Hubungan kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah.

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTRAVERT DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Nursih Pratiwi NIM : 089114017

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kar ya t ulis ini kuper sembahkan unt uk . . .

Tuhanku, Yesus Kr ist us yang Maha Kasih

Alamamat er ku Fakult as Psikologi Univer sit as Sanat a Dhar ma

Yogyakar t a

Kedua or ang t uaku yang selalu t ulus menyayangiku

Sahabat -sahabat ku yang selalu menemani dalam t angis dan t awa


(5)

v “J adilah kepadamu menur ut imanmu…” (Mat ius 9: 29b)

“I a membuat segala sesuat u indah pada wakt unya…. ” (Pengkot bah 3: 11)


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya milik orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Februari 2013 Penulis,


(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTRAVERT DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA TENGAH

Nursih Pratiwi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Pembelian impulsif pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kepribadian (Verplanken & Herabadi, 2001). Kepribadian membentuk identitas diri. Salah satu bentuk ekspresi simbol identitas diri adalah pembelian impulsif (Dittmar et al., dalam Verplanken & Herabadi, 2001). Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Subjek penelitian ini adalah remaja yang berusia 15-18 tahun yang berjumlah 85 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik convenience sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala modifikasi dari skala model Likert yang terdiri dari dua bagian, yaitu: 1) Skala pembelian impulsif, 2) Skala kepribadian ekstravert. Skala pembelian impulsif memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,858 dari 20 aitem, sedangkan skala kepribadian ekstravert memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,897 dari 37 aitem. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis Product Moment Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara tipe kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif (r = -0,249 dengan p= 0,05; p<0,05).


(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN EXTRAVERT PERSONALITY AND IMPULSIVE BUYING TENDENCY IN MIDDLE ADOLESCENTS

Nursih Pratiwi

ABSTRACT

The aim of this research was to find out the correlation between extravert personality and impulsive buying tendency in middle adolescents. Impulsive buying in adolescents can be influenced by some factors, such as personality (Verplanken & Herabadi, 2001). Personality formed identity. One form of expression symbol identity is impulsive buying (Dittmar et al., in Verplanken & Herabadi, 2001). The proposed hypothesis is as follow there is a positive relationship between extravert personality and impulsive buying tendency in middle adolescents. The subjects of this research is adolescents who was 15-18 years old who totaled 85 persons who were selected by using convenience sampling techniques. The data collected in this research was conducted two scales using modification scale from Likert’ scale model. First, the impulsive buying tendency scale. Second, the extravert personality scale. The reliability of impulsive buying tendency types scale tested by using reliability coefficient Alpha Cronbach and obtained result for 0,858 of 20 items. The reliability coefficient Alpha Cronbach for extravert personality scale was 0,897 of 37 items. The research data were analyzed using Pearson’s Product Moment Correlation analysis. The result showed that there was a negative correlation between extravert personality types and impulsive buying tendency (r coefficient was -0,249 with p=0,05; p<0,05).


(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Nursih Pratiwi NIM : 089114017

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan antara Kepribadian Ekstravert dan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Tengah

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 15 Februari 2013

Yang menyatakan,


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas petunjuk, berkat, perlindungan, serta kasih yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan satu tahap proses kehidupan, yaitu skripsi. Penulis menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan setulusnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi berkat dalam hidupku. Puji syukur Bapa atas naungan kasihmu setiap waktu bagiku, You are my inspiration, Lord.

2. Keluargaku tercinta, orang tua dan kakak-kakakku, terima kasih atas dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan untuk penulis.

3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik. Terima kasih untuk cerita dan motivasinya selama 4,5 tahun penulis menempuh pendidikan di Psikologi.

4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam proses administrasi akademik.

5. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, S.Psi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar memberi masukan, waktu, serta dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk diskusi-diskusi selama ini yang terkadang terselip obrolan di luar skripsi.


(11)

xi

6. Ibu Debri Pristinella, S.Psi., M. Si. dan Ibu P. Henrietta PDADS, S.Psi., M.A. selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukan dan arahan yang sangat berarti untuk karya tulis ini.

7. Semua Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajarkan penulis hal-hal mengenai Psikologi. Maafkan bila penulis sering bolos kelas.

8. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi’. Terima kasih untuk bantuannya selama ini.

9. Chelly dan Wawan teman seperjuanganku, terima kasih atas semangat, bantuan, dan canda tawa selama proses bimbingan skripsi, “Perjuangan kita baru dimulai setelah ini kawan, tetap semangat!!”

10.Mila yang telah menjadi guru dadakan bidang SPSS, “Jasamu sungguh tiada tara…”

11.Pauline, Puput, Rimpi, Winas, Heni, Chelly, Anis, Meili, Tiwi, Anggun, Kika, Skolas, Lusi, Wahyu. Teman-temanku yang suka berceloteh ria dan hobi nongkrong, terima kasih telah mengisi hari-hariku dengan keceriaan. “Buat Pauline makasih atas segala saran dan tips yang diberikan… Heni makasih buku kepribadiannya… Puput dan Winas yang sering jadi tempat curcol… Rimpi, makasih mbak bro selalu memberi semangat buat segera menyelesaikan skripsi.. Oh guys, kamsa hamnida… saranghaeyo………” 12.Teman-temanku di Psikologi yang selama 4,5 tahun ini berjuang bersama

di bangku kuliah, “Akan sangat merindukan hari-hari di kelas bersama kalian teman...”


(12)

xii

13.Teman-teman SLAMT’S yang selalu membagi keceriaan dengan kehebohan kalian sejak SMA sampai sekarang, “Aku sayang kalian….” 14.Dek Nila dan Dek Nina yang sudah membantu menyebarkan skala, “Matur

nuwun dek… Beginilah susahnya cari subjek...”

15.Kang Ferry, terima kasih untuk laptopnya. Di setiap cobaan pasti selalu ada jalan keluar.

16.Seniorku, terima kasih buat dukungan dan gombalannya ketika malas melanda sehingga membuat semangat kembali berkobar untuk menyelesaikan skripsi ini.

17.Tinus, “Senang punya sahabat sepertimu bro. Tiada waktu tanpa tertawa.” 18.Aloysius Nikho Harwanda, yang telah menemani penulis di saat suka dan

duka, “Terima kasih sayang telah membuat hidupku lebih berwarna.” 19.Terima kasih atas kerja sama untuk teman-teman yang menjadi subjek

dalam penelitian ini.

20.Segenap pihak yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis yang tidak bisa penulis ungkap satu per satu, terima kasih atas pengalaman hidup yang kualami bersama kalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.


(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat penelitian ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Remaja Tengah ... 9

1. Pengertian Masa Remaja ... 9


(14)

xiv

3. Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja ... 11

B. Pembelian Impulsif ... 13

1. Pengertian Pembelian Impulsif ... 13

2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif... 15

C. Kepribadian ... 16

1. Pengertian Kepribadian ... 16

2. Penggolongan Kepribadian Menurut Carl Jung ... 17

3. Tipe Kepribadian Ekstravert dan Introvert ... 18

4. Aspek-aspek Kepribadian Ekstravert dan Introvert ... 19

D. Hubungan antara Kepribadian Ekstravert dan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Tengah ... 21

E. Kerangka Berpikir ... 24

F. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Identifikasi Variabel ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Prosedur Penelitian ... 28

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 29

G. Uji Validitas, Seleksi Aitem, dan Reliabilitas ... 32


(15)

xv

2. Seleksi Aitem ... 32

3. Reliabilitas ... 34

H. Metode Analisis Data ... 35

1. Uji Asumsi Data Penelitian ... 35

a. Uji Normalitas ... 35

b. Uji Linieritas ... 35

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Pelaksanaan Penelitian ... 37

B. Deskripsi Data Penelitian ... 37

C. Analisis Data Penelitian... 39

1. Uji Asumsi Data Penelitian ... 39

a. Uji Normalitas ... 39

b. Uji Linieritas ... 40

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 41

D. Pembahasan ... 41

BAB V. PENUTUP ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Keterbatasan Penelitian ... 45

