demikian, maka fault tree dimaksud sekaligus memperlihatkan pola analisis sebab- akibat ketunamutuan seperti yang dijumpai pada diagram tulang ikan fishbone
diagram. Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari ketunamutuan produk, maka _fault tree disebut juga sebagai Failure Mode and Effects
Analysis FMEA. Berhubung karena menyajikan pula dampak dari cacat yang terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk mengatasi
cacat yang besangkutan, maka Fault Tree Analysis dapat pula dipakai sebagai alat kendali proses untuk menghindari ketunamutuan produk product failure.
Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai sebagai alat pengendalian proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang
diharapkan oleh konsumen pada umumnya. Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua
hal, yaitu: 1.
Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen. 2.
Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan. Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk yang akan
dievaluasi dan dikendalikan.
2.7.1 Prinsip Fault Tree
Prinsip fault tree menurut Alain Villemeur, 1992 :149-196 dapat menuntun dalam melakukan analisa, yaitu:
a. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kombinasi mengarahkan pada
kejadian yang tidak diinginkan. b.
Menghadirkan grafik kombinasi seperti terstruktur. Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon
kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis. Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi
penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal di aplikasi deduktif berdasarkan urutan yang telah digambarkan. Kemudian dalam pelaksanaan dengan
objek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh sebuah pohon. Pohon kesalahan berisi urutan tingkatan tingkat kejadian yang dihubungkan
dalam beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian pada tingkat bawah baru ditentukan macam operator logika hate atau gerbang,
kejadian-kejadian itu adalah kecacatan umum dihubungkan untuk menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan
lain-lain seperti kejadian yang tidak diinginkan. Proses deduktif dilanjutkan sampai peristiwa dasar diidentifikasi. Peristiwa
itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya diketahui. Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model dari
semua kesalahan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataannya itu adalah suatu model logika interaksi antara peristiwa-peristiwa penuntun pada kejadian yang
tidak diinginkan.
2.7.2 Konstruksi Fault Tree
Analisa Fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari sistem. Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya
digambar untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan tiap komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun kemudian untuk
memfokuskan perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting. Kesalahan yang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis,
yang menimbulkan penyimpangan analisa. Informasi harus cukup tersedia untuk tiap komponen sistem yang mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu
dari kerusakan komponen. Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau dari spesifikasi teknik komponen.
Pada beberapa batasan sistem menjadi sangat berarti, dimana kondisi batas dari sistem harus ditentukan. Kondisi-kondisi batasan sistem
mendefinisikan situasi yang digambarkan oleh Fault tree. Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang
didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada, banyak kemungkinan bagi kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang
sulit. Pada umumnya, kejadian puncak harus dipilih sebagai suatu kejadian 1 yang terjadinya harus mempunyai sebuah definisi tertentu dan kemungkinan dari
keterjadiannya harus dapat dikuantitaskan dan 2 yang dapat lebih jauh dipilih untuk menemukan penyebabnya.
2.7.3 Konsep Dasar