akan menjual pada harga premi relatif terhadap saham yang mensyaratkan pemajakan saat ini dividen tinggi-perolehan modal rendah. Dengan cara ini,
kedua saham bisa memberikan pengembalian setelah pajak yang dapat dibandingkan. Ini menyatakan bahwa kebijakan membayar dividen rendah
akan mengakibatkan harga saham yang lebih tinggi. Artinya, dividen tinggi merugikan investor sementara dividen rendah dan retensi toleransi tinggi
membantu investor. Inilah logika yang mendasari kebijakan dividen rendah.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli yang terjadi di lantai bursa yang akan bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham di bursa. Akan Tetapi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor mikro perusahaan dan
faktor makro ekonomi. Faktor mikro internal perusahaan yang mempengaruhi harga saham antara lain : tingkat keuntungan yang diperoleh, tingkat resiko,
kinerja perusahaan dan corporate action yang dilakukan perusahaan tersebut. Sedangkan factor makro eksternal perusahaan adalah tingkat perkembangan
inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah, keadaan perekonomian, dan kondisi sosial politik negara yang bersangkutan.
Di dalam lingkup faktor internal perusahaan sering kali terjadi reaksi harga saham disekitar pengumuman laba tahunan perusahaan yang diukur berdasarkan
earning per share EPS. Hal ini dikarenakan semakin tinggi nilai EPS maka semakin tinggi laba bersih yang dihasilkan. Maka dapat diasumsikan semakin
baik pula kinerja perusahaan. Selain laba, nilai yang tercantum dalam laporan keuangan yang
dimungkinkan berpengaruh terhadap harga saham adalah dividen. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dividen adalah salah satu manfaat dari
kepemilikan suatu saham. Nilai dividen yang diukur berdasar DPS juga berguna bagi investor untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
DPS yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan.
Dari uraian tersebut dapat disusun karangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Earning Per Share X
1
Dividend Per Share X
2
Harga Saham Y
1. Diduga Earning per share EPS dan Dividend Per Share DPS berpengaruh
secara simultan terhadap harga saham pada kelompok perusahaan makanan
dan minuman yang listing di BEI pada tahun 2005-2009
2. Diduga Earning Per Share EPS dan Dividend Per Share DPS berpengaruh
secara parsial terhadap harga saham pada kelompok perusahaan makanan dan
minuman yang listing di BEI pada tahun 2005-2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arti dan makna variable yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini adalah definisi operasional dan
pengukuran variabel dari masing-masing variable : A.
Variabel Bebas Terdiri dari : a.
Earning Per Share X
1
Earning Per Share adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Skala pengukurannya adalah
rasio dengan satuan rupiah. Earning Per Share dapat diformulasikan sebagai berikut :
Laba bersih
Earning Per Share = Jumlah lembar saham yang beredar
b. Dividend per share X
2
Dividen per share dihitung dengan membagi deviden yang diselaraskan dengan rata-rata tertimbang dari jumlah saham, termasuk sahamprioritas dan
saham biasa, yang ditempatkan dan disetor selama periode yang bersangkutan. Skala pengukurannya adalah :