Subjek 2 DN Hasil Analisis Data Penelitian
330-337 Permintaan maaf dari istri subjek.
540-547 Janji yang dibuat oleh subjek dan istrinya untuk saling
memperbaiki sikap.
10. Penilaian subjek terhadap istri setelah memutuskan tetap
mempertahankan perkawinan AK1.2. No Baris
Kata Kunci 529-532
Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang butuh didengarkan dan diperhatikan.
547-549 Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang memerlukan
suami yang bisa melindungi dan menjaga kehormatannya.
11. Perasaan subjek setelah membuat keputusan untuk tetap
mempertahankan perkawinan AK1.3. No Baris
Kata Kunci 361-363
Subjek merasa lebih ringan dalam menghadapi permasalahan.
12. Kesulitan yang dialami subjek ketika memutuskan untuk tetap
mempertahankan perkawinan AK1.4. No Baris
Kata Kunci 350-353
370-373 514-516
Subjek sulit untuk membangun kepercayaan lagi terhadap istrinya.
354-355 Subjek masih terbayang-bayang istrinya jalan dengan laki-laki
lain.
13. Pelajaran yang subjek pahami setelah peristiwa perselingkuhan berlalu
AK1.5. No Baris
Kata Kunci 376-394
Subjek menyadari belum menjadi seorang imam yang baik bagi istri dan anak-anak.
394-399 Subjek ingin menjaga dan melindungi kehormatan istri.
553-561 Subjek mengubah komunikasi dalam keluarga menjadi dua
arah. 567-573
577-581 Subjek menyadari istrinya bukan orang yang sempurna.
14. Perasaan subjek saat ini menjalani perkawinan setelah peristiwa
perselingkuhan tersebut berlalu AK2.6. No Baris
Kata Kunci 403-408
Subjek bersyukur karena telah berhasil menghadapi permasalahan yang mengancam keutuhan rumah tangganya.
15. Penilaian subjek setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu
AK2.7. No Baris
Kata Kunci 415-418
Subjek melihat istrinya telah berubah setelah peristiwa tersebut berlalu. Istri subjek juga mulai mengenakan jilbab.
16. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri saat
ini setelah peristiwa perselingkuhan berlalu AK2.8. No Baris
Kata Kunci 410-412
418-423 599-602
Subjek dan istri menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk bersama.
606-610 Ada waktu untuk nonton film berdua.
611-614 Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua.
b. Analisis deskriptif
1. Awal
Subjek DN mengisahkan bahwa sebelum terjadi peristiwa perselingkuhan, subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang baik,
penyayang dan dapat mengurus keperluan subjek serta anak-anak DN, pp 1-8
. Sikap istri subjek DN yang baik dan perhatian tersebut yang membuat subjek tertarik dan memutuskan untuk menikahi
istrinya DN, pp 18-19.
Setelah subjek DN dan istrinya menikah, mereka menjalani keseharian dengan melakukan pembagian tugas dalam mengurus
rumah tangga. Setiap hari subjek DN dan istrinya saling bekerjasama dalam mempersiapkan segala kebutuhan mereka. Istri subjek DN
setiap harinya bertugas mempersiapkan sarapan sebelum mereka berangkat bekerja sementara itu subjek DN membantu membersihkan
rumah DN, pp 32-36. Aktivitas yang dilakukan oleh subjek DN bersama dengan istrinya kembali berlanjut setelah mereka berdua
pulang dari bekerja. Setelah pulang dari bekerja subjek DN dan istrinya biasanya akan menghabiskan waktu dengan menonton TV dan
mengobrol mengenai permasalahan di kantor masing-masing DN, pp 462-467
. Sedangkan aktivitas di hari libur yang subjek DN lakukan bersama dengan istri sebelum mempunyai anak, lebih banyak
dilakukan di rumah. Pada hari libur biasanya sembari mendengarkan musik subjek DN akan membersihkan rumah sedangkan istrinya
memasak DN, pp 50-54. Kegiatan di hari libur subjek DN dan istrinya sedikit berbeda setelah mereka mempunyai anak pertama.
Setelah mempunyai anak pertama, setiap pagi subjek DN dan istrinya meluangkan waktu untuk jalan-jalan bersama dengan anak mereka
keliling kampung DN, pp 56-59. Dalam hal mengungkapkan rasa sayang kepada istri, subjek DN
menyampaikan bahwa dia bukan merupakan orang yang romantis. Walaupun bukan tipe orang yang romantis, namun subjek DN tetap
menunjukkan perasaan sayang kepada istri melalui perkataan seperti “papa sayang mama” DN, pp 454-455. Selebihnya subjek DN
menunjukkan perasaan sayang kepada istrinya dengan tindakan seperti mengajak istrinya makan bersama ketika hari ulang tahun pernikahan
DN, pp 456-460 .
Subjek DN merasa bahwa selama menjalani kehidupan perkawinan sebelum peristiwa perselingkuhan, subjek dan istrinya
tidak pernah mengalami permasalahan. Permasalahan yang terjadi seperti mengurus kebutuhan rumah tangga dan anak-anak menurut
subjek DN merupakan hal yang biasa terjadi dalam menjalani kehidupan perkawinan DN, pp 65-72; DN, pp 430-436. Dalam
menghadapi permasalahan mengurus keperluan rumah tangga seperti menjaga kerapian dan kebersihan rumah, subjek DN dan istrinya akan
menyelesaikan masalah tersebut dengan saling pengertian satu dengan yang lain DN, pp 81-83. Di sisi lain, ketika permasalahan yang
dihadapi menuntut pengambilan keputusan, subjek DN yang selalu berperan sebagai pengambil keputusan dan tindakan penyelesaian
masalah. Dalam menghadapi permasalahan demikian, subjek DN jarang mengajak istrinya berdiskusi mengenai cara penyelesaian
masalah yang terjadi DN, pp 442-445.
2. Tengah
Memasuki usia 11 tahun perkawinan, kehidupan rumah tangga subjek DN terusik oleh perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya.
Subjek DN tidak pernah menyangka bahwa dia akan menghadapi permasalahan yang mengacam keutuhan rumah tangganya. Selama
menjalani kehidupan perkawinan, subjek DN mengganggap bahwa rumah tangganya dalam kondisi yang baik tanpa ada permasalahan
yang mengganggu. Hingga pada suatu ketika, seorang tetangga meyampaikan kepada subjek DN bahwa istri subjek telah
berselingkuh DN, pp 104-107. Informasi yang disampaikan oleh tetangga subjek DN tersebut, tidak begitu saja dipercayai oleh subjek
DN, pp 107-108. Namun, semakin hari banyak tetangga subjek DN
yang membicarakan permasalahan tersebut DN, pp 109-110. Situasi tersebut, membuat subjek DN pada akhirnya ingin membuktikan
kebenaran perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya DN, pp 113- 114
. Subjek DN kemudian memutuskan untuk mengikuti istrinya pergi. Pada hari itu, subjek DN akhirnya mengetahui bahwa istrinya
telah berselingkuh. Pada waktu itu, subjek DN melihat sendiri bahwa istrinya telah pergi dengan laki-laki lain DN, pp 113-123.
Pada saat subjek DN melihat sendiri perselingkuhan istrinya tersebut, subjek berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan
kemarahannya di depan umum DN, pp 124-129. Subjek DN kemudian memutuskan untuk pulang dan menyelesaikan
permasalahan tersebut di rumah DN, pp 140-142. Selama subjek DN menunggu istrinya pulang ke rumah, banyak perasaan yang
berkecamuk dalam diri subjek. Perselingkuhan yang dilakukan oleh istri subjek DN membuat subjek memiliki perasaan yang campur aduk
DN, pp 121-123. Subjek DN merasa marah DN, pp 134-136; DN,
pp 144; DN, pp 150, sedih DN, pp 144, kecewa DN, pp 144; DN,
pp 477-481, dan bingung bagaimana harus betindak DN, pp 148-
150. Melihat secara langsung perselingkuhan istri, subjek DN juga
timbul perasaan benci kepada istrinya DN, pp 520-521. Setelah subjek DN menunggu, akhirnya istrinya pulang. Subjek
DN kemudian segera menanyakan kepada istrinya apa yang dilakukan hari itu DN, pp 153-155. Istri subjek DN menjawab kalau dia hari itu
pergi bersama teman-temannya. Mendengar kebohongan istri, subjek DN bertambah marah DN, pp 158, kemudian menyampaikan bahwa
hari itu subjek mengikuti istrinya pergi. Subjek DN semakin bertambah marah DN, pp 162; DN, pp 166; DN, pp 168 ketika
istrinya malah menyalahkan subjek sebagai suami yang tidak perhatian. Subjek DN merasa sakit hati DN, pp 167 mendengar
perkataan istrinya tersebut. Perasaan marah subjek DN terhadap istrinya membuat subjek berpikir untuk menceraikan istrinya DN, pp
174-175; DN, pp 234-235. Dalam kondisi yang sangat marah, subjek
DN mengucapkan kata cerai kepada istrinya DN, pp 167-171.
Namun, setelah mengucapkan kata perceraian kepada istri, subjek DN teringat akan anak-anak yang masih kecil DN, pp 177-
179. Subjek DN menyadari bahwa dengan meceraikan istrinya tidak
akan menyelesaikan masalah. Perceraian yang terjadi justru akan melukai anak-anak. Subjek DN kemudian memutuskan untuk
mencoba berbicara satu sama lain dengan istrinya. Sebelum subjek DN memulai pembicaraan dengan istrinya, subjek mengungsikan
anak-anak ke rumah ibunya terlebih dahulu DN, pp 187-189. Subjek DN tidak ingin anak-anaknya mengetahui permasalahan yang terjadi
dalam keluarga mereka DN, pp 191-192. Setibanya subjek DN dan anak-anak di rumah ibu subjek, subjek DN kemudian menceritakan
mengenai permasalahan yang terjadi dalam rumah tangganya DN, pp 201-203.
Setelah subjek DN mendapatkan nasihat dari ibunya, subjek memutuskan untuk segera pulang ke rumah dan menyelesaikan
masalah tersebut dengan istrinya. Dalam perjalanan pulang, perasaan subjek DN masih berkecamuk. Subjek DN merasa kecewa kepada
istrinya DN, pp 224-226 dan gagal dalam mendampingi keluarganya DN, pp 222-224.
Selain itu, subjek DN sebagai imam dalam keluarga juga merasa telah diremehkan dan ditipu oleh istrinya DN,
pp 231-233. Setelah tiba di rumah, subjek DN mencoba menanyakan
kepada istrinya mengenai perselingkuhan yang telah dilakukan. Istri subjek DN beralasan bahwa dia melakukan perselingkuhan itu karena
merasa kurang mendapat perhatian dari subjek. Istri subjek DN juga
mengganggap bahwa subjek bukan suami yang dapat mengerti dirinya. Subjek DN merasa kesal dan kecewa DN, pp 255-259
mendengar alasan dari istrinya tersebut. Pada waktu itu, subjek DN membuat keputusan bahwa subjek dan istrinya memerlukan waktu
untuk saling introspeksi DN, pp 261-263. Pada saat itu, subjek DN merasa memerlukan bantuan dari
orang lain untuk membimbingnya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Keesokan hari, subjek DN memutuskan untuk menemui
seorang ulama DN, pp 263-269; DN, pp 321-325. Ulama tersebut kemudian memberikan beberapa nasihat yang membuat subjek DN
menyadari kekurangnya sebagai kepala rumah tangga. Setelah mendapatkan nasihat dari ulama, subjek DN kembali ke rumah dan
mengajak istrinya untuk berbicara mengenai penyelesaian masalah tersebut DN, pp 330-337; DN, pp 532-537. Setelah subjek DN
berbicara dengan istrinya, subjek meminta istrinya untuk segera mengakhiri hubungan dengan teman selingkuh DN, pp 338-348.
3. Akhir
Dalam mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan perkawinan, subjek mengalami banyak kesulitan. Pada awalnya,
subjek DN merasa sulit untuk menerima istrinya kembali. Walaupun, subjek DN sudah mendapatkan nasihat dari seorang ulama, subjek
masih membutuhkan waktu untuk merefleksikan peristiwa yang
dialami. Pada waktu itu, subjek DN juga sempat berpisah ranjang dengan istrinya DN, pp 504-508. Subjek DN merasa masih belum
dapat melupakan kejadian saat melihat istrinya dengan laki-laki lain DN, pp 345-355.
Kejadian yang dilihat sendiri oleh subjek DN, membuat subjek kesulitan untuk membangun kepercayaan kepada
istrinya DN, pp 350-353; DN, pp 370-373; DN, pp 514-516. Pada akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat dihadapi oleh
subjek DN melalui masa-masa merefleksikan diri. Banyak hal yang membuat subjek DN memutuskan untuk mempertahankan
perkawinan. Pada waktu itu, yang membuat subjek DN bertahan adalah melihat anak-anak yang masih kecil DN, pp 239-241. Subjek
DN sendiri juga menyadari bahwa dia masih mencintai istrinya DN, pp 577-585
sehingga dia ingin memberi kesempatan istrinya untuk berubah. Selain itu, permintaan maaf DN, pp 330-337 dari istri
subjek DN membuat subjek merasa tenang dan yakin kalau istrinya dapat berubah. Dukungan dan nasihat dari ibu subjek DN DN, pp
210-216 juga membuat subjek kuat dalam menghadapi permasalahan
tersebut. Subjek DN menyadari bahwa dia belum dapat menjadi kepala rumah tangga yang baik DN, pp 292-309; DN, pp 489-491.
Kesadaran subjek DN ini, membuat subjek ingin memperbaiki kekurangan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan istri.
Selain itu juga, subjek DN dan istrinya telah saling berjanji untuk
memperbaiki diri masing-masing dan saling mengingatkan satu sama lain ketika terjadi suatu permsalahan DN, pp 540-547.
Setelah memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan, pandangan subjek DN terhadap istrinya berubah. Pada awalnya, ketika
subjek DN mengetahui perselingkuhan istrinya, subjek sempat membenci istrinya dan berkeinginan untuk menceraikan istrinya.
Namun, setelah subjek DN mencoba merefleksikan diri, subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang membutuhkan perhatian DN,
pp 529-532. Subjek DN juga merasa bahwa istrinya adalah orang
yang butuh dilindungi dan dijaga kehormatan sebagai istri DN, pp 547-549.
Setelah subjek DN memutuskan untuk kembali menerima istrinya, subjek merasa lebih ringan dan berpikiran postif dalam
menghadapi permasalahan tersebut DN, pp 361-363. Setelah merefleksikan diri, subjek DN menjadi dapat memaknai
dengan positif peristiwa yang hampir mengancam keutuhan rumah tangga. Subjek DN mengambil pelajaran setelah peristiwa itu berlalu.
Subjek DN menjadi belajar bahwa dia harus dapat menjadi imam yang baik bagi keluarganya DN, pp 376-394. Mengalami peristiwa
tersebut, subjek DN menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, termasuk istrinya DN, pp 567-573; DN, pp 577-581.
Siapa saja bisa melakukan kesalahan, oleh karena itu subjek DN menyadari bahwa dia juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga
dan melindungi kehormatan istrinya DN, pp 394-399. Selain itu,
subjek DN menjadi sadar bahwa selama ini dia telah bersikap otoriter dalam keluarga. Setelah mengalami peristiwa tersebut, subjek DN
belajar untuk mengubah komunikasinya menjadi lebih terbuka. Subjek DN menjadi memberikan kesempatan pada istrinya untuk ambil
bagian dalam pengambilan keputusan DN, pp 553-561. Saat ini, subjek DN dalam menjalani kehidupan perkawinan
merasa bersyukur DN, pp 403-408 karena telah berhasil mempertahankan perkawinannya. Setelah menghadapi permasalahan
yang mengancam keutuhan rumah tangga, subjek DN merasa lega karena dapat menghadapi permasalahan tersebut. Subjek DN juga
merasa senang karena setelah peristiwa itu berlalu banyak perubahan dalam dirinya dan istrinya. Subjek DN melihat istrinya saat ini
menjadi lebih santun dengan mengenakan jilbab DN, pp 415-418. Selain itu, saat ini subjek dan istrinya juga lebih banyak meluangkan
waktu untuk berdua untuk bercerita dan bercanda DN, pp 410-412; DN, pp 418-423; DN, pp 599-602.
Setelah peristiwa tersebut, subjek DN dan istrinya juga menjadi mempunyai waktu untuk menonton film
berdua DN, pp 606-610 dan makan malam berdua di luar DN, pp 611-614.
Berdasarkan cerita subjek DN mengenai pengalamannya dalam berproses menghadapi persitiwa perselingkuhan yang dilakukan oleh
istrinya, subjek DN menunjukkan narasi dengan struktur atau alur progresif. Walaupun pada awal penceritaan subjek DN menunjukkan
narasi yang regresif yaitu subjek DN menemui kesulitan ketika memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinannya. Subjek DN
merasa belum dapat melupakan rasa sakit yang dialami akibat perbuatan istrinya. Subjek DN juga mengalami pertentangan batin
antara menceraikan atau tetap mempertahankan perkawinan dengan istri. Subjek DN yang sudah terlanjur mmebenci istrinya menjadi sulit
untuk mempercayai kembali istrinya. Namun, narasi yang disampaikan oleh subjek DN berubah menjadi progresif dengan
melihat perjuangan subjek dalam usaha untuk melupakan rasa sakit akibat perbuatan istri dan melihat istri dengan cara pandang yang
baru.
Skema 3. Dinamika Memaafkan Subjek 2 DN
AWAL SITUASI PERKAWINAN
Penilaian subjek terhadap istri: -
Istri yang baik -
Penyayang -
Perhatian -
Dapat mengurus keperluan subjek serta anak-anak
Kegiatan keseharian subjek bersama istri: -
Mengurus kebutuhan rumah tangga -
Menonton TV dan mengobrol bersama setelah pulang kerja
- Menunjukkan perasaan cinta dengan
verbal maupun nonverbal Permasalahan yang muncul:
- Pengurusan kebutuhan rumah tangga
- Pengurusan kebutuhan anak-anak
Cara mengatasi permasalahan dalam perkawinan:
- Melihat permasalahan dengan perasaan
positif yang tampak dalam perilaku saling pengertian satu dengan yang lain
- Sebagai kepala rumah tangga mentukan
keputusan dan tindakan penyelesaian masalah
PERSELINGKUHAN
Perubahan penilaian: -
Istrinya telah menyakiti dan mengecewakan dirinya Perubahan perasaan:
- Benci, Marah, Bingung, Sedih, Sakit hati, Kecewa,
Kesal -
Diremehkan dan ditipu -
Harga dirinya diinjak-injak oleh istrinya -
Merasa gagal sebagai imam dalam mendampingi keluarganya
Respon subjek yang muncul: -
Tidak mempercayai istrinya lagi -
Sulit melupakan perselingkuhan -
Muncul keinginan untuk menceraikan istrinya
Tindakan yang dilakukan: -
Bertanya kepada istri mengenai kebenaran perselingkuhan
- Mengungsikan anak-anak ke rumah ibu
- Pisah ranjang dengan istri sementara waktu untuk
meredakan emosi -
Meminta istrinya untuk mengakhiri hubungan dengan pasangan selingkuh
- Membuat janji dengan istrinya untuk saling
memperbaiki sikap
Faktor yang mempengaruhi tindakan subjek: -
Perasaan cinta -
Sholat -
Nasihat ibu -
Nasihat ulama -
Permintaan maaf istri -
Kesadaran subjek akan kekurangan diri sebagai suami kurang memberi perhatian pada istri
Perubahan penilaian: -
Melihat istrinya sebagai seseorang yang butuh didengarkan dan
diperhatikan -
Melihat istrinya sebagai seseorang yang memerlukan suami yang bisa
melindungi dan menjaga kehormatannya
Perubahan perasaan: -
Bersyukur karena telah berhasil menghadapi permasalahan yang
mengancam keutuhan rumah tangganya
Perubahan aktivitas: -
Subjek dan istri menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk
bersama -
Ada waktu untuk nonton film berdua
- Kalau hari libur sering keluar
untuk makan malam berdua
TENGAH Dinamika Subjek Saat
Terjadi Perselingkuhan AKHIR
Proses Subjek dalam Memaafkan
106
Skema 4. Dinamika Memaafkan Subjek ES dan DN
Penilaian positif kedua subjek terhadap istri
Akitivitas keseharian dalam berumah tangga yang terpola
PERSELINGKUHAN TAHAP TERLUKA:
Perasaan terluka dampak
psikologis
Perubahan penilaian terhadap istri
AWAL SITUASI
PERKAWINAN
Respon spontan yang muncul: -
Membenci perbuatan istri karena telah menyepelekan subjek sebagai suami
- Membenci istri dan perbuatannya sehingga
muncul keinginan untuk menceraikan
TENGAH Dinamika
Subjek Saat Terjadi
Perselingkuhan
TAHAP KEMBALI BERSAMA
Perubahan aktivitas: -
Subjek dan istri saat ini lebih banyak mempunyai waktu untuk bersama
- Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan
sharing mengenai perasaan masing-masing -
Ada waktu untuk nonton film berdua -
Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua
AKHIR Proses Subjek
dalam Memaafkan
Perasaan terluka dampak psikologis:
marah, kecewa, sedih, bingung, marah,
disepelekan oleh istri, sulit melupakan perselingkuhan,
tidak mempercayai istrinya lagi
Perubahan penilaian terhadap istri:
- Istri menyepelekan subjek
sebagai suami -
Istrinya telah menyakiti dan mengecewakan dirinya
TAHAP PENYEMBUHAN
Tindakan yang dilakukan: -
Berdoa -
Meminta nasihat pada ibu dan ulama
Respon istri: meminta maaf pada subjek
Perubahan pikiran: -
Menyadari bahwa ada kekurangan sebagai suami
- Menyadari bahwa istri memerlukan perhatian
- Menyadari bahwa istri butuh dijaga dan
dilindungi kehormatannya