadap konflik-konflik sosial yang terjadi. Kasus kemanusiaan seperti pengungsian di Somalia, konflik etnis di Rohingya, atau konflik agama di Gaza Palestina, adalah termasuk dalam ranah Diplomasi Kemanusiaan Dompet Dhuafa.47

b. Program Pengembangan Ekonomi 1. Masyarakat Mandiri

Masyarakat Mandiri (MM) adalah sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam pemberdayaan komunitas di pedesaan dan perkotaan. Kelahirannya dibidani oleh Dompet Dhuafa Republika pada tahun 2000. Sejak bulan Juli 2005, MM resmi menjadi lembaga otonom dengan memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau tak berdaya (powerless), sehingga mencapai kemandirian.

47


(61)

Proses pemberdayaan komunitas bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat guna meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan dengan sebaik mungkin sumberdaya alam dan manusia setempat. Di sinilah upaya pendampingan intensif menjadi salah satu pilihan bijak dalam menjalankan proses transformasi kesadaran komunitas untuk berubah dengan sumber daya yang mereka miliki.

2. BMT Center

Kerinduan terhadap lahirnya lembaga keuangan yang berpihak kepada kaum lemah merupakan cita-cita awal DD. Sejak munculnya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) di Jakarta dan Semarang (BMT Insan Kamil dan Binama), terasa perlu adanya lembaga yang menggalang tumbuhnya lembaga keuangan serupa dalam satu sinergi. Tahun 1994-1995 serangkaian diklat dan pertemuan yang berintikan pemasyarakatan ekonomi syariah mulai disokong DD. Pada 1994 itu DD telah didaulat oleh puluhan lembaga BMT di segenap wilayah untuk membangun sebuah lembaga “holding” BMT guna menopang sinergi dan permodalan itu.48

Belasan tahun kemudian, DD telah berhasil mensponsori lebih kurang pendirian 60 LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah-termasuk BMT) dan tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebagai kelanjutan dari langkah ini tahun 2006 DD memfasilitasi silaturahmi 200 pengelola BMT se-Jawa dan Sumatera sekaligus menandai berdirinya Perhimpunan

48


(62)

BMT Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama BMT Center. Sampai tahun 2008, geliat dari koordinasi ini terus berlangsung di bawah jejaring DD yang kini beranggotakan lebih dari 269.543 orang dengan aset yang dikelola mencapai Rp. 266 miliar dengan pengelolaan dana ketiga sebesar Rp. 233 miliar.

Di bawah sinergi BMT Center aneka program telah digulirkan dan meliputi advokasi, konsultasi, jasa audit syariah, training, pooling fund, dan penempatan dana. Aliansi ini berlanjut dengan menangani sindikasi pembiayaan, aktivitas kliring, dan penjaminan dana. Dalam unit bisnisnya kini juga telah ditumbuhkan lembaga pembiayaan ventura yang diperkenalkan sebagai BMT Ventura. Semua lini keuangan mikro berbasis syariah ini semakin penting guna membantu berbagai pembiayaan kalangan lemah yang biasanya menjadi pihak terlemah dari arus besar ekonomi ribawi yang masih terlalu tangguh untuk dilawan secara sendiri-sendiri oleh pelaku keuangan berbasis syariah.

3. Kampoeng Ternak

Program Dompet Dhuafa Kampoeng Ternak guna meningkatkan kesejahteraan peternak dan menuju swasembada daging bagi Indonesia. sejak awal berdirinya Dompet Dhuafa bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat miskin dan kaum dhuafa, di antaranya melalui program pertanian dan peternakan.49


(63)

Program Kampoeng Ternak memang suatu program untuk memberdayakan para peternak di Indonesia. Dompet Dhuafa memberikan bantuan modal, bantuan keahlian atau pendampingan serta bantuan jaringan pembeli bagi peternak yang diberikan hewan kambing peliharaan tersebut untuk kurban.

4. Tebar Hewan Kurban (THK)

Program THK Dompet Dhuafa merupakan program pemotongan dan pendistribusian hewan kurban ke berbagai daerah dan pelosok nusantara. Sejak 1993, Program THK Dompet Dhuafa telah menggerakkan roda ekonomi pedesaan dengan melibatkan ribuan peternak di seluruh Indonesia, serta mengalihkan penumpukkan daging di daerah berlebih (over supply), untuk didistribusikan ke saudara-saudara kita yang terpinggirkan, sehingga Ibadah Kurban bukan hanya sebatas ibadah ritual saja, tetapi memiliki nilai tambah terutama untuk kaum dhuafa.

B. Majalah Swaracinta

1. Sejarah Majalah Swaracinta

Awal tahun 2011 merupakan tahun pertama majalah Swaracinta diterbitkan. Tepat pada 01 Januari 2011. Majalah Swaracinta dicetuskan oleh Parni Hadi selaku Dewan Pembina Dompet Dhuafa. Sebelum majalah Swaracinta muncul, Dompet dhuafa memiliki media dalam bentuk cetak lainnya bernama Masa Kini. Namun setelah 4 tahun berjalan, Parni Hadi yang kini juga menjabat


(1)

Lampiran

Transkip Wawancara

1. Bagaimana proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa? Sama seperti proses produksi media cetak lainnya, namun dalam memproduksi media korporasi atau internal menurut kami memang lebih dipikirkan secara matang, untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Ada tahapan, pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi. Penemuan ide Tahapan ini dimulai ketika seorang Pemimpin Redaksi menemukan ide atau gagasan, tema apa yang akan diangkat, untuk edisi selanjutnya. Biasanya dilakukan dalam rapat redaksi. Selanjutnya adalah perencanaan. Tahap ini juga dilaksanakan pada saat rapat redaksi berlangsung. Perencanaan tersebut meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), merumuskan pemerian kerja (job description) dan personel, mekanisme kerja organisasi, desain, biaya, sarana.

Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen produksi dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku informasi (Liputan), pengolahan dan penyiapan informasi serta penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tampilan visual media sehingga menarik dipandang. Tahap terakhir adalah pasca produksi, pada


(2)

bagian ini adalah tahap pencetakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa dan proses sirkulasinya.

Pada tahap ini, proses pencetakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa dipercayakan ke sebuah perusahaan percetakan terbesar yakni PT. Printer Indonesia. Ini menjadi pertimbangan yang sangat efisien, dikarenakan Dompet Dhuafa belum memiliki mesin percetakan sendiri sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya.

Dalam proses sirkulasi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa tidak yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala. Media korporasi tersebut bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi mutakhir media korporasi kepada seluruh karyawan. Dengan menaruhnya di tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang pertemuan karyawan, dan setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di luar kota, bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang.

2. Bagaimana pencapaian target produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan?

Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki beberapa pencapaian target setiap bulannya. Khusus untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, tentunya ada beberapa pencapaian target yang diharapkan. Pertama, menjadi media informasi komunitas yang informatife. Maksudnya, Materi publikasi (apakah dalam format tulisan, foto) disebut berfungsi informatif apabila materi itu


(3)

menambah pengetahuan baru bagi pembaca. Pengetahuan baru tersebut dengan demikian mengurangi ketidaktahuan atau ketidakjelasan mengenai suatu masalah yang telah, sedang, atau akan terjadi. Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadikan media komunitas yang bersifat informatif yang dapat dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh masyarakat. Kedua, menjadi media korporasi yang edukatif. Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah. Cara baru yang dipaparkan bisa berupa konsep, bisa pula berupa petunjuk praktis. Cara baru yang diperkenalkan itu dengan demikian memperkaya khazanah keterampilan yang telah dimiliki pembaca dalam melakukan suatu kegiatan atau mengatasi suatu persoalan.

3. Harapan Anda untuk majalah Swaracinta Dompet Dhuafa kedepan? Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadikan media komunitas yang bersifat informatif dan edukatif yang dapat dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh masyarakat.

Kami ingin, majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini menghasilkan berita-berita yang bermanfaat dan membawa pesan edukatif juga bagi pembaca. Semisal, dalam rubrik Kabar Pemberdayaan


(4)

terdapat informasi mengenai simulasi tanggap bencana atau pemberdayaan masyarakat kurang mampu. Nah, dari berita tersebut para pembaca secara tidak langsung dapat menerima pembelajaran yang edukatif seperti mendapatkan cara dalam simulasi tanggap bencana dan juga solusi dan strategi dalam memberdayakan masyarakat dhuafa.

Ciputat, 23 Oktober 2013


(5)

Lampiran Foto

Penulis bersama Sugeng Sri Widodo (Redaktur Pelaksana) Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa

Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa (Sugeng Sri Widodo) saat pengeditan naskah berita Rubrik Kabar Pemberdayaan


(6)

Seluruh jajaran Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa saat menggelar rapat redaksi terkait berita pada Rubrik Kabar Pemberdayaan