Efisiensi Investasi LANDASAN TEORI

17 dalam memenuhi seluruh kewajibannya Hery 2015: 167. Menurut Ramadhani 2015, leverage digunakan untuk mengukur perbedaan tingkat risiko yang diambil oleh pembuat keputusan dalam melakukan investasi pada efisiensi investasi. Beberapa rumus dalam rasio leverage sebagai berikut: 1. Total Utang terhadap Ekuitas Total Debt to Equity Total utang terhadap ekuitas ini memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko hutang tidak tertagih Prastowo, 2002: 84 Total Utang Total Modal 2. Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas Long Term Debt to Equity Rumus Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas menurut Subramanyam 2014: 44 Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas Pemegang Saham 3. Kelipatan Bunga yang Dihasilkan Times Interest Earned Kelipatan bunga yang dihasilkan times interest earned mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi kepada kreditor jangka panjang dalam membayar bunga Prastowo, 2002: 85. Laba Sebelum Pajak dan eban unga eban unga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 4. Rasio Utang terhadap Total aset Debt to asset Ratio Total Utang Total set Menurut Hery 2015: 195, Debt to asset ratio adalah sebuah rasio yang mengukur jumlah aset yang dibayar oleh utang atau dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. Menurut Ornianti 2009 rasio utang terhadap total aktiva debt to asset ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang ditambah beban bunga pinjaman dibagi dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Hery 2015: 195, apabila besaran ratio utang terhadap aset adalah tinggi maka hal ini tentu saja akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditor karena khawatir tidak dapat melunasi utang dengan aset yang dimiliki. Debt to asset ratio yang besar menunjukkan bahwa sebagian besar aset yang dimiliki perusahaan dibiayai utang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai debt to asset ratio maka akan semakin baik bagi perusahaan. Menurut Ramadhani 2015 penggunaan debt to asset ratio pada perhitungan efisiensi investasi digunakan untuk mengukur perbedaan tingkat risiko yang diambil oleh pembuat keputusan baik laki-laki atau perempuan dalam melakukan investasi. Debt to asset ratio yang menguntungkan favorable terjadi apabila pendapatan yang diterima dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap yang dikeluarkan untuk penggunaan dana tersebut. Penelitian ini menggunakan rumus debt to asset ratio sederhana, yakni total utang dibagi total aset.

F. Hubungan CEO

Gender dan Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu cara atau analisis untuk menilai pergerakan perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Fahmi 2011: 2 mendefinisikan kinerja keuangan sebagai suatu analisis yang digunakan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah mencapai tujuannya, dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Aturan yang dimaksud oleh Fahmi 2011 Seperti dalam pembuatan laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam IFRS International Financial Reporting Standards atau GAAP General Acepted Accounting Principle ataupun Menurut Puspa 2016, manajemen terutama manajemen puncak memiliki andil yang besar atas perusahaan karena mereka yang melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Sucipto 2003 mengatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Seorang CEO sebagai kepala atau pemimpin didalam dewan direksi mempunyai tugas untuk memastikan kinerja perusahaan termasuk kinerja keuangan perusahaan berjalan dengan 20 baik dan benar. Karakter dari gender seorang CEO laki-laki dan perempuan yang berbeda menyebabkan respon keduanya dalam hal peraturan ataupun kebijakan-kebijakan yang diambil dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan berbeda pula. Perbedaan respon tersebut dapat terjadi karena terdapat perbedaan pola pikir dalam toleransi besarnya risiko yang akan didapatkan dari setiap keputusan yang diambil. Menurut Dwiharti 2015, perilaku risk taking atau pengambilan risiko tidak hanya dapat dilakukan oleh pemegang saham tetapi juga oleh manajer. Manajer memiliki kecenderungan melakukan risk averse atau menghindari risiko karena mereka ingin menjaga posisi mereka di perusahaan. Sehingga manajer cenderung membuat keputusan dengan risiko yang lebih rendah agar potensi kerugian yang diterima perusahaan juga semakin rendah. Perempuan cenderung melakukan risk aversion atau menghindari risiko cukup tinggi dibandingkan dengan laki-laki Ramadhani, 2015. Perilaku risk aversion dapat timbul karena gender perempuan yang menurut Handayani dan Sugiati 2001 memiliki karakter lembut dan cenderung tidak tegas dibandingkan dengan laki-laki yang lebih kuat dan rasional. Nielsen dan Huse 2010 menunjukkan keberadaan perempuan didalam posisi manajemen dapat memberikan dampak positif terhadap kendali dan kinerja di dalam perusahaan bila perempuan tersebut memiliki karakter dan kualitas yang dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi aktivitas perusahaan dan pengendalian operasional. 21 Pernyataan diatas bertolak belakang dengan pendapat Al-Shammari dan Mejbel 2014 yang berpendapat bahwa kehadiran anggota dewan perempuan tidak memberi dampak positif terhadap kinerja perusahaan di negara Kuwait. Akan tetapi aspek yang mempengaruhi kinerja adalah tata kelola, keterampilan dan keahlian dewan. Hasil penelitian Bader dan Majbel 2014 dipengaruhi oleh sedikitnya proporsi perempuan didalam komposisi dewan di perusahaan-perusahaan non-keuangan di negara Kuwait. Menurut Carter 2010 yang melakukan penelitian mengenai gender dan etnik pada dewan komisaris dan dewan direksi, bahwa tidak ada teori langsung yang membahas mengenai komposisi dewan dan kinerja keuangan. Menurut Carter 2010, terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas komposisi dewan dan kinerja keuangan tetapi Pendekatan Agency theory yang kemukakan oleh Carter 2010 dapat digunakan sebagai pendekatan untuk melihat hubungan gender seorang CEO dengan kinerja keuangan. Dasar dari agency theory atau teori keagenan melihat pada fungsi dewan untuk melakukan fungsi monitoring dan pengendalian manajer Jensen Meckling, 1976. Carter, Simkins, dan Simpson 2003 menunjukkan keberagaman pada dewan dapat menciptakan kegiatan monitoring yang lebih baik karena dapat meningkatkan kemandirian pada dewan. Perusahaan yang menggunakan saham dalam hal pembagian kepemilikan mengenal istilah principal dan agent . Principal diberikan kepada para pemegang saham dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI