di atas heater pada suhu 90°C selama 30 menit, dihitung ketika suhu campuran mencapai 90°C. Dekok lalu disaring menggunakan kain flanel,
tambahkan aquadest panas melalui ampas rebusan hingga volume 100,0 mL pada labu takar.
6. Pembuatan hepatotoksin karbon tetraklorida 50
Hepatotoksin karbon tetraklorida 50 dibuat dengan cara mencampur larutan karbon tetraklorida dan olive oil dengan perbandingan volume 1:1.
7. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida Berdasarkan penelitian Al-Olayan, et al., 2014 ditetapkan dosis
hepatotoksin karbon tetraklorida sebesar 2 mLkgBB yang diberikan secara intraperitoneal. Pemilihan dosis hepatotoksik ini karena pada dosis tersebut
telah menyebabkan kerusakan sel-sel hati pada tikus galur Wistar yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST, namun
belum menyebabkan kematian. Hal ini juga didukung oleh penelitian Wijayanti 2013 yang melaporkan induksi karbon tetraklorida 2 mLkgBB
mampu meningkatkan ALT dan AST tiga kali dari aktivitas serum awal. b. Penetapan dosis dekok herba Bidens pilosa L.
Penetapan dosis dekok herba Bidens pilosa L. dihitung berdasarkan berat badan tertinggi hewan uji tikus, ½ volume maksimal secara per oral pada
tikus, dan konsentrasi maksimal dekok herba Bidens pilosa L. yang dapat dibuat. Penetapan dosis tertinggi dekok adalah sebagai berikut:
D x BB = C x V D x BB tertinggi tikus kgBB = C dekok gmL x ½ Vmaks
D x 200 gkgBB = 0,16 gmL x 2,5 mL D = 2 gkgBB
Dosis tertinggi 2 gkgBB digunakan sebagai dosis III. Peringkat dosis lainnya dihitung dengan menggunakan faktor kelipatan 2, sehingga
didapatkan dosis I sebesar 0,5 gkgBB dan dosis II sebesar 1 gkgBB. c. Penetapan waktu pencuplikan darah
Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi pada jam ke - 0, 24, dan 48, dibuat kelompok orientasi masing-masing 5 ekor tikus.
Setiap ekor tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata menggunakan pipa kapiler pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemejanan hepatotoksin
karbon tetraklorida. Kemudian diukur aktivitas serum ALT dan AST.
8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Sejumlah 30 ekor tikus dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan, masing-masing sejumlah lima ekor tikus. Pengelompokkan dan
perlakuan hewan uji, yaitu sebagai berikut : a. Kelompok I kontrol hepatotoksin diberi hepatotoksin karbon tetraklorida
dengan dosis 2 mLkgBB secara intraperitoneal. Setelah 24 jam darah hewan uji diambil melalui sinus orbitalis mata, lalu diukur aktivitas serum
ALT dan AST.
b. Kelompok II kontrol negatif diberi olive oil dengan dosis 2 mLkgBB secara intraperitoneal. Setelah 24 jam darah hewan uji diambil melalui
sinus orbitalis mata, lalu diukur aktivitas serum ALT dan AST. c. Kelompok III kontrol dekok diberi dekok herba Bidens pilosa L. dosis
tertinggi, yaitu 2 gkg BB selama enam hari berturut-turut secara p.o. Setelah 24 jam darah hewan uji diambil melalui sinus orbitalis mata, lalu
diukur aktivitas serum ALT dan AST. d. Kelompok IV dosis I diberi dekok herba Bidens pilosa L. dosis 0,5
gkgBB selama enam hari berturut-turut secara p.o. e. Kelompok V dosis II diberi dekok herba Bidens pilosa L. dosis 1 gkgBB
selama enam hari berturut-turut secara p.o. f. Kelompok VI dosis III diberi dekok herba Bidens pilosa L. dosis 2
gkgBB selama enam hari berturut-turut secara p.o. Pada hari ke tujuh kelompok IV, V, dan VI diberi hepatotoksin karbon
tetraklorida 2 mLkgBB secara intraperitoneal dengan waktu yang sama dengan pemberian dekok. Setelah 24 jam darah hewan uji diambil melalui
sinus orbitalis mata, lalu diukur aktivitas serum ALT dan AST.
9. Pembuatan serum