C. Saran ... 46

1. Bagi Remaja ... 46

2. Bagi Orang Tua ... 46


(16)

xvi

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN ... 49


(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Kepribadian Ekstravert ... 30

Tabel 2. Blue-Print Skala Kepribadian Ekstravert ... 30

Tabel 3. Skor Penilaian Skala Pembelian Impulsif ... 31

Tabel 4. Blue-Print Skala Pembelian Impulsif ... 32

Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Kepribadian Ekstravert (setelah uji coba) ... 33

Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Pembelian Impulsif (setelah uji coba) ... 34

Tabel 7. Penghitungan Teoritik ... 38

Tabel 8. Penghitungan Empirik dengan One-Sample Statistics ... 38

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ... 39

Tabel 10. Hasil Uji Linieritas ... 40

Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Skala Kepribadian Ekstravert dan Skala Pembelian Impulsif ... 41


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Pembelian Impulsif dan Kepribadian Ekstravert... 50

Lampiran 2. Uji Reliabilitas Skala Pembelian Impulsif ... 58

Lampiran 3. Uji Reliabilitas Skala Kepribadian Ekstravert ... 61

Lampiran 4. Uji Asumsi ... 68

Lampiran 5. Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert dan Pembelian Impulsif ... 69


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelian impulsif telah menjadi gaya hidup yang menyebar ke setiap segmen populasi dan terjadi di berbagai situasi dan budaya yang berbeda (Kacen & Lee, 2002). Rook (dalam Verplanken, 2001) menyatakan bahwa pembelian impulsif adalah pembelian tidak terencana yang dikarakteristikkan dengan pembelian yang mendadak, diikuti dengan perasaan menyenangkan dan memuaskan. Pembelian impulsif tidak memikirkan konsekuensi terhadap barang yang telah dibeli, misalnya uang yang dihabiskan untuk barang yang tidak perlu.

Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Pembelian impulsif mempunyai arti suatu desakan hati yang tiba-tiba dengan penuh kekuatan, tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, dan tanpa banyak memperhatikan akibatnya.

Fokus perhatian individu dalam pembelian impulsif terletak pada kepuasan dari keputusan spontan pembelian suatu barang. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembelian juga sangat singkat. Oleh karena itu, orang-orang dengan kecenderungan pembelian impulsif ini hampir tidak mungkin untuk menunda pembelian dengan melakukan pertimbangan, berdiskusi dengan


(20)

orang lain, atau membandingkan produk yang satu dengan produk yang lain (Rook & Fisher, 1995).

Terdapat contoh sebuah penelitian kecil yang memperlihatkan bahwa konsumen melakukan pembelian impulsif jika konsumen menghadapi suatu produk, memproses informasi mengenai hal tersebut secara holistik, dan memberi reaksi dengan pengaruh positif yang sangat kuat. Hasil studi menunjukkan sekitar 39% dari pembelian di toko serba ada (toserba) dan 67% dari pembelian di toko sandang dan pangan adalah tidak direncanakan (Mowen & Minor, 2002). Penelitian lain menunjukkan 65% keputusan pembelian di supermarket dilakukan di dalam toko, dan lebih dari 50% merupakan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya (Bayley, et al. dalam Semuel, 2007).

Fenomena ini menarik untuk diteliti karena pembelian impulsif juga melanda kehidupan remaja yang sebenarnya belum memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa remaja, kematangan emosi individu belum stabil yang mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Membeli tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan, tetapi membeli dilakukan karena alasan lain seperti sekedar mengikuti arus mode atau hanya ingin mencoba produk baru (Zebua & Nurdjayadi, 2001).

Masa perkembangan remaja tengah memiliki rentang usia antara 15-18 tahun (Santrock, 2003). Pada masa ini remaja memiliki minat akan simbol status. Simbol status merupakan simbol prestise yang menunjukkan bahwa


(21)

orang yang memilikinya mempunyai status yang lebih tinggi dalam kelompok (Hurlock, 1980). Kondisi emosional remaja yang belum matang membuat remaja tidak memikirkan segala sesuatu dengan baik sehingga dapat mengganggu pengambilan keputusan.

Steinberg menyatakan secara psikososial perkembangan remaja memang dihadapkan kepada hal-hal yang berhubungan dengan peran mereka sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak dilakukan dengan uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin ia beli. Di sisi lain, remaja sebagai konsumen memiliki karakteristik mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak berpikir hemat, dan kurang realistis (dalam Wulandari, 2004). Hal ini dapat membuat remaja melakukan pembelian secara impulsif.

Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif. Faktor internal tersebut seperti kondisi mood dan emosi konsumen. Keadaan mood dapat mempengaruhi perilaku konsumen, misalnya kondisi mood konsumen yang sedang senang atau sedih. Pada konsumen yang memiliki mood negatif, pembelian impulsif lebih tinggi dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kondisi mood yang negatif tersebut. Sedangkan faktor eksternal seperti kategori produk dan pengaruh toko juga mempengaruhi pembelian impulsif. Faktor-faktor ini misalnya penampilan produk (bau yang menyenangkan, warna yang menarik), cara memasarkan produk, dan tempat dimana produk itu dijual. Tata ruang dan dekorasi toko yang menarik juga lebih menimbulkan


(22)

dorongan pembelian impulsif. Verplanken dan Herabadi (2001) juga mempertimbangkan kepribadian individu sebagai variabel yang mempengaruhi pembelian. Kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan kecenderungan pembelian impulsif. Selanjutnya akan dibahas mengenai kepribadian yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif.

Keputusan konsumen sering didasarkan pada kepribadiannya ketika memilih suatu produk. Konsumen akan menampakkan karakter-karakter yang mampu merespon berbagai situasi yang dihadapi. Konsumen secara alamiah akan membangun seperangkat karakteristik yang relatif tetap yang mampu memberikan jawaban bagaimana seharusnya mereka merespon setiap situasi. Artinya, kepribadian merupakan panduan konsumen dalam memilih cara untuk memenuhi tujuannya dalam berbagai situasi yang berbeda termasuk bagaimana cara konsumen memandang dirinya sendiri dalam menentukan pilihan produk yang akan dibeli (Ferrinadewi, 2008). Pernyataan tersebut didukung oleh Anwar (2005) yang menyatakan dalam mengambil keputusan membeli, konsumen dipengaruhi oleh kepribadian dalam diri. Hall dan Lindzey (1993) mengartikan kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata-tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu. Kepribadian mencakup usaha-usaha penyesuaian diri yang khas dari tingkah laku individu.

Terdapat banyak teori tentang perkembangan kepribadian, salah satunya adalah teori kepribadian Carl Jung. Jung melihat kepribadian individu sebagai


(23)

produk dan wadah sejarah leluhur. Manusia modern dibentuk oleh pengalaman-pengalaman generasi masa lampau. Penekanan dalam perkembangan manusia ini menjadikan pandangan kepribadian Jung berbeda dengan tokoh kepribadian lain (dalam Hall & Lindzey, 1993).

Menurut Jung, kepribadian mencakup seluruh pikiran, perasaan, dan perilaku baik secara sadar maupun tidak sadar serta mengarahkan kita dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial dan fisik (dalam Hall & Lindzey, 1993). Jung berpendapat dalam psikologi terdapat dua dimensi cara berperilaku. Dua dimensi tersebut berorientasi dan menggambarkan tentang arah aliran energi psikis atau perhatian yaitu ektraversi dan introversi. Ekstraversi adalah energi psikis yang diarahkan untuk mewujudkan dunia luar atau sesuatu. Sedangkan introversi adalah energi psikis yang fokus pada proses-proses psikis internal yang meliputi perasaan dan ide-ide pemikiran (dalam Ferrinadewi, 2008).

