Uji Autokorelasi Uji Multikolineritas

3.4.3.1. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya. Pada penelitian yang menggunakan data urut waktu, kemungkinan terjadinya autokorelasi relatif besar. Untuk menguji apakah terjadi auto korelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson. Yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson dengan dL dan dU. Deteksi adanya Autokorelasi adalah : a. Apabila 4-dW dU Ho diterima : jadi P = 0, berarti tidak ada autokorelasi pada model b. Apabila 4-dW dL Ho ditolak : jadi P = 0, berarti terdapat autokorelasi pada model c. Apabila dL 4-dW dU Uji ini hasilnya tidak konklusif, sehingga tidak dapat ditentukan apakah ada autokorelasi atau tidak dalam model tersebut.

3.4.3.2 Uji Multikolineritas

Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikolinieritas di antara variabel-variabel bebas yang berada dalam satu model, artinya antara variable independen yang terdapat dalam model tidak memiliki hubungan yang sempurna koefesien tinggi atau bahkan satu. Apabila hal ini terjadi berarti antara variable bebas itu sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variable bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas dilakukan dengan mengorelasikan antar variable bebas dan apabila korelasinya tinggi yaitu lebih besar dari 0,8 maka antar variable bebas tersebut terjadi multikolinieritas. Untuk mendeteksi problem Multikolineritas dapat dilihat ciri-ciri sebagai berikut : a. Koefisien determinasi berganda R square tinggi. b. Koefisien korelasi sederhana tinggi. c. Nilai F hitung tinggi signifikan d. Tak satupun atau sedikit sekali variable bebas yang signifikan. Cara yang digunakan untuk mendeteksi problem multikolenieritas dilakukan dengan melihat besaran VIF variance inflation factor. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah : a. Mempunyai nilai VIF ≤ 10 1 VIF = 1-R² b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1

3.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Investasi, Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013

15 277 82

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012

1 43 69

Analisis Relevansi Dividend Yield dan Earning Per Share Terhadap Penilaian Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

2 67 127

Analisis Pengaruh Rasio leverage, Profitabilitas, Earning per share dan Ukuran perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

5 68 100

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 63 94

Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

12 156 59

Analisis Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di BEI

7 54 86

Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen dan Earnings Per Share terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 33 92

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

PENGARUH VARIABEL EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEN PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM. (Studi pada perusahaan makanan dan minuman yang listing di BEI)

0 0 27