Dinamika Hubungan Ethnocentrism dan Kecenderungan Pembelian

26

D. Dinamika Hubungan Ethnocentrism dan Kecenderungan Pembelian

Impulsif pada Remaja Remaja merupakan masa di mana seseorang dihadapkan pada situasi yang lebih banyak melibatkan pengambilan keputusan Suntein, dalam Santrock, 2012. Termasuk untuk menentukan menggunakan produk lokal ataupun non-lokal. Kalangan remaja merupakan pengguna produk impor yang paling mencolok saat ini. Maka dari itu, Kementerian Perdagangan RI, terus membangun kesadaran dengan memberikan program sosialisasi produk Indonesia yang digelar di Balikpapan dan beberapa kota lain. Minat para remaja pada produk impor memang sulit diatasi, ditambah lagi dengan adanya tradisi latah yang umumnya melanda para remaja tersebut Balikpapan Pos, 2012. Hal ini dapat terjadi karena kurang adanya ethnocentrism dalam diri remaja saat ini. Ethnocentrism merupakan kecenderungan untuk menganggap kebudayaan mereka sendiri sebagai superior dan menurunkan kebudayaan lainnya Wanninayake Chovancová, 2012. Ethnocentrism juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan konsumen yang memposisikan superior terhadap produk dan jasa pilihan yang dipercaya berasal dari negara mereka Silva, 2010. Shimp dan Sharma dalam Watson Wright 2000 mengungkapkan bahwa konsumen etnosentris fokus pada responsibilitas dan moralitas membeli produk buatan asing dan loyalitas konsumen pada produk pabrik negara mereka. Dapat diartikan bahwa 27 konsumen etnosentris berfokus pada rasa tanggung jawab konsumen untuk mengkonsumsi produk negara mereka, memiliki penilaian baik atau tidaknya saat mengkonsumsi barang impor, dan mengenai kesetiaan konsumen pada produk lokal. Ethnocentrism secara tidak langsung memberikan dampak pada niat beli konsumen lokal. Konsumen ethnocentrism akan lebih selektif atau mampu berpikir secara bijak dan penuh pertimbangan dalam memilih produk yang akan mereka gunakan. Sebaliknya, apabila konsumen tidak memiliki ethnocentrism, maka konsumen justru lebih rentan terhadap produk-produk buatan asing. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Chen 2008 yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki ethnocentrism tinggi akan membeli produk yang dirancang dan dirakit di negara mereka, sedangkan bagi mereka dengan ethnocentrism rendah akan lebih rentan untuk membeli produk yang dirancang dan dirakit di negara luar. Dalam hal ini, konsumen akan tidak selektif lagi dalam mempertimbangkan banyaknya tawaran produk buatan asing yang masuk ke dalam pasar lokal. Dengan demikian, niat beli konsumen terhadap produk asing pun tidak dapat terkendalikan lagi. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya kecenderungan pembelian impulsif pada konsumen. Rook 1987 mendefinisikan pembelian impulsif sebagai perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana, tertarik secara emosional, serta proses pembuatan keputusan dilakukan dengan cepat tanpa berpikir 28 secara bijak dan adanya pertimbangan terhadap keseluruhan informasi dan alternatif yang ada. Dapat juga dikatakan bahwa membeli impulsif digambarkan sebagai perilaku pembelian yang tidak direncanakan yang ditandai oleh, tiba-tiba, kuat dan sering gigih mendesak untuk membeli yang dimulai secara spontan pada saat konfrontasi dengan aitem tertentu, dan disertai dengan perasaan senang dan kegembiraan Rook, dalam Herabadi, Verplanken, Knippenberg, 2009; Rook, dalam Verplanken Herabadi, 2001. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ethnocentrism dapat memberikan dampak terhadap pembelian impulsif pada konsumen yang secara khusus dalam penelitian ini ialah remaja. Hal ini didukung juga dengan karakteristik remaja yang memasuki masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan perubahan suasana hati. Bagan Hubungan Ethnocentrism dan Kecenderungan Pembelian Impulsif Remaja ethnocentrism tinggi selektif terhadap produk impor niat dan kecenderungan pembelian impulsif terhadap impor rendah 29

E. Hipotesis