Jung mengungkapkan konsep jiwa sebagai dasar pembagian tipe kepribadian. Berdasarkan sikap jiwa tersebut, manusia digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe ekstravert dan tipe introvert. Individu dengan tipe kepribadian ekstravert dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya tertuju ke luar yaitu pikiran, perasaan, serta tindakan ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Individu ekstravert bersikap positif, lebih terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain lancar. Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya tertuju ke dalam yaitu pikiran, perasaan, serta


(24)

tindakan ditentukan faktor-faktor subjektif. Individu introvert kurang dapat menyesuaikan diri dengan dunia luar, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik hati orang lain (dalam Suryabrata, 2008).

Shahjehan et al., (2012) menyimpulkan bahwa karakter kepribadian mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Sifat terbuka menunjukkan bahwa individu-individu yang lebih imajinatif, penasaran, dan berpikir luas mungkin untuk menampilkan perilaku pembelian impulsif. Individu yang mudah bersosialisasi, banyak bicara, dan tegas adalah individu yang juga memiliki sifat kepribadian berkaitan positif dengan perilaku pembelian impulsif. Selain itu, sifat berhati-hati mencakup tingkat perhatian yang tinggi dengan kontrol impuls yang baik dan perilaku yang diarahkan pada tujuan. Dorongan hati yang tinggi cenderung terorganisir dan memperhatikan detail. Hal ini merupakan ciri yang dapat meningkatkan kemungkinan individu untuk memanjakan diri dalam perilaku pembelian impulsif. Dittmar et al., (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) juga menjelaskan konsumen yang impulsif akan melakukan kegiatan pembelian barang atau produk tertentu untuk mengungkapkan diri mereka atau mengungkapkan identitas kelompok.

Verplanken dan Herabadi (2001) menemukan hubungan antara kepribadian yang dimiliki individu terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Penelitian ini dilakukan terhadap subjek yang berusia lebih dari 18 tahun. Individu bertipe ekstraversi memiliki kecenderungan pembelian impulsif tinggi yang ditandai dengan ketertarikan secara berlebihan terhadap


(25)

stimulasi produk yang ditawarkan. Beatty dan Ferrell (dalam Lin & Chuang, 2005) menambahkan bahwa sebagian besar fokus penelitian mengenai pembelian impulsif adalah orang dewasa. Simpson et al., (dalam Lin & Chuang, 2005) juga berpendapat hanya sedikit penelitian yang berfokus pada remaja, dalam kenyataannya pemasar menjadikan remaja sebagai target pemasaran karena mereka percaya bahwa remaja mendatangkan pendapatan yang lebih banyak. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Kepribadian Ekstravert dan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan positif antara kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah.


(26)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Teoretis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang memperkaya kajian teori dan penelitian bagi psikologi konsumen dan psikologi perkembangan remaja, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan pada penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Praktis

a. Remaja dapat melakukan evaluasi mengenai perilaku membeli untuk diri sendiri dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan. b. Orang tua dapat memahami perilaku membeli yang dilakukan remaja.


(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja Tengah

1. Pengertian Masa Remaja

Santrock (2003) menjelaskan definisi remaja dengan pertimbangan tentang usia dan pengaruh faktor sosial-sejarah sehingga masa remaja

(adolescence) dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara

masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Dapat disimpulkan bahwa usia remaja dimulai dari 11-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai pada kemandirian.

Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa anak-anak ke arah masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan emosional.


(28)

2. Karakteristik pada Masa Remaja Tengah

Masa perkembangan pada remaja tengah (middle adolescent) berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang mana antara peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialistis, dan sebagainya (Sarwono, 2007).

Remaja pertengahan mempunyai rentang usia antara 15-18 tahun. Pada masa ini remaja secara fisik menjadi percaya diri dan mendapatkan kebebasan secara psikologi dari orang tua, memperluas pergaulan dengan teman sebaya, dan mulai mengembangkan persahabatan dan keterkaitan dengan lawan jenis (Santrock, 2003).

Hurlock (1980) menyatakan bahwa remaja memiliki minat akan simbol status. Simbol status merupakan simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya mempunyai status yang lebih tinggi dalam kelompok, seperti dapat membelanjakan uang tanpa harus bekerja dapat menyatakan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Hurlock juga menyatakan salah satu ciri masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupannya itu belum tentu sesuai dengan pandangan orang lain dan juga dengan kenyataan. Selain itu, bagaimana remaja memandang segala sesuatu bergantung pada emosinya sehingga menentukan pandangannya terhadap suatu objek psikologis.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja tengah memiliki karakteristik kurang realistis dan emosi yang kurang


(29)

stabil. Remaja mengalami perubahan minat dan salah satunya memiliki ketertarikan pada simbol status.

3. Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu:

a. Perkembangan fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

b. Perkembangan kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara


(30)

hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.

c. Perkembangan kepribadian dan sosial

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).


(31)

B. Pembelian Impulsif

1. Pengertian Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif dikatakan sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan (Verplanken & Herabadi, 2001). Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Dalam bahasa Inggris, pembelian impulsif mempunyai arti suatu desakan hati yang tiba-tiba dengan penuh kekuatan, tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, dan tanpa banyak memperhatikan akibatnya (Mowen & Minor, 2002).

Kacen dan Lee (2002) mengartikan impulse buying atau pembelian yang tidak terencana sebagai tindakan pembelian yang dilakukan tanpa melakukan pertimbangan terlebih dahulu. Menurut Rook (1995) pembelian impulsif juga didefinisikan sebagai pembelian tanpa rencana yang mempunyai ciri-ciri yaitu pengambilan keputusan yang relatif cepat dan prasangka subjektif dalam keinginan untuk segera memiliki suatu barang. Pembelian impulsif juga merupakan perilaku belanja yang berlebih, kurang terencana, dan tak tertahankan dibandingkan dengan perilaku belanja terencana. Konsumen yang impulsif cenderung tidak memikirkan sesuatu, mudah tertarik terhadap sesuatu, dan menginginkan kepuasan segera. Konsumen semacam ini seringkali tidak terlalu


(32)

memperhatikan akibat negatif yang mungkin timbul akibat tindakan yang mereka lakukan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif adalah suatu tindakan membeli atas dasar dorongan yang kuat untuk memiliki sesuatu yang dilakukan secara spontan dan tanpa perencanaan sebelumnya oleh konsumen.

2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif

Verplanken dan Herabadi (2001) mengatakan terdapat dua aspek penting dalam pembelian impulsif, yaitu :

a. Kognitif

Fokus pada aspek ini adalah konflik yang terjadi pada kognitif individu yang meliputi :

1. Kurangnya perencanaan dan pertimbangan ketika membuat keputusan pembelian.

2. Kurangnya ketelitian dalam melakukan evaluasi pembelian produk. b. Afeksi

Fokus pada aspek afeksi adalah kondisi emosional individu yang meliputi :

1. Timbulnya perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian.

2. Timbulnya dorongan untuk segera melakukan pembelian. 3. Timbulnya perasaan resah bila melewatkan suatu produk.


(33)

4. Timbulnya perasaan menyesal setelah membeli suatu produk.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif. Faktor internal tersebut seperti kondisi mood dan emosi konsumen. Keadaan

mood dapat mempengaruhi perilaku konsumen, misalnya kondisi mood

konsumen yang sedang senang atau sedih. Kepribadian individu juga merupakan variabel yang mempengaruhi pembelian. Kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan kecenderungan pembelian impulsif. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pembelian impulsif seperti kategori produk dan pengaruh toko. Faktor-faktor ini misalnya penampilan produk (bau yang menyenangkan, warna yang menarik), cara memasarkan produk, tempat produk itu dijual, tata ruang, dan dekorasi toko yang menarik.

Lin dan Chuang (2005) menjelaskan jika dilihat secara psikologis, perilaku impulsif dapat didasarkan pada usia dan kecerdasan emosi. Berkenaan dengan faktor usia, Wood (1998) menemukan hubungan terbalik antara usia dengan pembelian impulsif. Pembelian impulsif naik pada rentang usia 18-39 tahun dan menurun pada usia selanjutnya. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Bellenger et al., (1978) yang menemukan bahwa pembeli dengan usia di bawah 35 tahun lebih impulsif dalam membeli daripada pembeli yang berusia lebih dari 35 tahun.


