1
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan pada bab ini berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan
definisi operasional.
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran Inovatif IPA 1 memberikan pengalaman menyajikan pembelajaran lingkungan yang dapat diterima anak dari usia dini. Pembelajaran
dengan metode Conservation Scout. Conservation Scout CS adalah program pengenalan konservasi dan karakter cinta lingkungan pada siswa sekolah dasar di
Pusat Studi Lingkungan, Universitas Sanata Dharma Sari, 2014: 35. Conservation scout
diharapkan dapat membentuk anak menjadi generasi yang aktif, kreatif dalam mewujudkan kesadaran, kepedulian, dan pemanfaatan
lingkungan dengan baik. Melalui proses pembelajaran ini sesuai dengan kondisi anak-anak yang sangat aktif, kreatif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan
menyukai serta mencintai dunianya. Anak dengan rasa ingin tahu dan keaktifannya dapat mendapatkan pengetahuan dengan lingkungan sekitar melalui
aktivitas-aktivitas yang dia lakukan dan belajar dari pengalamannya sendiri. Proses mendapatkan pengalaman tersebut anak akan lebih memaknai dan dapat
beradaptasi dengan lingkungan. Pemahaman anak inilah yang menjadi pondasi pemikiran awal bagi kehidupannya di dunia ini.
Penanaman dan pemahaman anak dapat pula ia dapatkan dari sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menanamkan nilai
kepedulian terhadap lingkungan kepada anak-anak. Pembelajaran berbasis lingkungan dapat diterapkan dengan berbagai cara sesuai usia dan tahap
perkembangan anak. Semisal anak diajak ke kebun binantang, melakukan aksi peduli lingkungan dengan kerja bakti, dan bisa juga anak menanam dan merawat
tanaman di sekolah. Hasil wawancara dengan penggiat lingkungan di PSL pula menguatkan
pemikiran peneliti mengenai lingkungan. Lingkungan yang ada sekarang ini sebenarnya tidak berubah tetapi yang berubah itu manusianya. Seandainya tidak
ada manusia alam atau lingkungan akan tetap ada. Semua memiliki sebuah kompetisi untuk bisa saling hidup. Peradaban manusia yang bergerak tidak selaras
relasinya dengan alam yang membuat banyaknya perubahan pada lingkungan seperti banyaknya lahan gundul, pembangunan bangunan besar mall atau hotel,
dan pembuangan limbah yang tidak dipikirkan pengolahannya. Selain itu, teknologi yang digunakan secara negatif akan menambah kerusakan pada
lingkungan. Dari kemajuan teknologi itupula akan menjadi senjata makan tuan untuk manusia itu sendiri.
Dalam bidang pertanian, penggunaan pestisida yang awalnya memang menjadikan tanah subur tetapi setelah beberapa tahun tanahnya menjadi tandus
dan untuk mengembalikan kesuburan tanahnya butuh puluhan tahun bahkan ratusan tahun lagi. Dalam hal ini manusia memang diharapkan semakin kreatif,
berpikir alternatif dan inovatif yang menjadikan manusia dapat memilih yang baik. Pemikiran manusia harus dirubah pekerjaan yang biasa bukan berarti tidak
menjadi sukses. Contohnya seorang petani bisa juga menjadi petani kaya dengan menggunakan inovasi-inovasi baru dalam bercocok tanam yang menghasilkan
panen banyak tetapi tidak merusak tanah. Anak diberikan bekal untuk menentukan pilihan yang baik bukan hanya karena balas dendam orang tua yang
tidak bisa matematika contohnya lalu anak diharuskan belajar matematika. Anak ditanamkan rasa memiliki sehingga merasakan bahwa yang ada harus dirawat dan
dijaga. Manusia memang dipandang sebagai makhluk yang konsumtif tetapi dapat
diimbangi dengan cara mengusahakan yang lebih menjadi prioritas utama agar tidak lebih besar pengeluaran daripada penghasilan. Keluarga menjadi salah satu
tempat yang pertama untuk menamankan rasa cinta anak terhadap lingkungan. Kebiasaan meletakkan sampah pada tempatnya akan mengembangkan kebiasaan
baik dan kecintaan anak terhadap lingkungan di sekitar mereka. Ngundhuh wohing pakarti
, kita memanen apa yang kita tabur, akibat dari seluruh perbuatan dan sikap kita terhadap bumi pertiwi ini bisa diprediksi Haryono, 2016: 1.
Segala sesuatu yang dilakukan akan memberikan dampak bagi kehidupan kelak. Menanamkan hal baik dari dini akan menghasilkan buah yang baik pula saat anak
sudah beranjak dewasa. Dari hasil pengamatan selama PPL di SD Kanisius Kalasan dari bulan Juli
sampai Oktober dapat dilihat kurangnya kesadaran siswa akan lingkungan mereka khususnya tentang budaya membuang sampah. Budaya membuang sampah
menjadi sangat buruk ketika laci meja menjadi tempat menyimpan sampah di setiap kelas. Selain kurangnya budaya membuang sampah, budaya peduli atau
cinta tanaman juga belum terlihat. Setiap kelas di sekolah ini memiliki banyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tanaman namun kondisinya buruk, beberapa tanaman layu, dan mati karena kekurangan air bahkan dapat ditemukan tanaman dalam pot menjadi tempat
sampah plastik bungkus makanan. Kesadaran ini perlu dipupuk dan diajarkan melalui pembelajaran di kelas.
Pada proses pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam melaksanakan dan menerapkan pembelajaran yang telah didapat. Siswa cenderung menerima dan
menyimpan tanpa ada aksi atau tindakan nyata yang dapat dilakssanakan. Kesulitan yang dialami siswa juga ada pada saat mengidentifikasi penyebab apa
saja yang dapat mencemari lingkungan. Pengalaman secara langsung sesuai dengan keadaan di sekitar siswa akan membantu siswa memahami materi dan
penerapan pelestarian lingkungan. Peneliti merangkai pembelajaran dengan berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif PPR.
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pandangan pola berpikir yang menumbuh kembangkan potensi diri dengan menggunakan hati nurani yang
memiliki nilai kemanusiaan. Pengembangan seorang pribadi dapat terwujud dengan proses pembelajaran yang berarah kepada Competence, Conscience dan
Compassion. Competence merupakan kemampuan secara intelektual, conscience
merupakan kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion merupakan
kemampuan dalam ranah psikomotorik yang berupa tindakan nyata maupun batin yang disertai sikap belarasa bagi sesama Subagya, 2012: 23. Dalam rangka
menumbuhkan belarasa dan peduli siswa terhadap lingkungan sekitar dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif yang dimodifikasi
melalui metode Conservation Scout. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
langkah-langkah PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi serta memunculkan 3 nilai khas emansipaoris humanis, kesadaran kritis, dan
mempertanyakan sistem.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian