B. Perselingkuhan
1. Definisi Perselingkuhan
Perselingkuhan pada umumnya dipahami sebagai pelanggaran terhadap perjanjian perkawinan, suatu pengkhianatan kepercayaan
seseorang, dan merupakan ancaman terhadap ikatan perkawinan Mao Raguram, 2009.
Stephen 2005 menyebutkan bahwa perselingkuhan bertentangan dengan aturan umum dasar perkawinan. Perselingkuhan melibatkan
pengkhianatan terhadap pasangan dan sumpah atau janji perkawinan. Secara umum, perselingkuhan dianggap sebagai tanda bahwa ada
sesuatu yang salah dalam hubungan perkawinan. Perselingkuhan menunjukkan bahwa tidak ada kasih dan kebahagiaan dalam hubungan
perkawinan Kristee, 2011. Then 2008, terj. dalam buku yang berjudul Kisah-kisah Perempuan
yang Bertahan dalam Perkawinan menjelaskan perselingkuhan sebagai suatu bentuk pelanggaran terhadap eksklusifitas hubungan seks antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menikah. Perselingkuhan terjadi ketika seorang yang telah menikah melakukan
hubungan seks dengan seseorang yang bukan pasangannya. Hackathorn et al. 2011 dalam artikel Practicing What You Preach:
Infidelity Attitudes as a Predictor of Fidelity menjelaskan bahwa
perselingkuhan secara umum dikenal sebagai setiap tindakan seksual yang dilakukan di luar hubungan komitmen pasangan, yang juga merupakan
pelanggaran perjanjian yang telah dibuat. Namun, definisi tersebut tidak selalu tepat untuk digunakan, karena ada banyak cara di mana seseorang
mungkin melakukan perselingkuhan tanpa melibatkan tindakan seksual. Seseorang dapat melakukan perselingkuhan dengan melibatkan interaksi
seksual dan atau dengan membentuk hubungan emosional yang dalam dan bermakna dengan pasangan selingkuh.
Definisi mengenai perselingkuhan terkadang masih cukup ambigu, dengan melihat perilaku yang dilakukan dalam perselingkuhan. Weis dan
Felton dalam Hackathorn et al., 2011 mengemukakan bahwa, meskipun ada anggapan umum bahwa aktivitas seksual yang dilakukan dengan
pasangan di luar pernikahan adalah perselingkuhan, ada ketidaksetujuan tentang apakah perilaku ambigu misalnya pergi ke bioskop dengan orang
lain yang bukan pasangan juga dapat dianggap sebagai perselingkuhan. Feldman dan Cauffman dalam Hackathorn et al., 2011 mengemukakan
bahwa perilaku perselingkuhan yang ambigu seperti minum kopi dan pergi ke bioskop dengan orang lain yang bukan pasangan merupakan perilaku
yang dapat diterima dan dipertimbangkan. Di sisi lain, perilaku seperti menggoda dan berfantasi tentang orang lain yang bukan pasangan
merupakan perilaku yang kurang dapat diterima. Hackathorn dalam Hackathorn et al., 2011 menunjukkan bahwa perilaku online, seperti
chatting , dapat dianggap sebagai perselingkuhan dengan konsekuensi yang
cukup kuat dapat merusak hubungan perkawinan.
Dari definisi di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa perselingkuhan dapat diartikan sebagai bentuk pelanggaran terhadap janji
dan komitmen perkawinan yang dilakukan oleh salah satu atau kedua orang dari pasangan tersebut, dimana pelanggaran yang dilakukan
melibatkan perilaku seksual dan atau perasaan emosional yang mendalam dengan orang lain.
2. Penyebab Perselingkuhan
Shackelford et al. 2008 dalam penelitian yang mereka lakukan menunjukkan bahwa perselingkuhan terjadi dikarenakan faktor
kepribadian dan kepuasan perkawinan. Dalam penelitian mereka menunjukkan bahwa orang dengan pasangan yang tidak menyenangkan
dan tidak bisa diandalkan akan cenderung merasa kurang puas dengan pernikahan mereka. Hal tersebut yang pada akhirnya menjadi faktor yang
berpotensi seseorang melakukan perselingkuhan. Ginanjar 2009 menyimpulkan sejumlah alasan perselingkuhan dari
berbagai sumber contoh, Blow, 2008; Eaves Robertson-Smith, 2007; Subotnik Harris, 2005; Weiner-Davis, 1992 yaitu:
1. Perselingkuhan terjadi karena ada kesempatan untuk melakukan
perselingkuhan, seperti kemudahan bertemu dengan lawan jenis di tempat kerja, ada sarana hotel dan apartemen yang dapat dijadikan
sebagai tempat pertemuan rahasia, dan tersedianya sarana komunikasi modern saat ini.
2. Ketidakharmonisan rumah tangga yaitu ditunjukkan dengan tidak
tercapainya harapan-harapan perkawinan yang justru harapan-harapan tersebut diperoleh dari pasangan selingkuh.
3. Kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dalam perkawinan.
4. Kebutuhan yang besar akan perhatian yang tidak dapat diperoleh dari
pasangan perkawinan, kebutuhan akan perhatian justru dapat diperoleh dari pasangan selingkuh.
5. Hubungan jarak jauh dengan pasangan, misal pasangan memiliki
pekerjaan yang mengharuskan selalu keluar kota. Hal ini yang juga akan memunculkan perasaan kesepian pada pasangan yang ditinggal
pergi untuk pekerjaan. Layton dalam Zaka al Farisi, 2008, seorang ahli psikologi meneliti
mengenai alasan seseorang melakukan perselingkuhan. Dalam penelitian Layton terhadap pasangan yang melakukan perselingkuhan disebutkan
beberapa alasan yang selalu diungkapkan seseorang ketika mereka terlibat perselingkuhan. Alasan-alasan tersebut, yaitu:
1. merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan
2. adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut
3. problem pribadi di masa lalu
4. kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual
5. sulit untuk menolak “godaan”
6. marah terhadap pasangan
7. tidak lagi bisa mencintai pasangan
8. kecanduan alkohol atau pun obat-obatan
9. seringnya hidup berpisah lokasi
10. ingin membuat pasangan menjadi cemburu
Dari penyebab perselingkuhan yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat 2 dua faktor yang menyebabkan
seseorang berselingkuh, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa kepribadian dan kondisi dalam hubungan perkawinan,
sedangkan faktor eksternal dapat berupa kesempatan untuk bertemu dengan pasangan selingkuh.
3. Jenis-jenis Perselingkuhan