(34)

Individu yang lebih dewasa dari segi usia lebih dapat mengontrol ekspresi emosi mereka daripada individu yang lebih muda (dalam Lin & Chuang, 2005).

C. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Kata kepribadian atau personality berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu persona, yang berarti “topeng” yang biasa dipakai artis dalam teater. Para artis bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu memiliki ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal dari pengertian kepribadian adalah tingkah laku yang ditempatkan di lingkungan sosial. Kesan mengenai diri yang diinginkan agar ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2004).

Hall dan Lindzey (1993) mendefinisikan kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata-tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu. Kepribadian mencakup usaha-usaha penyesuaian diri yang khas dari tingkah laku individu.

Kepribadian menurut Eysenck (dalam Alwisol, 2004) adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan dari keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku itu berasal dan dikembangkan melalui empat sektor utama yang mengorganisir tingkah laku, yaitu sektor kogitif (intelegensi), sektor


(35)

konatif (karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatik (konstitusi). Sedangkan menurut Jung, kepribadian adalah totalitas segala peristiwa psikis yang disadari maupun tidak disadari atau disebut juga sebagai psyche. Kesadaran mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dengan dunianya. Sedangkan sikap jiwa oleh Jung masih dibagi menjadi dua golongan yaitu kecenderungan ekstrovert dan introvert (Suryabrata, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah segala bentuk sifat dan tingkah laku yang khas yang dapat membedakan seorang individu dengan individu lainnya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Penggolongan Kepribadian Menurut Carl Jung

Pembagian kepribadian menurut Carl Jung didasarkan atas arah aktivitas psikis dan arah orientasi manusia yang mengarah ke dalam diri individu tersebut atau sebaliknya mengarah ke luar dari diri individu tersebut. Jung mengungkapkan konsep jiwa sebagai dasar pembagian tipe kepribadian. Berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe ekstravert dan tipe introvert. Tokoh lain yang memperkuat dasar teoritis Jung adalah H.J. Eysenck. Dalam penelitiannya, Eysenck menemukan dua faktor dasar yaitu neuroticism dan


(36)

3. Tipe Kepribadian Ekstravert dan Introvert

Carl Jung mengatakan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstravert dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya tertuju ke luar yaitu pikiran, perasaan, serta tindakan ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Individu ekstravert bersikap positif, lebih terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain lancar (dalam Suryabrata, 2008). Eysenck (dalam Alwisol, 2004) memberikan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian ekstravert, yaitu keras hati, impulsif, cenderung santai, mencari sesuatu yang baru, kinerja ditingkatkan oleh kesenangan, lebih menyukai lapangan pekerjaan yang melibatkan hubungan dengan orang lain, tahan terhadap rasa sakit, dan suka mengambil kesempatan atau resiko.

Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya tertuju ke dalam yaitu pikiran, perasaan, serta tindakan ditentukan faktor-faktor subjektif. Individu introvert kurang dapat menyesuaikan diri dengan dunia luar, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik hati orang lain (dalam Suryabrata, 2008). Tipe kepribadian introvert menurut Eysenck (dalam Alwisol, 2004) memiliki karakterisitik yaitu lemah lembut, introspeksi, serius, cenderung menyukai hal-hal yang tetap, kinerja terganggu oleh kesenangan, lebih


(37)

menyukai lapangan pekerjaan yang individual, sensitif terhadap rasa sakit, dan cenderung menahan diri dalam mengambil kesempatan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstravert adalah individu yang cenderung mudah menyesuaikan diri dengan dunia luar dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert adalah individu yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan dunia luar dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya.

4. Aspek-aspek Kepribadian Ekstravert dan Introvert

Aspek-aspek kepribadian ekstravert dan introvert menurut Hans Eysenck(dalam Eysenck & Sybil, 1969) adalah :

a. Sociability

Aspek ini menunjukkan penyesuaian diri dengan orang lain yang baik. Sociability yang baik biasanya dimiliki pada individu dengan kepribadian ekstravert. Mereka merasa nyaman dan suka berinteraksi dengan orang lain sehingga memiliki banyak teman, ramah, dan pemberani. Sebaliknya individu yang introvert biasanya memiliki kecenderungan sociability yang buruk. Mereka lebih menyukai kesendirian dan cenderung menarik diri dari pergaulan sosial daripada bertemu dengan orang lain. Individu ini juga merasa kurang dapat menarik hati orang lain sehingga mereka cenderung sukar bergaul.


(38)

b. Liveliness

Aspek ini menunjukkan kegembiraan, hidup, aktif, dan penuh energi atau energik. Individu yang ekstravert mampu membuat suasana yang dingin menjadi lebih hidup atau hangat dan akrab. Mereka juga sering merasa riang gembira dan menyukai suasana yang ramai. Sedangkan individu yang introvert cenderung jarang merasa riang gembira. Mereka juga menyukai kesunyian dan ketenangan, bukan suasana yang ramai sehingga mereka cenderung kurang mampu membuat suasana menjadi hangat dan akrab. Individu yang introvert juga kurang suka beraktivitas.

c. Jocularity

Aspek ini menunjukkan sifat yang suka bercanda atau humoris dan spontan sehingga suka mengungkapkan kata-kata atau komentar lucu. Individu dengan kepribadian ekstravert cenderung memiliki

jocularity yang baik. Mereka mampu membuat orang lain tertawa

dengan lelucon-leluconnya yang lucu. Sebaliknya individu dengan kecenderungan introvert lebih suka mengontrol tindakan dan kata-kata yang akan diucapkannya. Mereka juga kurang memiliki inisiatif untuk mengungkapkan komentar lucu sehingga terlihat menahan diri dan tampak kaku.

d. Impulsiveness

Aspek ini merupakan sifat individu dengan perilaku yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam diri. Dorongan yang ada di


(39)

dalam diri dapat dengan mudah dikeluarkan individu yang ekstravert. Mereka juga kurang teliti dan bertindak tanpa berpikir dahulu. Hal ini yang menyebabkan mereka terkesan agresif. Individu dengan kepribadian introvert akan berusaha memikirkan dan mempertimbangkan segala tindakan yang akan dilakukan sehingga dorongan yang ada di dalam diri kurang dapat diungkapkan dengan baik.

D. Hubungan antara Kepribadian Ekstravert dan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Tengah

Masa remaja adalah masa dimana remaja mengambil keputusan mengenai masa depan, teman-teman mana yang dipilih, sekolah mana yang akan dipilih, dan sebagainya (Santrock, 2003). Salah satu aspek perkembangan pada masa remaja adalah perkembangan kepribadian dan sosial yang merupakan perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan orang lain serta menyatakan emosi secara unik (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan ini terlihat ketika remaja mulai berhubungan dengan teman-teman sebayanya. Hal ini dapat mempengaruhi remaja dalam bersikap, berpenampilan, dan minat terhadap sesuatu.

Berbagai perubahan terjadi pada remaja seperti perubahan minat, salah satunya adalah minat akan simbol status. Simbol status merupakan simbol

prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya mempunyai status


(40)

menunjukkan simbol status adalah dengan membeli pakaian, aksesoris, dan barang-barang yang mudah terlihat oleh orang lain.

Steinberg menyatakan secara psikososial perkembangan remaja memang dihadapkan kepada hal-hal yang berhubungan dengan peran mereka sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak dilakukan dengan uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin ia beli. Di sisi lain, remaja sebagai konsumen memiliki karakteristik mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak berpikir hemat, dan kurang realistis (dalam Wulandari, 2004).

Pada masa remaja, kematangan emosi individu yang belum stabil mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar (Zebua & Nurdjayadi, 2001). Kondisi emosional remaja yang belum matang membuat remaja tidak memikirkan segala sesuatu dengan baik sehingga dapat mengganggu pengambilan keputusan. Hal inilah yang membuat remaja melakukan kegiatan membeli barang-barang yang dirasa mampu untuk menunjukkan status mereka secara tidak terencana. Apabila kegiatan membeli barang secara tidak terencana dilakukan terus menerus, maka dapat memicu terjadinya perilaku pembelian impulsif.

Verplanken dan Herabadi (2001) mempertimbangkan kepribadian individu sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi pembelian dimana kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan kecenderungan pembelian impulsif.


(41)

Kepribadian ekstravert dan introvert dipakai karena setiap individu diyakini berada dalam kedua kontinum tersebut. Remaja dengan kecenderungan kepribadian ekstravert memiliki karakteristik mudah berinteraksi dengan orang lain, aktif, spontan, dan kurang teliti. Remaja dengan tipe ini akan cepat tertarik pada suatu produk yang ditawarkan dan cenderung spontan ketika mengambil keputusan pembelian. Remaja tengah biasanya mudah terpengaruh oleh penampilan teman-temannya. Hal inilah yang membuat remaja membeli barang untuk menunjukkan status mereka di depan teman-temannya.

Sebaliknya, remaja yang cenderung introvert lebih menyukai kesendirian, ketenangan, dapat mengontrol perilaku, dan mempertimbangkan segala tindakan. Remaja dengan tipe introvert cenderung tidak mudah terpengaruh pada penawaran sebuah produk karena individu bertipe ini akan berpikir dahulu sebelum bertindak sehingga akan berhati-hati dalam mengambil keputusan pembelian. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis mengasumsikan bahwa kepribadian ekstravert cenderung memiliki tingkat pembelian impulsif yang lebih tinggi daripada kepribadian introvert.


(42)

E. Kerangka Berpikir

Gambar 1.

Skema Dinamika Hubungan antara Kepribadian Ekstravert-Introvert dan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Tengah

Remaja Mencari identitas Mudah terpengaruh Mudah terbujuk Kurang realistis Emosi belum

stabil

Remaja Ekstravert Mudah

berinteraksi Aktif Spontan dan

humoris Kurang teliti

Kecenderungan pembelian impulsif tinggi Remaja Introvert Menyukai kesendirian Menyukai ketenangan Mengontrol perilaku Penuh pertimbangan Kecenderungan pembelian impulsif rendah


(43)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi kecenderungan kepribadian ekstravert subjek maka semakin tinggi pula kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan individu. Sebaliknya, semakin tinggi kecenderungan kepribadian introvert subjek maka semakin rendah kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan individu.


(44)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Fraenkel dan Wellen, 2008). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kecenderungan kepribadian ekstravert dengan pembelian impulsif pada remaja.

B. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Variabel bebas : kepribadian ekstravert

Variabel tergantung : pembelian impulsif

C. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Azwar (2004) adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Definisi-definisi operasional dalam penelitian ini adalah :


(45)

1. Kepribadian ekstravert

Karakteristik kepribadian ekstravert-introvert terdiri dari empat aspek, yaitu sociability (menunjukkan bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan orang lain), liveliness (menunjukkan sikap aktif dan energik yang dimiliki individu), jocularity (menunjukkan sifat spontan dan humoris), dan impulsiveness (menunjukkan perilaku individu yang sesuai dengan dorongan hati).

Keempat aspek tersebut akan diukur dalam skala kepribadian ekstravert. Skala ini disusun oleh penulis dengan acuan skala yang pernah dibuat oleh Hans Eysenck (dalam Eysenck & Sybil, 1969). Perolehan skor pada skala ini akan menunjukkan kecenderungan kepribadian subjek. Semakin tinggi skor totalnya, maka subjek diasumsikan memiliki kepribadian ekstravert. Sebaliknya, semakin rendah skor totalnya, maka subjek diasumsikan memiliki kepribadian introvert.

2. Pembelian impulsif

Pembelian impulsif meliputi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Pengukuran aspek pembelian impulsif ini menggunakan alat berupa skala kecenderungan pembelian impulsif yang disusun penulis dengan acuan skala yang pernah dibuat oleh Verplanken dan Herabadi (2001). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka kecenderungan subjek melakukan pembelian impulsif tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka kecenderungan subjek dalam melakukan pembelian impulsif rendah.


(46)

D. Subjek Penelitian

Populasi menurut Azwar (2004) adalah seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti dan yang nantinya akan dikenai generalisasi. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi. Oleh karena itu, sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2004). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja tengah dengan rentang usia 15-18 tahun.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

convenience sampling. Teknik convenience sampling dilakukan dengan cara

memilih responden terutama berdasarkan ketersediaan dan keinginan mereka untuk merespon (Shaughnessy et al., 2012).

E. Prosedur Penelitian

1. Penulis membuat skala kepribadian ekstravert dan skala pembelian impulsif dengan metode skala Likert untuk diujicobakan pada subjek penelitian.

2. Melakukan uji validitas, seleksi aitem, dan uji reliabilitas pada kedua skala untuk mendapatkan aitem yang valid dan reliabel.

3. Menganalisis data dengan uji korelasi statistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecenderungan kepribadian ekstravert dengan pembelian impulsif pada remaja.


(47)

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk skala, yaitu skala kepribadian ekstravert dan skala pembelian impulsif. Kedua skala tersebut disusun dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method of summate rating) yang merupakan metode penskalaan model Likert. Metode ini merupakan pengukuran sikap yang mengusahakan respon subjek sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable dalam Azwar, 2004). Kedua skala tersebut antara lain :

1. Skala pengukuran kepribadian ekstravert

Skala ini disusun oleh penulis dengan mengacu pada skala yang sudah pernah dibuat oleh Hans Eysenck (dalam Eysenck & Sybil, 1969). Skala ini dibuat untuk mengukur kecenderungan kepribadian ekstravert-introvert pada remaja. Terdapat empat aspek dalam skala ini, yaitu

sociability, liveliness, jocularity, dan impulsiveness. Respon yang

digunakan dalam skala ini terdiri dari empat kategori bentuk yang menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan jawaban, yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), dan “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Aitem-aitem dalam skala kepribadian ekstravert terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Aitem favorable merupakan aitem yang bersifat positif atau mendukung aspek-aspek dari variabel kepribadian ekstravert. Sedangkan aitem unfavorable merupakan aitem yang bersifat negatif atau mendukung aspek-aspek dari variabel


(48)

kepribadian introvert. Adapun penentuan skor dalam pernyataan favorable

dan unfavorable adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Kepribadian Ekstravert

Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Perolehan skor pada skala ini akan menunjukkan kecenderungan kepribadian subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek maka semakin tinggi kecenderungan kepribadian ekstravert subjek, sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subjek menunjukkan semakin tinggi kecenderungan kepribadian introvert subjek.

Tabel 2. Blue-PrintSkala Kepribadian Ekstravert

Aspek Nomor Aitem

Favorable

Nomor Aitem

Unfavorable

Total Aitem (%)

1. Sociability 1, 9, 21, 32, 33,

41

5, 16, 17, 25, 37, 43

12 (25%)

2. Liveliness 2, 11, 22, 26,

34, 42

6, 10, 18, 27, 38, 44

12 (25%)

3. Jocularity 3, 13, 23, 28,

39, 45

7, 12, 19, 29, 35, 47

12 (25%)

4. Impulsiveness 4, 15, 24, 30,

40, 46

8, 14, 20, 31, 36, 48

12 (25%) Total Aitem (%) 24 (50%) 24 (50%) 48 (100%)


(49)

2. Skala pengukuran pembelian impulsif

Skala ini disusun oleh penulis dengan mengacu pada skala yang dibuat oleh Verplanken dan Herabadi (2001). Skala ini dibuat untuk mengukur kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan individu. Terdapat dua aspek dalam skala ini, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Respon yang digunakan dalam skala ini terdiri dari empat kategori bentuk yang menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan jawaban, yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), dan “Sangat Tidak Sesuai” (STS). Adapun penentuan skor dalam pernyataan favorable

dan unfavorable adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Skor Penilaian Skala Pembelian Impulsif

Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Perolehan skor pada skala ini akan menunjukkan kecenderungan pembelian impulsif subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek maka semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsif subjek, sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subjek menunjukkan semakin rendah pula kecenderungan pembelian impulsif subjek.


(50)

Tabel 4. Blue-PrintSkala Pembelian Impulsif

Aspek Nomor Aitem

Favorable

Nomor Aitem

Unfavorable

Total Aitem (%) 1. Kognitif 1, 9, 5 2, 6, 10, 12, 13,

17, 19

10 (50%) 2. Afeksi 3, 7, 11, 14, 15,

16, 18, 20,

4, 8 10 (50%)

Total Aitem (%) 11(55%) 9 (45%) 20 (100%)

G. Uji Validitas, Seleksi Aitem, dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Azwar (2004) validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini mengunakan validitas isi yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau melalui pendapat orang yang dianggap ahli (professional

judgment) yaitu dosen pembimbing selama proses bimbingan skripsi.

Validitas isi ini bertujuan untuk mengetahui apakah aitem-aitem tersebut mewakili seluruh aspek yang hendak diukur (Azwar, 2004).

2. Seleksi Aitem

Setelah melakukan uji validitas, seleksi aitem dilakukan dengan tujuan untuk memilih aitem-aitem yang berkualitas. Seleksi aitem diambil dari data hasil uji coba pada subjek sesuai dengan aitem-aitem yang telah dibuat berdasarkan blue-print. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem total biasanya menggunakan batasan 0,3. Semua


(51)

aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan. Sedangkan aitem yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,3 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah. Apabila jumlah aitem yang lolos ternyata tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,3 menjadi 0,25 sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai (Azwar, 2004).

Berdasarkan analisis aitem pada skala kepribadian ekstravert, koefisien korelasi aitem total dari 48 item berkisar dari -0,049 sampai dengan 0,701. Setelah melakukan seleksi item dengan standart koefisien korelasi aitem total 0,25 maka tersisa 37 aitem dengan koefisien korelasi aitem total berkisar dari 0,257 sampai 0,702. Distribusi aitem-aitem skala kepribadian ekstravert setelah uji coba dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Kepribadian Ekstravert (setelah uji coba)

Aspek Nomor Aitem

Favorable

Nomor Aitem

Unfavorable

Total Aitem Baik

1. Sociability 1, 9*, 21, 32,

33, 41

5, 16, 17, 25, 37, 43

11

2. Liveliness 2, 11, 22, 26,

34, 42

6*, 10, 18, 27*, 38*, 44

9

3. Jocularity 3, 13, 23, 28,

39, 45

7, 12, 19*, 29, 35*, 47

10

4. Impulsiveness 4, 15, 24*, 30*,

40, 46

8, 14*, 20, 31, 36*, 48*

7

Total Aitem 21 16 37

Keterangan :


(52)

Sedangkan pada skala pembelian impulsif, didapat 20 aitem baik dari 20 aitem dengan standart koefisien korelasi aitem total 0,25 yang berkisar dari 0,260 sampai dengan 0,648. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada aitem gugur pada skala pembelian impulsif. Distribusi aitem-aitem skala pembelian impulsif setelah uji coba dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Pembelian Impulsif (setelah uji coba)

Aspek Nomor Aitem

Favorable

Nomor Aitem

Unfavorable

Total Aitem Baik 1. Kognitif 1, 9, 5 2, 6, 10, 12, 13,

17, 19

10 2. Afeksi 3, 7, 11, 14, 15,

16, 18, 20,

4, 8 10

Total Aitem 11 9 20

3. Reliabilitas

Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan reliabel bila digunakan lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda, namun tetap menunjukkan hasil yang relatif konsisten. Adapun estimasi terhadap reliabilitas hasil pengukuran ini akan dihitung dengan menggunakan koefisien alpha cronbach. Nilai koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 hingga 1,00. Nilai koefisien 0,9 sudah dapat dikatakan memuaskan. Meskipun demikian, nilai koefisien reliabilitas yang mendekati angka tersebut sudah dapat dikatakan cukup berarti (Azwar, 2004).


(53)

Dari hasil penghitungan skala uji coba diperoleh reliabilitas skala kepribadian ekstravert sebesar 0,869 dari 48 aitem. Setelah dilakukan seleksi aitem maka reliabilitasnya menjadi 0,897 dari 37 aitem. Sedangkan reliabilitas skala pembelian impulsif sebesar 0,858 dari 20 aitem. Hasil tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas kedua skala adalah reliabel.

H. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi Data Penelitian a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov Z test dalam program SPSS versi 16.00 for windows dapat dilakukan dengan melihat taraf signifikansi. Apabila taraf signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05) maka distribusinya adalah normal (Sugiyono, 2008).

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung membentuk garis lurus atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan test for linearity

dalam program SPSS versi 16.00 for windows. Kriteria pengujian adalah apabila taraf signifikansi linieritas lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka terdapat hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel tergantung (Sugiyono, 2008).


(54)

2. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment Correlation dengan taraf signikansi lebih kecil dari 0,05. Adapun alat bantu yang digunakan dalam pengolahan data tersebut adalah program SPSS versi 16.00 for windows. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1. Nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah, semakin tinggi variabel bebas maka semakin tinggi pula variabel tergantung. Sebaliknya, nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik, semakin tinggi variabel bebas maka semakin rendah variabel tergantung (Sugiyono, 2008).


(55)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 November 2012 sampai dengan 27 November 2012. Penulis menyebar skala kepribadian ekstravert dan pembelian impulsif pada subjek penelitian secara langsung di daerah Klaten, Kalasan, dan Yogyakarta. Subjek adalah remaja tengah yang berusia antara 15-18 tahun. Kedua skala tersebut dibagikan kepada 85 subjek yang telah bersedia untuk mengisi skala tersebut.

Sebelum melakukan penelitian, penulis telah melakukan uji coba penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12 November 2012. Kedua skala tersebut dibagikan kepada 31 subjek. Hasil uji coba tersebut digunakan untuk menganalisis aitem dan mengukur reliabilitas sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

B. Deskripsi Data Penelitian

Untuk mengetahui deskripsi secara umum dari tiap-tiap variabel penelitian maka penulis melakukan analisis penelitian secara deskriptif. Hal ini dilakukan dengan membandingkan antara mean teoritik (kemungkinan terjadi) dan mean empirik (didapatkan dari hasil penelitian). Deskripsi data dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(56)

Tabel 7. Penghitungan Teoritik

Variabel Skor Min Skor Max Mean

Kepribadian Ekstravert 37 148 92,5

Pembelian Impulsif 20 80 50

Keterangan :

Skor minimum teoritik = (skor terkecil dalam skala) x (jumlah aitem) Skor maksimum teoritik = (skor terbesar dalam skala) x (jumlah aitem) Mean teoritik = skor minimum + skor maksimum

2

Tabel 8. Penghitungan Empirik dengan One-Sample Statistics

Variabel

N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Pembelian impulsif 85 51.200 6.25224 .67815 Kepribadian ekstravert 85 106.962 6.78136 .73554

Penulis membandingkan antara mean empirik dan mean teoritik untuk mendapatkan informasi umum mengenai skor yang diperoleh subjek penelitian pada tiap variabel penelitian.

Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah mean empirik dari skala kepribadian ekstravert sebesar 106,96, sedangkan jumlah mean teoritik sebesar 92,5. Hasil perbandingan antara mean teoritik dengan mean empirik terlihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik (106,96 > 92,5). Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki kecenderungan kepribadian yang relatif tinggi.

Selain itu, dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah mean empirik dari skala pembelian impulsif sebesar 51,2, sedangkan jumlah mean teoritik sebesar 50. Dari perbandingan antara mean teoritik dengan mean empirik terlihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik (51,2 > 50)


(57)

sehingga terdapat jarak perbedaan mean sebesar 1,2. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang relatif tinggi.

C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, penulis melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis. Uji asumsi meliputi :

a. Uji Normalitas

Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data adalah jika p>0,05 maka sebarannya normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebarannya tidak normal (Sugiyono, 2008). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Z test. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas

Variabel Nilai K-SZ p>0,05 Keterangan Kepribadian

Ekstravert

1,136 0,151 Normal

Pembelian Impulsif

1,064 0,208 Normal

Tabel di atas menunjukkan bahwa skala kepribadian ekstravert dan skala pembelian impulsif terdistribusi secara normal. Pada skala


(58)

kepribadian ekstravert, koefisien Kolmogorov-Smirnov Z (K-SZ) sebesar 1,136 dengan p=0,151 (p>0,05). Kemudian pada skala pembelian impulsif, koefisien Kolmogorov-Smirnov Z (K-SZ) sebesar 1,064 dengan p=0,208 (p>0,05).

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung membentuk garis lurus atau tidak. Hubungan tersebut dinyatakan linier apabila memenuhi taraf signifikansi linieritas lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) (Sugiyono, 2008). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan test for linearity. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Hasil Uji Linieritas

Variabel F P P Keterangan

Pembelian

impulsif*Kepribadian ekstravert

5,821 0,019 <0,05 Linier

Berdasarkan hasil uji linieritas diketahui bahwa taraf signifikansi menunjukkan nilai F sebesar 5,821 dengan p=0,019 (p<0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara skor variabel skala kepribadian ekstravert dan skor variabel skala pembelian impulsif bersifat linier. Dengan demikian, kedua variabel tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment


(59)

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis Pearson Product Moment Correlation

melalui program SPSS versi 16.00 for windows, diperoleh angka koefisien korelasi (r) sebesar -0,249 dengan taraf signifikansi 0,05 (p<0,05). Analisis data ini membuktikan bahwa ada hubungan negatif antara kepribadian ekstravert dan pembelian impulsif.

Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Skala Kepribadian Ekstravert dan Skala Pembelian Impulsif

Pembelian. impulsif

Kepribadian. ekstravert Pembelian.

Impulsif

Pearson Correlation 1 -.249*

Sig. (1-tailed) .011

N 85 85

Kepribadian .ekstravert

Pearson Correlation -.249* 1

Sig. (1-tailed) .011

N 85 85

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik Pearson Product

Moment Correlation, diperoleh korelasi sebesar –0,249 dengan taraf

signifikansi 0,05 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kepribadian ekstravert dan pembelian impulsif. Hal ini berarti semakin tinggi kecenderungan kepribadian ekstravert subjek maka semakin rendah kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan subjek. Sebaliknya, semakin tinggi kecenderungan kepribadian introvert subjek maka semakin


(60)

tinggi kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan subjek. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kepribadian ekstravert dan pembelian impulsif pada remaja tengah ditolak.

Kepribadian ekstravert dan introvert memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan tinggi rendahnya kecenderungan pembelian impulsif. Kepribadian merupakan kumpulan sifat dan tingkah laku yang khas yang dapat membedakan seorang individu dengan individu lainnya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Remaja dengan kecenderungan kepribadian ekstravert memiliki karakteristik mudah berinteraksi dengan orang lain, aktif, spontan, dan kurang teliti. Sebaliknya, remaja yang cenderung introvert lebih menyukai kesendirian, ketenangan, dapat mengontrol perilaku, dan mempertimbangkan segala tindakan.

Santrock (2003) menyatakan bahwa dalam mengambil keputusan, remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan, dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber. Hal ini memungkinkan remaja untuk berpikir dan menimbang sebelum melakukan kegiatan pembelian. Sikap berpikir dan menimbang ini sesuai dengan karakteristik individu dengan kepribadian introvert. Karakteristik remaja introvert yang lebih menyukai kesendirian juga dapat mendorong remaja untuk melakukan pembelian lebih impulsif daripada remaja ekstravert. Perilaku pembelian impulsif mungkin dilakukan sebagai bentuk pelampiasan remaja introvert


(61)

untuk mengurangi rasa kesepian karena mereka cenderung menarik diri dari pergaulan.

Dalam penelitiannya, Pirog dan Roberts (2007) menyebutkan bahwa individu yang bertipe introvert tidak suka bersosialisasi dengan orang lain. Individu introvert cenderung menghabiskan waktunya dengan internet dan media hiburan lain. Hal inilah yang membuat individu introvert mudah terkena bujukan iklan sehingga memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang lebih tinggi daripada individu ekstravert (Pirog & Roberts, 2007).

Dari hasil penelitian, individu menilai bahwa mereka memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zebua dan Nurdjayadi (2001) yang menyatakan bahwa pada masa remaja, kematangan emosi individu belum stabil sehingga mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Terlebih pada usianya, remaja belum memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, faktor dalam diri dan lingkungan remaja juga dapat mempengaruhi kecenderungan pembelian yang dilakukan.

Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Bellenger et al., (dalam Lin & Chuang, 2005) bahwa pembeli dengan usia di bawah 35 tahun lebih impulsif saat melakukan pembelian. Namun, hasil penelitian ini kurang sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Verplanken dan Herabadi (2001) yang menemukan hubungan positif antara kepribadian yang dimiliki individu terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Penelitian


(62)

yang dilakukan oleh Verplanken dan Herabadi ini dilakukan terhadap subjek yang berusia antara 18-83 tahun. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyimpulkan bahwa individu dengan rentang usia 15-18 tahun yang mempunyai kepribadian introvert akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang lebih tinggi daripada individu berkepribadian ekstravert.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepribadian ekstravert maupun introvert dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah.


(63)

45 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hal ini berarti semakin tinggi kecenderungan kepribadian ekstravert subjek maka semakin rendah kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan subjek. Sebaliknya, semakin tinggi kecenderungan kepribadian introvert subjek maka semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan subjek.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada kemampuan penulis yang hanya dapat menjangkau siswa-siswi yang sedang berada di sekolah untuk dijadikan subjek sehingga subjek kurang dapat merasakan situasi penelitian yang sebenarnya. Selain itu, teknik pengambilan sampel dengan cara

convenience sampling dirasa penulis kurang efektif karena tidak dapat


(64)

C. Saran

1. Bagi Remaja

Para remaja diharapkan dapat mandiri dalam keputusan pembeliannya sehingga para remaja tidak mudah terpengaruh oleh orang lain atau kelompok temannya dalam melakukan pembelian. Remaja juga diharapkan membeli barang-barang yang menjadi kebutuhan dan tidak hanya mempertimbangkan aspek emosional.

2. Bagi Orang Tua

Bagi para orang tua diharapkan dapat mengawasi maupun mendampingi remaja agar remaja tidak cenderung boros dalam mempergunakan uangnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama hendaknya memperhitungkan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya dapat mengganti teknik pengambilan subjek penelitian dan memperluas area penyebaran skala agar hasil yang diperoleh semakin beragam dan dapat digeneralisasikan.


(65)

47

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Anwar, A. A. 2005. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama

Azwar, S. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Eysenck, H. & Sybil, E. 1969. Personality Structure and Measurement. London: Western Printing Service Ltd.

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in

Education. New York: McGraw-Hill

Hall, Calvin S. & Lindzey, Garner. 1993. Teori-teori Psikodinamik (Klinis).

Yogyakarta: Kanisius

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Kacen, Jacqueline J. & Lee, Julie Anne. 2002. The Influence Of Culture On

Consumer Impulsive Buying Behavior.Journal of Consumer Psychology, 12

(2), 163–176. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Lin, Chien-Huang & Chuang, Shin-Chieh. 2005. The Effect of Individual

Differences on Adolescents’ Impulsive Buying Behavior. Adolescence, 159

(40). San Diego: Libra Publishers, Inc.

Mowen, J.C. & Minor, M. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 2, Edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2001. Human development. 8th Edition. Boston: McGraw-Hill

Pirog III, Stephen F. & Roberts, James A. 2007. Personality And Credit Card Misuse Among College Students: The Mediating Role Of Impulsiveness.

Journal Of Marketing Theory And Practice, 1 (15), 65-77

Rook, D. & Fisher, R. 1995. Normative Influences on Impulsive Buying Behavior.

Journal of Consumer Research, 22 (3), 305-313


(66)

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Semuel, Hatane. 2007. Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan

Gender Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif. Jurnal

Manajemen Pemasaran, April, 1 (2), 31-42

Shahjehan, A., Qureshi, Jawerla A., Zeb, Faheem, & Saifullah, Kaleem. 2012. The Effect of Personality on Impulsive and Compulsive Buying Behaviors.

African Journal of Business Management, February, 6 (6), 2187-2194

Shaughnessy, John J., Zechmeister, Eugene B., & Zechmeister, Jeanne S. 2012.

Metode Penelitian dalam Psikologi. Edisi kesembilan. Jakarta: Salemba

Humanika

Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Verplanken, B. & Herabadi, A. 2001. Individual differences in impulse buying

tendency: Felling and no thinking. European Journal of Personality, 15,

71-83

Wulandari, Sri. 2004. Psikologi Umum II. Pusat Pengembangan Bahan Ajar: Universitas Mercu Buana

Zebua, A & Nurdjayadi, R. 2001. Hubungan Antara Konformitas dan Konsep


(67)

49


(68)

50 Lampiran 1.

Skala Pembelian Impulsif Dan Kepribadian Ekstravert

A. Pengantar

Pada kesempatan ini, saya mohon kesediaan Anda untuk membantu penelitian skripsi saya dengan menjawab beberapa pernyataan dalam skala ini yang terdiri dari dua bagian, yaitu skala A dan skala B. Skala ini berisi seputar kehidupan Anda sehari-hari. Informasi yang Anda berikan akan sangat berguna bagi saya dalam melakukan penelitian ini.

Skala ini bersifat rahasia. Identitas dan jawaban Anda akan dirahasiakan dan benar-benar digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Jawaban yang Anda berikan tidak ada yang bernilai benar atau salah. Setiap pernyataan yang Anda pilih juga tidak mempengaruhi penilaian baik dan buruk pada diri Anda. Besar harapan saya jika Anda dapat mengerjakan skala ini dengan sungguh-sungguh dan memberikan jawaban secara jujur sesuai dengan kondisi Anda.

Selamat mengerjakan dan terima kasih atas bantuan Anda.

Hormat saya,

Nursih Pratiwi NIM. 089114017 Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(1)

VAR00011 103.8706 43.090 .525 .834

VAR00012 104.6235 43.380 .379 .837

VAR00013 104.3882 45.812 -.014 .848

VAR00014 103.8941 44.262 .409 .838

VAR00015 103.6118 42.169 .575 .832

VAR00016 104.9765 44.904 .259 .840

VAR00017 104.2941 44.401 .168 .844

VAR00018 103.9059 43.943 .405 .837

VAR00019 103.7294 43.033 .495 .835

VAR00020 104.0000 44.952 .127 .844

VAR00021 104.3294 45.176 .062 .847

VAR00022 103.6118 42.169 .575 .832

VAR00023 104.1059 44.143 .334 .839

VAR00024 104.4941 44.801 .139 .844

VAR00025 104.0118 43.869 .312 .839

VAR00026 103.6824 43.053 .459 .835

VAR00027 104.0824 41.838 .383 .838

VAR00028 104.0588 43.532 .314 .839

VAR00029 104.2824 41.729 .569 .831

VAR00030 103.8824 45.510 .088 .843

VAR00031 104.2235 42.938 .373 .837

VAR00032 104.2235 44.533 .162 .844

VAR00033 104.6235 43.380 .379 .837

VAR00034 103.8000 44.948 .106 .845

VAR00035 103.8000 44.852 .199 .841

VAR00036 103.9882 43.678 .368 .838


(2)

68

Lampiran 4.

Uji Asumsi

A.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pembelian.impulsif kepribadian.ekstravert

N 85 85

Normal Parametersa Mean 51.2000 106.9647

Std. Deviation 6.25224 6.78136

Most Extreme Differences Absolute .115 .123

Positive .115 .123

Negative -.087 -.091

Kolmogorov-Smirnov Z 1.064 1.136

Asymp. Sig. (2-tailed) .208 .151

a. Test distribution is Normal.

B.

Uji Linieritas

ANOVA Table Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

pembelian. impulsif * kepribadian. ekstravert

Between Groups

(Combined) 1152.102 23 50.091 1.434 .133

Linearity 203.398 1 203.398 5.821 .019

Deviation from Linearity

948.704 22 43.123 1.234 .255

Within Groups 2131.498 61 34.943


(3)

69

Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert

Dan Pembelian Impulsif

Correlations

pembelian.impulsif kepribadian.ekstravert pembelian.impulsif Pearson

Correlation 1 -.249

*

Sig. (1-tailed) .011

N 85 85

kepribadian.ekstravert Pearson

Correlation -.249

*

1

Sig. (1-tailed) .011

N 85 85


(4)

70

Lampiran 6.

Uji Deskriptif Mean Empirik

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pembelian.impulsif 85 51.2000 6.25224 .67815

kepribadian.ekstravert 85 1.0696E2 6.78136 .73554

One-Sample Test

Test Value = 0

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper pembelian.impulsif

75.499 84 .000 51.20000 49.8514 52.5486 kepribadian.ekstravert


(5)

vii

KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA TENGAH

Nursih Pratiwi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian ekstravert dan

kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Pembelian impulsif pada remaja dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kepribadian (Verplanken & Herabadi, 2001).

Kepribadian membentuk identitas diri. Salah satu bentuk ekspresi simbol identitas diri adalah

pembelian impulsif (Dittmar et al., dalam Verplanken & Herabadi, 2001). Hipotesis yang diajukan

adalah ada hubungan positif antara kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif

pada remaja tengah. Subjek penelitian ini adalah remaja yang berusia 15-18 tahun yang berjumlah

85 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik

convenience sampling

. Pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan metode skala modifikasi dari skala model Likert yang terdiri

dari dua bagian, yaitu: 1) Skala pembelian impulsif, 2) Skala kepribadian ekstravert. Skala

pembelian impulsif memiliki koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach

sebesar 0,858 dari 20 aitem,

sedangkan skala kepribadian ekstravert memiliki koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach

sebesar

0,897 dari 37 aitem. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis

Product Moment

Pearson Correlation

. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara tipe

kepribadian ekstravert dan kecenderungan pembelian impulsif (r = -0,249 dengan p= 0,05;

p<0,05).


(6)

viii

THE CORRELATION BETWEEN EXTRAVERT PERSONALITY AND

IMPULSIVE BUYING TENDENCY IN MIDDLE ADOLESCENTS

Nursih Pratiwi

ABSTRACT

The aim of this research was to find out the correlation between extravert personality and

impulsive buying tendency in middle adolescents. Impulsive buying in adolescents can be

influenced by some factors, such as personality (Verplanken & Herabadi, 2001). Personality

formed identity. One form of expression symbol identity is impulsive buying (Dittmar et al., in

Verplanken & Herabadi, 2001). The proposed hypothesis is as follow there is a positive

relationship between extravert personality and impulsive buying tendency in middle adolescents.

The subjects of this research is adolescents who was 15-18 years old who totaled 85 persons who

were selected by using convenience sampling techniques. The data collected in this research was

conducted two scales using modification scale from Likert’ scale model. First, the impulsive

buying tendency scale. Second, the extravert personality scale. The reliability of impulsive buying

tendency types scale tested by using reliability coefficient Alpha Cronbach and obtained result for

0,858 of 20 items. The reliability coefficient Alpha Cronbach for extravert personality scale was

0,897 of 37 items. The research data were analyzed using Pearson’s Product Moment Correlation

analysis. The result showed that there was a negative correlation between extravert personality

types and impulsive buying tendency (r coefficient was -0,249 with p=0,05; p<0,05).