8
BAB II LANDASAN TEORI
Pembahasan pada bab ini berisi mengenai kajian teori, penelitian relevan, kernagka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.1.1. Pengertian
Paradigma Pedagogi Refektif PPR merupakan pola pikir manusia dalam menumbuhkembangkan individu menjadi individu yang lebih baik dengan
membentuk seseorang melalui pengalaman sehari-hari dengan melakukan refleksi dan aksi setelah melakukan pengalaman tersebut Tim PPR SD Kanisius, 2010:
7. Melalui pengalaman seseorang dapat menemukan nilai dari kehidupan yang dapat dimaknai sehingga seseorang dapat menentukan aksi yang dapat dilakukan.
Nilai kehidupan yang peneliti kembangkan adalah kecintaan siswa pada lingkungan di sekitar mereka. Siswa dapat mencintai dan menyadari akan
pentingnya mencintai lingkungan dengan merawat dan melestarikan lingkungan di sekitar mereka. Mereka peduli akan kebersihan dan terawatnya tanaman di sekitar
mereka. 2.1.1.2.
Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kemampuan individu dalam menyikapi dan menanggapi hal yang ada di sekitarnya secara kritis supaya dapat memperdalam pemahaman
pembelajaran yang telah diterima baik dari sekolah maupun dari lingkungan sekitar Subagya, 2012: 22. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR akan
menghasilkan pribadi yang kritis dan tanggap dalam mengatasi masalah yang ada di sekitar.
Tujuan dari pembelajaran menggunakan pendekatan PPR terwujud dalam 3 nilai pokok, yaitu competence, conscience, dan compassion. Competence
merupakan kemampuan secara intelektual atau kognitif. Conscience merupakan kemampuan sikap atau kesadaran dalam menentukan pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral. Compassion merupakan kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan nyata atau batin yang disertai sikap belarasa
kepada sesama menanggapi hal yang terjadi di sekitar Subagya, 2012: 23-24. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan
menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dengan pedoman indikator sesuai 3 nilai pokok yang tercantum dalam PPR, yaitu competence,
conscience, dan compassion.
2.1.1.3. Langkah-langkah
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dalam proses pembelajaran terbagi dalam 5 langkah. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Konteks
Konteks merupakan proses pertama yang dilakukan guru untuk menggali pemahaman siswa dengan mencari tahu dan mengamati kehidupan sehari-hari
siswa dan sekitarnya melalui keterbukaan dari siswa menyampai kehidupannya sehari-hari. Guru memadukan kehidupan sehari-hari siswa dengan pembelajaran
yang akan disampaikan sehingga ada keterkaitan materi dengan kehidupan sehari- hari siswa.
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan proses siswa memahami pembelajaran yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Pengalaman siswa
dapat terjadi melalui pengalaman secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung terjadi pada saat siswa mengalami sendiri kejadian maupun
peristiwa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang dipelajari sedangkan pengalaman tidak langsung siswa mempelajari dan memahami suatu peristiwa
atau kejadian melalui media, misalnya buku, internet, radio, televisi, maupun media yang lain Subagya, 2012: 47.
3. Refleksi
Refleksi merupakan langkah pokok dalam PPR. Refleksi dapat diartikan sebagai mencermati kembali bahan pembelajaran, pengalaman, ide-ide atau
tanggapan secara langsung yang dapat menangkap makna peristiwa lebih mendalam Subagya, 2012: 53. Proses refleksi dapat dengan cara memahami
kebenaran, mengerti sumber perasaan dan tanggapan yang dialami, memperdalam pemahaman tentang dampak dari peristiwa, berusaha menemukan makna bagi
diri, memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang lain.
Refleksi menjadi sarana untuk mengaitkan pengalaman yang diperoleh siswa sesuai konteks yang ada dengan aksi atau tindakan nyata yang akan
dilakukan siswa setalah mengetahui dan memahami pembelajaran yang ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siswa diharapkan menemukan makna dan nilai positif yang ada dalam pengalaman sehingga dapat merumuskan aksi yang terbaik.
4. Aksi
Aksi merupakan pertumbuhan batin seseorang berdasarkan pengalaman yang direfleksikan dan tindakan nyata yang dilakukan secara lahiriah Subagya,
2012: 59. Tindakan nyata dilakukan seseorang berdasarkan hasil dari refleksi memaknai nilai dari kehidupan yang ada dengan mempertimbangan baik
buruknya pilihan yang diambil. Dalam merefleksikan terkadang pula mendapatkan makna negatif maka dari itu dalam menentukan aksi dapat juga
memperbaiki, merubah, mengurangi atau menghindari hal-hal yang mengarah pada pengalaman negatif.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang utuh dengan memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang berguna bagi sesama dalam pelayanan Subagya, 2012: 61. Dalam pembelajaran evaluasi dapat berupa tes, ulangan secara berkala untuk
mengetahui kemampuan guru dalam menyampaikan materi dapat diterima dan dilaksanakan siswanya secara baik atau tidak. Hasil yang diperoleh harus
seimbang antara kemapuan kognitif, afektif , dan psikomotoriknya.
2.1.2. Emansipatoris