Pembahasan PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN

83

C. Pembahasan

I. Penyebab Mengkonsumsi Alkohol dan Masalah yang Muncul Pada Subjek Dari hasil data wawancara dan koding dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa subjek dapat dipengaruhi untuk mengkonsumsi alkohol dari tahap coba-coba sampai kecanduan alkohol. Sebagian besar dari subjek pertama kali mengkonsumsi alkohol karena faktor eksternal yaitu ajakan teman dan teman pergaulan subjek adalah para pecandu alkohol. Hal ini dialami pada subjek 1, 2 dan 4. Hawari 1996 menyatakan bahwa sebagian besar remaja 80 pemakai obat-obatan dan alkohol pada awalnya memperoleh zat tersebut dari temannya, hal tersebut menunjukkan bahwa teman sebaya memberikan konstribusi yang besar dalam merubah remaja dari seseorang yang bukan pecandu menjadi pecandu alkohol. Hal ini sependapat dengan Brook, dkk 1983 yang menyatakan bahwa tekanan kelompok sebaya merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap penggunaan alkohol dikalangan remaja. Penyebab ekternal yang lain adalah keluarga berantakan, tidak ada pengawasan dari orangtua dan pandangan yang rendah dari lingkungan sekitar. Selain penyebab eksternal tersebut subjek mengkonsumsi alkohol adalah karena faktor internal yaitu keinginan untuk mencoba, ingin mendapatkan pengakuan dari kelompok, kurang percaya diri dan persepsi kurang adanya perhatian dari orangtua. Seperti yang ditegaskan oleh Afiatin 2003 bahwa faktor yang mempengaruhi penggunaan alkohol pada remaja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 adalah faktor internal yaitu kondisi psikologis kepribadian individu, usia, ketaatan beribadah, harga diri rendahkurang percaya diri, kecewa, perkembangan, depresif, kurang dapat menerima kritik, dan mudah tersinggung dan faktor eksternal keluarga yang kurang harmonis, kesulitan yang dialami sehari-hari, kurang kasih sayang, teman, sosial, masyarakat dan faktor kemudahan mendapatkan serta faktor khasiat. Subjek pada awalnya mengkonsumsi alkohol pada usia SMP kelas 2 dan usia SMA kelas 1. Usia subjek tersebut adalah usia para remaja, dimana subjek memasuki tahap perkembangan mencari identitas baru, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan anggapan yang salah mengenai efek dari penggunaan alkohol. Hal ini sependapat dengan Winarto 2003 yang menyatakan perkembangan psikologis remaja adalah sedang dalam tahap pencarian identitas diri sehingga membuat mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa subjek adalah individu yang sedang berkembang dalam fase transisi peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa dengan rentang usia masa remaja untuk masyarakat Indonesia adalah usia 11 tahun sampai dengan 24 tahun dan pada masa remaja ini terjadi kegoncangan sehingga dapat menimbulkan munculnya penyesuaian negatif didalam diri subjek tersebut Monks dkk, 1988. Hal ini sependapat dengan Monks 1988 yang menyatakan bahwa ada dua macam gerak perkembangan remaja yaitu memisahkan diri dari orangtua dan yang lain menuju kearah teman sebaya, remaja saling mencari teman sebaya karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 mereka mengetahui bahwa mereka ada dalam nasib yang sama dan sama-sama berusaha untuk mencari kebebasan serta kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tersebut. Pada tahap awal subjek mengkonsumsi alkohol karena ingin mendapatkan pengakuan dari kelompok. Tahap ini oleh Fuhrmann 1990 disebut tahap perilaku minum alkohol sebagai penggunaan yang bersifat eksperimen, dimana seseorang akan menggunakan minuman keras atau alkohol pada saat tertentu dan bila berada ditengah-tengah kelompok sebaya agar mendapat penerimaan dan pengakuan dari mereka dan pada tahap ini toleransi terhadap alkohol sangat rendah. Mula-mulanya subjek minum sesekali dengan teman-temannya, namun lama kelamaan menjadi kebiasaan. Tahap ini oleh Fuhrmann 1990 disebut tahap perilaku minum alkohol sebagai penggunaan yang bersifat kebiasaan, dimana akan muncul gejala seperti peningkatan toleransi untuk mendapatkan efek yang lebih besar sehingga subjek pengguna alkohol, mulai berbohong, memiliki perasaan bersalah, menyembunyikan keterlibatan mereka dengan alkohol. Ketika subjek mempunyai masalah subjek cenderung untuk mengkonsumsi alkohol bersama-sama dengan teman pecandu yang lain. Sampai akhirnya subjek teratur menggunakan dan selalu menginginkan efek yang lebih dari penggunaan sebelumnya. Pada fase ini subjek mengkonsumsi alkohol karena faktor biologis yaitu keinginan untuk mendapatkan efek yang lebih lagi dari minuman tersebut. Subjek Oleh Fuhrmann 1990 tahap tersebut dinamakan tahap perilaku minum alkohol PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 sebagai penggunaan yang bersifat ketergantungan, pada tahap ini subjek mulai menunjukkan gangguan yang berupa fisik dan psikologis seperti badan terasa loyo, kehilangan kesadaran, susah tidur, tak mampu berkonsentrasi dengan baik, di DO dari Universitas, kehilangan teman-teman, selalu membuat alasan dan memanfaatkan keadaan ketergantungannya. Subjek yang mengkonsumsi alkohol erat kaitannya dengan stres. Stres muncul diakibatkan adanya stresor. Menurut Landau 1994 remaja sering dicirikan dengan konflik dan stres, karena remaja mengalami peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa muda, dalam masa peralihan ini remaja perlu banyak belajar berbagai keterampilan intelektual dan keterampilan sosial. Perjuangan remaja untuk dapat berfungsi dengan tepat dalam peran-peran baru mereka sering menimbulkan situasi yang penuh stres dan untuk mengatasi hal tersebut banyak remaja yang “lari” atau mengkonsumsi alkohol . Menurut Shultz dan Shultz, 1994 stres merupakan tanggapan yang ada pada seseorang ketika berhadapan dengan lingkungan dan bila tidak dapat mengatasi berakibat penyimpangan perilaku berupa merokok berlebihan, dan minum minuman keras berlebihan. Para mantan pecandu alkohol jika mengalami stress atau tekanan maka dalam dirinya akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk menghadapi stress tersebut. Hal ini mendukung pendapat Rutter dalam Folkman, 1984 yang mengatakan bahwa individu memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi tekananstres Rutter, dalam Folkman, 1984. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Masalah-masalah yang menimbulkan tekananstress pada subjek ketika awal berhenti mengkonsumsi alkohol adalah permasalahan dalam perkuliahan, kebingungan menghadapi DO, perasaan tertekan melihat kesuksesan teman- teman lain yang sudah lulus serta keinginan dan godaan yang kuat untuk mengkonsumsi alkohol lagi, karena kemudahan mencari minuman beralkohol di lingkungan subjek tinggal. Permasalahan lain yang dialami subjek adalah tidak adanya dukungan dari lingkungan, baik lingkungan masyarakat tempat tinggal subjek, maupun lingkungan yang terdekat dengan subjek yaitu keluarga. Hal ini dialami oleh subjek 3, dimana subjek tersebut tidak mendapatkan penerimaan dari lingkungan dan keluarga yang sama sekali tidak mempunyai kepedulian dengan subjek. Pada saat subjek benar-benar lepas dari alkohol selama 1-2 tahun, subjek menghadapi berbagai permasalahan antara lain subjek yang diliputi oleh perasaan bersalah jika tidak mengikuti ajakan untuk minum, sementara teman masih banyak yang mengajak minum, konflik dengan pacar, masalah kuliah, dimana subjek tidak mendapatkan acc revisi skripsi dari dosen pembimbing, perasaan malu karena kuliah tidak segera selesai, serta perasaan telah menyusahkan orangtua, subjek selalu meminta uang untuk mencukupi kebutuhan. Subjek merasa tertekan dengan lingkungan tempat tinggal subjek dimana muncul perasaan bodoh dan malu ketika berinteraksi dengan lingkungan tersebut. Di lingkungan pergaulan, subjek mengalami tekanan 88 karena teman-teman yang lain sudah selesai kuliah, sehingga merasa minder jika berangkat ke kampus. Kondisi subjek yang tidak segera menyelesaikan perkuliahan menyebabkan subjek mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara kuliah, kerja dan mengurus keluarga, seperti yang dialami oleh subjek 1 dan subjek 3. Hal ini menambah tekanan dan memperparah kondisi keuangan subjek tersebut, dimana subjek sudah berkeluarga dan yang sudah tidak menjadi tanggungjawab orangtua. Orangtua pada subjek 4 cenderung