Hubungan CEO LANDASAN TEORI

21 Pernyataan diatas bertolak belakang dengan pendapat Al-Shammari dan Mejbel 2014 yang berpendapat bahwa kehadiran anggota dewan perempuan tidak memberi dampak positif terhadap kinerja perusahaan di negara Kuwait. Akan tetapi aspek yang mempengaruhi kinerja adalah tata kelola, keterampilan dan keahlian dewan. Hasil penelitian Bader dan Majbel 2014 dipengaruhi oleh sedikitnya proporsi perempuan didalam komposisi dewan di perusahaan-perusahaan non-keuangan di negara Kuwait. Menurut Carter 2010 yang melakukan penelitian mengenai gender dan etnik pada dewan komisaris dan dewan direksi, bahwa tidak ada teori langsung yang membahas mengenai komposisi dewan dan kinerja keuangan. Menurut Carter 2010, terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas komposisi dewan dan kinerja keuangan tetapi Pendekatan Agency theory yang kemukakan oleh Carter 2010 dapat digunakan sebagai pendekatan untuk melihat hubungan gender seorang CEO dengan kinerja keuangan. Dasar dari agency theory atau teori keagenan melihat pada fungsi dewan untuk melakukan fungsi monitoring dan pengendalian manajer Jensen Meckling, 1976. Carter, Simkins, dan Simpson 2003 menunjukkan keberagaman pada dewan dapat menciptakan kegiatan monitoring yang lebih baik karena dapat meningkatkan kemandirian pada dewan. Perusahaan yang menggunakan saham dalam hal pembagian kepemilikan mengenal istilah principal dan agent . Principal diberikan kepada para pemegang saham dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 agent diberikan kepada dewan sebagai penggerak keinginan principal dalam mencapai tujuan principal . Menurut Eisenhardt 1989, teori keagenan berhubungan dengan beberapa masalah mengenai kepentingan agent dan principal . Masalah dalam agency teory timbul ketika dalam memenuhi keinginan dan tujuan pokok masing-masing terdapat konflik dan susahnya bagi principal untuk mengetahui atau melakukan verifikasi mengenai apa yang telah dilakukan oleh agent sudah dapat dikatakan tepat atau belum. Masalah lain di dalam agency theory adalah pembagian risiko yang timbul ketika principal dan agent memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Faccio, Marchica, dan Mura 2012 menyatakan dalam konteks lembaga, CEO bertindak untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri dari pada pihak pemegang saham. Hal ini bertolak berlakang dengan pihak principal yang mengharapkan keuntungan besar bagi diri mereka dari perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya yang dikelola oleh pihak agent. Tetapi, untuk mendapatkan keuntungan yang besar bagi principal , pihak agent dihadapkan pada resiko bagi diri mereka sendiri dan resiko bagi perusahaan yang besar pula. Jensen dan Meckling 1976 meyatakan bahwa agency problem dapat terjadi karena CEO sebagai pihak agent cenderung untuk “mengamankan” diri mereka dari risiko yang akan membuat mereka cemas. Sehingga, Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa sifat agent yang menghindar dari resiko tersebut menyebabkan nilai perusahaan yang jauh lebih rendah dari yang seharusnya. Pernyataan Jensen dan Meckling 1976 serta Eisenhardt 1989 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 menunjukkan bahwa permasalahan teori agensi berkaitan dengan kepentingan pribadi pihak terkait self interest antara principal dan agent dengan perilaku risk taking.

G. Hubungan CEO

Gender dan Efisiensi Investasi Efisiensi dapat dikatakan sebagai penggunaan sebuah metode secara tepat dalam melakukan suatu hal agar tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya. Verdi 2006 menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan efisiensi dalam investasi. Pertama, sebuah perusahaan perlu mengumpulkan modal untuk mendanai kesempatan investasi yang ada. Kedua, walaupun perusahaan mengambil keputusan untuk mengumpulkan modal, hal itu tidak menjamin bahwa perusahaan telah melakukan keputusan investasi yang benar dan efisien. Keputusan untuk melakukan sebuah Investasi yang diambil oleh dewan direksi sebagai pemimpin perusahaan merupakan keputusan penting dan harus dipertimbangkan karena setiap keputusan yang dihasilkan dapat menciptakan output yang berbeda berupa keuntungan yang tinggi atau keuntungan yang rendah bahkan kerugian. McNichols dan Stubben 2008 di dalam Lenard 2012 menyatakan keputusan investasi tergantung dari ekspektasi manajer akan manfaat yang diterima. Bahtelsmit dan Alexandra 1996, mengungkapkan perempuan lebih konservatisme dibandingkan dengan rekan-rekan laki-lakinya dalam berinvestasi portofolio aset yang dimiliki. Hal ini menurut Bahtelsmit dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 Alexandra 1996 dipicu oleh sikap mereka mengenai pengambilan risiko. Agency theory dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menjelaskan hubungan CEO gender dengan efisiensi investasi karena menjelaskan mengenai unsur kepentingan dan pemilihan besarnya sebuah resiko oleh pihak tertentu bagi keuntungan pihak lain. Menurut Eisenhardt 1989, agency theory menggunakan tiga asumsi dasar sifat manusia sebagai pendekatannya, yakni self interest manusia pada umumnya lebih mementingkan dirinya sendiri daripada orang lain, bounded rationality keterbatasan daya pikir manusia untuk mengetahui kejadian masa mendatang, dan risk aversion manusia memiliki kecenderungan menghindari risiko. Hasil dari penelitian Faccio, Marchica, dan Mura 2012, menemukan bahwa CEO perempuan sebagai pihak agent cenderung mengorbankan kepentingan pemegang saham yang merupakan pihak principal karena tidak berani dalam mengambil sebuah resiko. Menurut Faccio, Marchica, dan Mura 2013, perempuan cenderung melewatkan kesempatan yang menguntungkan dalam melakukan sebuah investasi sehingga membuat perusahaan tidak dapat memaksimalkan laba yang ada karena tidak mengambil kesempatan tersebut. Perbedaan gender dalam pengambilan risiko mengenai investasi dapat dikaitkan dengan bagaimana preferensi yang dimiliki oleh individual itu sendiri. Preferensi adalah sebuah pilihan atau kecenderungan memilih antara alternatif-alternatif yang ada. Penentuan alternatif yang dipilih akan menciptakan perbedaan hasil sesuai dengan modal yang berani dikeluarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 oleh perusahaan dalam berinvestasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi investasi terbentuk ketika modal yang dikeluarkan sesuai dengan pengembalian output yang didapatkan.

H. Penelitian Terdahulu

Garba dan Bilkisu 2014 melakukan penelitian mengenai hubungan antara keberagaman dewan komisaris dan direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan asuransi di Nigeria salah satu keberagaman yang diteliti yakni mengenai gender . Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keberagaman jenis kelamin di dewan secara signifikan akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dutta dan Sudipta 2007 melakukan penelitian mengenai hubungan perbedaan gender didalam ruang rapat dan kinerja keuangan pada bank komersial di Bangladesh pada periode 2002-2005. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan antara keberagaman gender di ruang rapat dan kinerja keuangan bank komersial di Bangladesh. Dwiharti 2015 melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh gender CEO terhadap kinerja keungan dan tingkat risiko perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Hasil dari penelitian menunjukkan perempuan sebagai CEO berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.