Kontrol dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB Kelompok perlakuan dekok herba Bidens pilosa L. dosis 0,5;1;2 gkgBB

Gambar 10. Diagram batang purata aktivitas serum ALT setelah pemberian olive oil dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 0 dan 24 jam Gambar 11. Diagram batang purata aktivitas serum AST setelah pemberian olive oil dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 0 dan 24 jam

3. Kontrol dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB

Kontrol dekok herba Bidens pilosa L. dilakukan untuk melihat pengaruh dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas serum ALT dan AST tanpa pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada jam ke-24. Dosis yang digunakan, yaitu 2 gkgBB secara p.o yang merupakan peringkat dosis tertinggi dalam perlakuan. Dosis ini dipilih karena dianggap mewakili peringkat dosis I dan II, sehingga jika pada dosis tertinggi tidak terjadi kenaikan aktivitas ALT dan AST serum pada jam ke-24 maka pada dosis I dan II juga tidak memberikan pengaruh terhadap kenaikan serum ALT dan AST. Pada kelompok ini diperoleh data aktivitas serum ALT dan AST masing-masing sebesar 55,4 ± 2,3 UL dan 98,2 ± 4,2 UL tabel VIII. Data aktivitas serum ALT kontrol dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB dibandingkan dengan kontrol negatif olive oil 2 mlkgBB memiliki perbedaan yang tidak bermakna tabel IX. Begitu pula dengan aktivitas serum AST kontrol dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB dengan kontrol negatif olive oil 2 mlkgBB tabel X. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT dan AST pada kedua kelompok tersebut berada dalam range normal. Dengan demikian, pemberian dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB tidak berpengaruh terhadap kenaikan serum ALT dan AST.

4. Kelompok perlakuan dekok herba Bidens pilosa L. dosis 0,5;1;2 gkgBB

pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida Pada penelitian ini dilihat efek hepatoprotektif dari dekok herba Bidens pilosa L. dengan tiga peringkat dosis, yaitu peringkat dosis terkecil sebesar 0,5 gkgBB, dosis tengah sebesar 1 gkgBB, dan dosis tertinggi sebesar 2 gkgBB. Efek hepatoprotektif ditunjukkan dengan penurunan aktivitas serum ALT dan AST. Pada kelompok perlakuan dekok herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 gkgBB, aktivitas serum ALT dan AST berturut-turut sebesar 90,6 ± 3,2 UL dan 164,8 ± 5,0 UL tabel VIII. Hasil uji Scheffe tabel IX dan X menunjukkan aktivitas serum ALT dan AST memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol karbon tetraklorida 2 mLkgBB dan kontrol olive oil 2 mLkgBB. Analisis statistik menunjukkan bahwa dekok herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 gkgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas serum ALT dan AST, namun belum bisa kembali seperti keadaan normal akibat kerusakan yang ditimbulkan dari induksi karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Pada kelompok perlakuan dekok herba Bidens pilosa L. dosis 1 gkgBB, aktivitas serum ALT dan AST berturut-turut sebesar 73,8 ± 2,5 UL dan 132,6 ± 4,2 UL tabel VIII. Hasil uji Scheffe tabel IX dan X menunjukkan aktivitas serum ALT dan AST memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol karbon tetraklorida 2 mLkgBB dan kontrol olive oil 2 mLkgBB. Analisis statistik menunjukkan bahwa dekok herba Bidens pilosa L. dosis 1 gkgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas serum ALT dan AST, namun belum bisa kembali seperti keadaan normal akibat kerusakan yang ditimbulkan dari induksi karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Pada kelompok perlakuan dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB, aktivitas serum ALT dan AST berturut-turut sebesar 122,8 ± 3,6 UL dan 213,0 ± 5,5 UL tabel VIII. Data hasil uji Scheffe tabel IX dan X menunjukkan aktivitas serum ALT dan AST memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol karbon tetraklorida 2 mLkgBB dan kontrol olive oil 2 mLkgBB. Analisis statistik menunjukkan bahwa dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2 gkgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas serum ALT dan AST, namun belum bisa kembali seperti keadaan normal akibat kerusakan yang ditimbulkan dari induksi karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Hasil uji Scheffe tabel IX dan X, aktivitas ALT dan AST pada ketiga peringkat dosis dekok herba Bidens pilosa L. memiliki perbedaan yang bermakna. Hal ini berarti, dekok herba Bidens pilosa L. dosis 0,5;1;2 gkgBB memiliki perbedaan yang signifikan dalam memberikan efek hepatoprotektif. Nilai efek hepatoprotektif dilihat dari nilai aktivitas serum ALT, karena enzim ALT lebih spesifik hati dibandingkan serum AST. Hasil perhitungan efek hepatoprotektif ketiga peringkat dosis dari dosis terendah ke dosis tertinggi, yaitu 71,5; 85,8; dan 44,0 tabel VIII. Dari hasil analisis statistik dan perhitungan efek hepatoprotektif dapat disimpulkan dosis efektif dekok herba Bidens pilosa L., yaitu, 1 gkgBB dengan efek hepatoprotektif sebesar 85,8. Berdasarkan hasil di atas, maka tidak dapat ditentukan nilai dosis efektif 50 ED 50. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis di bawah 0,5 gkgBB Pada penelitian ini didapatkan dosis efektif sebesar 1 gkgBB, jika dikonversi ke manusia dengan berat badan 70 kg adalah sebesar 11,2 g. Dari hasil penelitian, dekok herba Bidens pilosa L. memiliki potensi untuk digunakan sebagai hepatoprotektor jangka panjang di masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas dekok herba Bidens pilosa L. untuk mengetahui efek toksik dekok herba Bidens pilosa L. dalam penggunaan jangka panjang. Karbon tetraklorida dapat menyebabkan kerusakan hati berupa perlemakan hati steatosis. Ketoksikan karbon tetraklorida disebabkan oleh radikal triklorometil •CCl 3 , yang merupakan metabolit reaktif hasil bioaktivasi enzim CYP2E1 sebagai agen pereduksi dan pengkatalis adisi elektron yang mengakibatkan hilangnya satu ion klorin. Triklorometil dengan adanya molekul oksigen akan berubah menjadi metabolit yang lebih reaktif, yaitu radikal bebas triklorometil peroksi •OOCCl 3 . Radikal triklorometil dapat berikatan secara kovalen dengan lipid dan protein yang dapat menyebabkan kerusakan pada retikulum endoplasma dan badan golgi Timbrell, 2000. Retikulum endoplasma dan badan golgi bertanggungjawab terhadap pembentukan lipoprotein yang berfungsi untuk transport lipid. Kerusakan pada retikulum endoplasma dan badan golgi dapat menyebabkan penghambatan sekresi lipoprotein sehingga terjadi perlemakan hati steatosis. Triklorometil juga dapat bereaksi dengan lemak tak jenuh melalui reaksi radikal bebas yang menyebabkan peroksidasi lipid. Hal ini yang menyebabkan perubahan permeabilitas pada membran sel, sehingga terjadi kenaikan aktivitas serum ALT dan AST di darah. Ketiga dosis herba Bidens pilosa L. tidak menunjukkan adanya korelasi antara dosis dan efek hepatoprotektif yang berbanding lurus. Pada dosis tertinggi, yaitu 2 gkgBB terjadi penurunan efek hepatoprotektif. Hal ini disebabkan karena flavonoid pada dosis yang lebih tinggi dapat memicu aktivitas pro-oxidant Rietjens, Boersma, Haan, Spenkelink, Awad and Cnubben, 2002. Senyawa pro- oxidant terbentuk karena adanya senyawa flavonoid yang teroksidasi setelah menangkap radikal bebas Anzenbacher and Zanger, 2012. Senyawa flavonoid yang bersifat pro-oxidant inilah yang menyebabkan penurunan efek hepatoprotektif, karena senyawa ini memicu terjadinya reaksi oksidasi yang menyebabkan kerusakan sel. Pada dekok herba Bidens pilosa L. yang diduga berperan dalam memberikan efek hepatoprotektif adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid dapat meningkatkan kadar glutathione GSH, yang merupakan antioksidan alami di dalam tubuh Myhrstad, Carlsen, Nordstrom, Blomhoff and Moskaug, 2002. Selain itu, senyawa flavonoid juga dapat menurunkan aktivitas enzim sitokrom P- 450 Kusirisin, Jaikang, Chaiyasut and Narongchai, 2009. Kedua mekanisme tersebut, yang diduga berperan dalam efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas metabolit triklorometil dalam menyebabkan steatosis. Oleh karena itu, pemberian dekok herba Bidens pilosa L. dalam jangka panjang dapat menurunkan aktivitas serum ALT dan AST setelah pemberian karbon tetraklorida 2 mLkgBB secara intraperitoneal.

D. Rangkuman Pembahasan

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tertraklorida.

1 1 112

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekok biji Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 127

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 4 113

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% Herba Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 110

Pengaruh waktu pemberian infusa herba Bidens pilosa L. jangka pendek sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

3 13 115

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt dan ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 117

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 115