sudah tidak mempercayai bahwa subjek benar-benar lepas dari pengaruh minuman beralkohol, sehingga tidak memberikan kepercayaan lagi pada subjek. Orangtua membatasi keuangan subjek, dan selalu mencurigai gerak langkah subjek. Hal ini membuat subjek 4 merasa tertekan. Sementara keinginan untuk mengkonsumsi kembali minuman beralkohol masih ada pada semua subjek. II. Coping Pada Mantan Pecandu Alkohol Apabila individu menghadapi suatu tekanan atau stres, maka akan terjadi suatu proses penyesuaian terhadap situasi tersebut yang lazim disebut sebagai coping strategy atau strategi mengatasi masalah . Pada saat pertama mengkonsumsi dan pada fase kecanduan alkohol, kecenderungan subjek melakukan coping lebih banyak mengunakan strategi EFC yaitu dengan mengkonsumsi alkohol, lari dari masalah, mengasingkan diri. Hal itu dengan tujuan mengatur respon emosional dengan meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan. Setelah subjek memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi alkohol, kecenderungan para subjek menggunakan 89 coping PFC maupun EFC secara seimbang dan kontekstual. Keefektifan dari kedua strategi ini tergantung pada sumber masalah yang dihadapi. Strategi coping tersebut di atas tidak bersifat statis, karena kedua strategi dapat saling bergantian dalam penggunaannya. Suatu saat individu menggunakan strategi problem focused coping , namun saat yang lain individu tersebut menggunakan strategi emotional focused coping. Hal ini tergantung pada kondisi yang dihadapi Lazarus, 1993 Berdasarkan Carver Scheier 1989, strategi yang dilakukan ada dua cara. Pertama : Strategi Problem Focused Coping atau PFC yang dapat dilakukan mantan pecandu alkohol adalah : Menghadapi masalah secara aktif active coping, perencanaan planning, Mengurangi aktifitas-aktifitas persaingan Suppresion of competing, pengendalian restraint coping, mencari dukungan sosial karena alasan instrumental seeking social support for instrumental reasons . Kedua : Strategi Emotional Focused Coping atau EFC yang dapat dilakukan mantan pecandu alkohol meliputi: mencari dukungan sosial karena alasan emosional seeking social support for emotional reasons , reintepretasi dan perkembangan yang positif positive reinterpretation and growth , penerimaan acceptance, mengalihkan pada agama turning to religion, pelepasan emosi focus on and venting emotion, penolakan denial, tindakan pelarian behavioral disengagement, pelarian secara mental mental disengagement, Penyimpangan dalam penggunaan alkohol alcohol-drug disengagement, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Pada awal berhenti minum, beberapa dari mantan pecandu masih ada keinginan untuk lari ke alkohol dalam menghadapi masalah. Hal ini terkait dengan kebiasaan yang sering dilakukan ketika dulu mengkonsumsi alkohol sebagai salah satu bentuk coping yang sudah melekat dalam dirinya. Namun subjek sadar bahwa ternyata alkohol tidak dapat menyelesaikan masalah, justru menjadi permasalahan baru atau tekanan baru. Subjek sudah merasakan bahwa alkohol sebenarnya merupakan hal yang negatif. Ini terlihat ketika subjek merasa bahwa alkohol merugikan bagi dirinya, dan merugikan orang terdekatnya. Tetapi keinginan untuk minum lagi masih sering muncul dalam diri subjek. Pada fase ini kebanyakan dari subjek Subjek 1, 2 dan 3 menggunakan EFC alcohol-drug disengagement dan EFC positive reinterpretation and growth pada S1, S2, dan S3. Subjek dalam penelitian ini pada fase awal berhenti mengkonsumsi alcohol subjek masih belum dapat menghindar dari keinginannya untuk menggunakan alkohol, karena efek zat dari alkohol yang membuat ketergantungan. PFC yang digunakan pada saat fase ini adalah PFC Planning S1, S2, dan S3 dan PFC Suppresion of Competing S1, S2, dan S4. Setelah subjek benar-benar lepas dari alkohol Mantan Pecandu Alkohol subjek menggunakan serta EFC seeking social support for emotional reason S1, S2, S3 dan S4, EFC positive reinterpretation and growth S2,S3, dan S4, dan EFC turning to religion S1, S2, dan S3, EFC mental disengagment 91 Subjek melakukan EFC reintepretasi and positif growth dengan cara menyadari bahwa alkohol akan mengacaukan hidup subjek, mengingat hal-hal negatif dari alkohol, membuang jauh-jauh keinginan untuk mengkonsumsi alkohol yang dapat merusak hidup. Hal tersebut di atas dilakukan oleh subjek subjek 2, subjek 3, dan subjek 4. Subjek juga melakukan coping planning, dimana subjek berkomitmen untuk menghindari alkohol dengan cara menyelesaikan kuliah, mencari informasi seputar efek negatif dari alkohol, dan meredam keinginan untuk minum alkohol. Karakter dan pemikiran subjek menjadi berkembang ke arah yang lebih positif. Muncul adanya kesadaran pemikiran dalam diri subjek bahwa alkohol memberikan dampak buruk bagi subjek antara lain perkuliahan yang tidak selesai-selesai. Selain itu dalam diri subjek juga muncul adanya perasaan bersalah sudah banyak merugikan orang lain baik keluarga, teman, dan lingkungan. Coping yang digunakan oleh subjek pada subjek 1, 2, 3 dan 4 adalah EFC seeking social support for emotional reason, yang dilakukan dengan cara meminta pendapat nasehat serta perhatian dan pengertian dari orang lain dan keluarga. EFC seeking social support for emosional reason dilakukan dengan menjalin hubungan yang baik dengan orangtua, kakak dan keluarga. EFC mental disengagment yang dilakukan subjek adalah dengan mengalihkannya ke kegiatan tidur dan main game. Selain itu subjek juga melakukan PFC suppresion of competing, dimana subjek menghindar dari kegiatan mengonsumsi alkohol dengan cara membatasi frekuensi dengan teman peminum, kalaupun ada ajakan minum, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 cenderung ditolak secara halus oleh subjek. Subjek juga mulai selektif dengan cara tidak berinteraksi dengan teman-teman peminum. Hal ini mendukung pendapat Reinhold Niebuhr dalam Narcotics Anonymous yang mengatakan bahwa seorang alkoholik dapat mempengaruhi alkoholik lainnya jauh lebih efektif dibandingkan dengan apa yang dilakukan seorang non-alkoholik. Selain itu subjek berkonsentrasi hanya pada satu kegiatan saja, yaitu kuliah, dengan mengesampingkan masalah-masalah lain selain kuliah. PFC Planning ada pada hampir semua subjek. Subjek yang pada awalnya mempunyai kepercayaan diri yang rendah, dan tidak berani menerima kenyataan bergeser menjadi seorang yang mempunyai kepercayaan diri, sudah mulai berpikir realistis dan mempunyai komitmen untuk mengatur langkah hidup dan mengatasi segala permasalahan yang ada. Hal ini terlihat dari perencanaan-perencanaan yang dilakukan subjek untuk mengatasi permasalahan yang ada, dan menghindari alkohol, antara lain subjek membenahi diri dan merencanakan untuk menyelesaikan kuliah dengan cara memilih mata kuliah yang akan diambil, dan mengulang mata kuliah yang nilainya buruk. Hal ini mendukung pendapat Gunarsa Gunarsa 1991, Mappiare 2000 dan Soesilowindradini 2000 yang menyatakan bahwa pada masa remaja akhir, perkembangan seseorang ditandai dengan ciri-ciri: 1 aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil, 2 meningkatnya berpikir realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik, 3 lebih matang dalam cara menghadapi masalah, 4 ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai perasaan 5 sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 berubah lagi, 6 lebih banyak perhatian terhadap lambang-lambang kematangan. III. . Kebutuhan Akan Dukungan Sosial Pada Subjek Berdasarkan hasil analisis situasi-situasi yang menyebabkan subjek mengkonsumsi alcohol, berhenti mengkonsumsi alcohol, dan coping yang dilakukan saat subjek sudah menjadi mantan pecandu tampak bahwa ada kebutuhan akan perhatian dari lingkungan social. Penyebab eksternal subjek mengkonsumsi alkohol, adalah lingkungan keluarga yang berantakan S3, dimana tidak adanya pengawasan dari orangtua terhadap subjek S1. Hal ini menyebabkan subjek merasa tidak mendapatkan perhatian dari keluarganya. Persepsi dari subjek tersebut membuat subjek menjadi kecewa dengan orangtua S3,S4. Subjek berusaha mendapatkan perhatian dari tempat lain. Hal ini merupakan penyebab internal subjek yang pada akhirnya mencari perhatian ke lingkungan pertemanannya. Faktor eksternal yaitu teman pergaulan subjek yang adalah para pecandu alkohol menjadi awal subjek mengkonsumsi alkohol S1,S2,S4. Hal ini memungkinkan subjek mencari perhatian di kelompok tersebut sebagai pengganti perhatian dari orangtua, karena dalam kelompok tersebut subjek merasakan mendapatkan perhatian. Subjek mengkonsumsi minuman keras atau alkohol pada saat tertentu dan bila berada ditengah-tengah kelompok sebaya tersebut agar mendapat penerimaan serta pengakuan dari kelompok tersebut. Dari faktor ekternal maupun internal tersebut membuat subjek menjadi pecandu alkohol. Pada saat menjadi pecandu subjek merasa tidak 94 mendapatkan respon yang baik dari teman dan lingkungan. Teman-teman dan lingkungan subjek tidak mengakui keberadaan subjek. Terlebih perasaan jengkel dan kecewa dengan keluarga yang selalu tidak memberikan perhatian kepada subjek. Subjek merasa tidak nyaman, dan mengalihkan perasaan tersebut dengan mengkonsumsi minuman beralkohol. Perasaan tersebut sering kali muncul, ditambah perasaan subjek S1,S2,S3,S4 yang merasa kurang tiap kali minum menjadi penyebabkan frekuensi subjek minum semakin meningkat. Dari banyaknya permasalahan yang dialami akibat dari pemakaian alcohol, membuat subjek menginginkan untuk berhenti mengkonsumsi alcohol. Pada fase berhenti mengkonsumsi alcohol, subjek S1,S4 masih mengalami masalah dan terbelenggu dari dunia alcohol, namun keluarga subjek mulai member perhatian ke subjek. Pada subjek 4, orangtua mulai sering marah-marah ke subjek, yang sebenarnya merupakan satu bentuk perhatian terhadap perilaku subjek. Di dalam perjalanannya dengan lingkungan pertemanan, subjek sering kali mengalami konflik dengan temannya peminum S2,S4 yang sebenarnya dulu teman-teman peminum adalah orang yang menerima subjek. Ketika terjadi konflik dalam pertemanan dengan sesama peminum alcohol, subjek tidak mendapatkan dukungan dari kelompoknya tersebut. Dalam hal ini subjek mencari dukungan di tempat lain. Keluarga pada akhirnya dapat memberi perhatian ke subjek. Indikasi adanya kebutuhan akan dukungan social juga tampak kuat ketika subjek benar-benar lepas dari alcohol, keempat subjek menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 EFC seeking social support for emotional reason yang dilakukan dengan cara meminta pendapat nasehat serta perhatian dan pengertian dari orang lain dan keluarga. EFC seeking social support for emotional reason dilakukan dengan menjalin hubungan yang baik dengan orangtua, kakak dan keluarga. Hal ini merupakan indikasi bahwa adanya kebutuhan yang tinggi akan dukungan dan perhatian dari orang lain baik keluarga maupun lingkungan. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Prasetyo 2006 yang menyatakan bahwa kekhasan pemikiran pecandu alcohol yang selalu diliputi oleh rasa kekosongan dan kesepian yang mendalam bahwa orang lain tidak dapat menerimanya. 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini mengungkap bahwa masalah internal yang dihadapi oleh mantan pecandu alkohol pada awal berhenti mengkonsumsi antara lain masalah perkuliahan yang tidak segera selesai, keinginan untuk mengkonsumsi alkohol lagi, serta masalah keluarga. Sementara masalah eksternal antara lain ajakan teman untuk mengkonsumsi alkohol kembali, adanya konflik dengan sesama teman peminum, serta tekanan lingkungan yang memberikan penilaian negatif terhadap mantan pecandu. Masalah internal yang dihadapi subjek pada saat benar-benar berhenti dari alkohol antara lain keinginan untuk kembali mengkonsumsi alkohol. Tetapi pada fase ini keinginan tersebut benar-benar bisa diredam oleh subjek. Masalah lain adalah adanya perasaan bersalah jika tidak mengikuti ajakan teman untuk minum, tidak adanya kepercayaan dari lingkungan dan juga keluarga, masalah perkuliahan dimana muncul rasa tidak percaya diri karena teman-teman sebaya subjek sudah banyak yang lulus, kurang percaya diri di lingkungan tempat tinggal dengan statusnya sebagai mahasiswa, serta masalah keuangan dimana subjek mulai kesulitan untuk mengatur keuangannya, Sementara masalah eksternal antara lain permasalahan perkuliahan dimana teman seangkatan subjek sudah banyak yang lulus, masalah keluarga terkait 96 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI