Salah satu bukti bahwa mahasiswa termotivasi menggunakan media pendidikan perpustakaan, dapat dilihat dari grafik pengunjung
perpustakaan pusat per –jurusan berikut :
Sumber: Perpustakaan Pusat UPN Veteran” Jawa Timur
5.2. Di Pandang Dari Segi Dosen Akuntansi
Sub bab ini menguraikan tentang pendapat para infoman yaitu tenaga pengajar akuntansi, atau yang biasa disebut dengan dosen akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Proses mengajar merupakan bagian dari proses belajar mengajar.
Proses belajar sama halnya dengan proses belajar yang juga mempunyai
berbagai kendala di dalamnya. Hal ini juga dinyatakan oleh para informan dosen kita, yang juga menyatakan kendalanya dalam melangsungkan
proses belajar mengajar. Berikut hasil wawancara peniliti dengan dosen, seperti yang tertera pada tabel 5.2 :
Tabel 5.2. Refleksi Pendapat Informan Dosen Topik 60 40 Refleksi
Kendala yang dialami dalam
proses belajar mengajar
Mahasiswa kurang aktif
Fasilitas kelas kurang terawat,
dan kurang cepat penanganannya
bila rusak. Setiap dosen
mempunyai kendala sendiri
dalam proses mengajarnya
Sumber : hasil wawancara informan dosen
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat berbagai kendala yang dialami dosen dalam proses belajar mengajar yang mereka jalani.
Secara Global para dosen berpendapat bahwa proses belajar mengajar yang sudah berlangsung selama ini di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur, telah sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan justru mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam
proses mengajarnya. Media pendidikan seperti proyektor yang tersedia di masing – masing kelas, sangat membantu dalam proses belajar mengajar.
Memudahkan dosen dalam proses penyampaian materi dan memudahkan mahasiswa dalam proses pemahaman suatu materi. Berikut cuplikan hasil
wawancara yang menyatakan, proses belajar mengajar di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” jawa Timur mengalami banyak kemajuan : “....menurut saya sudah ada perkembangan yang bagus yu..
kalo dulu dosen masih menggunakan ohp atau slide yang plastik, tapi sekarang saya sudah melihat semua dosen hampir 100, semuanya
menggunakan laptop, artinya para dosen udah mengikuti perkembangan teknologi”. Namun sayangnya apabila media pendidikan ini mengalami
kerusakan, pihak universitas tidak langsung menanggapinya. Service terhadap media pendidikan yang lambat seperti ini juga akan mengganggu
bahkan bisa menghambat jalannya proses belajar mengajar. Hal ini perlu ditindak lanjuti dengan serius, agar ketika salah satu dari media pendidikan
ada yang rusak, bisa segera diperbaiki, dan proses belajar mengajarpun bisa berjalan secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat 40 informan,
yang ada di tabel 5.2. Berikut cuplikan pendapat dari salah satu informan : “...Cuma ya kita dalam mengajar khan sudah tidak menggunakan ohp,
kita menggunakan komputer semuanya, cuma kalo ada kerusakan sayangnya pihak universitas tidak langsung menanggapi, masih ada
banyak proses dulu yang harus di tempuh. Baru ditangani..”. Namun tak jarang pula dari dosen yang menyatakan bahwa selama dalam proses
belajar mengajar, mahasiswa kurang aktif dan kurang antusias dalam menjalani proses tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh 60 informan,
yang terdapat di tabel 5.2.:”... disini saya liat justru kendalanya dari mahasiswanya ya...kalo saya liat itu ya,kalo dosen mengajar itu,
mahasiswa justru ga brani bertanya atu diskusi gitu ya.. artinya,kita mengajar itu hanya one way traffic,satu arah aja, ga bisa ada tanggapan
gitu. Itupun kalo kita kasih semacam... eee... opo yo... endak.... semacam kesempatan untuk bertanya atau diskusi kelompok, mahasiswanya pasif”.
Pendapat ini juga di dukung oleh beberapa pendapat lain tentang pasifnya mahasiswanya ketika berdiskusi. Berikuthasil wawancaranya : “..... kalo
dari mahasiswa ya kurang aktif gitu ya, kalo diskusi 5 orang gitu ya... yang 3 akti yang 2.. ya gitu lah.. jadi membuat kelompok itu jadi tidak
maksimal”. Bahkan setelah melakukan proses belajar mengajar, dosen biasanya memberikan tugas kepada mahasiswa guna mengevaluasi sejauh
mana mahasiswa tersebut faham akan materi yang sudah disampaikan dosen, namun sayangnya mahasiswa segan untuk mengerjakan tugasnya
sendiri tanpa melihat hasil orang lain. Kebanyakan dari mahasiswa selalu menyalin tugas temannya di kampus. Hal ini sesuai dengan pendapat
informan berikut : “.......katakan satu kelas ini yang nilainya bagus, itu paling tidak dari 30 orang itu hanya 5 orang yu..artinya apa? Mereka ini
masih malas disuruh belajar, contohnya kalo dikasih tugas.. mereka pasti conto contoan, dari 5 itu jadi 1 kelas, nach artinya mereka itu males tho
disuruh belajar”. Disini terlihat bahwa mahasiswa malas dan enggan berfikir panjang.. mereka hanya mau yang instan. Selain itu hal ini juga
bisa disebabkan kurangnya motivasi dari dalam diri mahasiswa. Motivasi ini bisa berasal dari berbagai sumber. Tetapi dalam proses belajar
mengajar di kampus motivasi ini bisa ditimbulkan oleh dosen ketika mengajar. Misalnya memberikan nilai plus jika mengumpulkan tugas lebih
awal, mungkin bisa juga dengan memberikan nilai plus jika hadir dalam perkuliahan. Seperti halnya beberapa dosen yang telah melakukan hal
tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut cuplikan hasil wawancara peneliti denagn informan dosen yang telah melakukan motivasi dalam proses
belajar mengajarnya : “........ kalo dari mahsiswa tidak ada masalah, karena saya selalu terapkan kalo anda hadir ada point tersendiri buat
kehadiran anda, jadi ya alhamdulillah walau habis libur panjang anak anak yang masuk itu lalu 50 ke atas gitu.”.
Namun apabila kita menganalisa lebih jauh mengenai hasil
wawancara yang sudah dijabarkan di atas, sesungguhnya dosen yang menyatakan mahasiswa pasif atau tidak aktif dalam proses belajar
mengajar adalah dosen dosen yang mengajar mata kuliah inti akuntansi. Yaitu mata kuliah yang memang menjadi materi pokok akuntansi.
Sedangkan yang tidak ada kendala dengan mahasiswa rata rata adalah dosen yang mengajar mata kuliah bukan inti dari akuntansi, atau lebih
tepatnya mata kuliah yang lebih cenderung ke manajemen. Mata kuliah inti akuntansi seperti : nilai pengantar akuntansi, nilai akuntansi keuangan
menengah, nilai akuntansi keuangan lanjutan, nilai auditing, nilai teori akuntansi, nilai sistem akuntansi serta nilai perpajakan, tentunya
mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan materi kuliah
yang lain. Oleh sebab itu, mahasiswa cenderung lebih tegang, takut dan grogi jika menjalankan mata kuliah – mata kuliah tersebut, akhirnya
terkesan pasif, atau memang bisa juga mahasiswanya yang malas.
5.3 Keterbatasan Penelitian