Uji Iritasi Desain Faktorial

E. Staphylococcus epidermidis

Sistematika Staphylococcus epidermidis: Divisi : Firmicutes Kelas : Bacilli Bangsa : Bacillales Famili : Staphylococcaceae Marga : Staphylococcus Species : Staphylococcus epidermidis Lindsay, J.A., 2008. Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 - 1,0 µm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih, dan tumbuh cepat pada suhu 37 o C Jawetz, Melnick, Adelberg, dan Brooks,

2001. Kobayashi 1990 dalam penelitiannya menemukan bahwa Staphylococcus

epidermidis , yang merupakan flora normal kulit, memainkan peran utama dalam menimbulkan bau kaki. Staphylococcus epidermidis mendegradasi leusin dalam keringat yang diproduksi di telapak kaki menjadi asam isovaleric yang diketahui menyebabkan bau kaki Ara, Hama, Akiba, et al, 2006.

F. Uji Iritasi

Dalam industri kosmetik, evaluasi potensi iritasi pada kulit manusia oleh bahan kimia atau formulasi merupakan suatu keharusan. Evaluasi tersebut dapat dilakukan secara in vivo dan atau in vitro untuk menentukan risiko iritasi akibat kontak antara senyawa dan kulit manusia. Tes yang paling umum digunakan adalah “rabbit skin irritation test” yang awalnya diuraikan oleh Draize et al tahun 1944 Kamkaen, Phuntuwate, Samee, Boonrod, Treesak, 2007. Dalam pengujian ini, zat uji dioleskan pada kulit kelinci yang dicukur. Penilaian reaksi kulit didasarkan pada pengamatan fisiologis pada kulit kelinci uji. Reaksi didefinisikan sebagai eritema dan edema, dievaluasi sesuai dengan sistem penilaian untuk reaksi kulit berdasarkan tabel berikut: Tabel IV. Sistem Klasifikasi Reaksi Iritasi pada Kulit Kamkaen, Phuntuwate, Samee, Boonrod, Treesak, 2007. Reaction Score Erythema No erythema Very slight erythema barelyperceptible 1 Well-defined erythema 2 Moderate to severe erythema 3 Severe erythema beet redness to eschar formation 4 Reaction Score Edema No edema Very slightedema barelyperceptible 1 Well-defined edema edges of the area well defined by definite raising 2 Moderate edema raising approximately 1 mm 3 Severe edema raised more than 1 mm and extending beyond the area ofexposure 4 Total possible score forprimaryirritation 8 Tabel V. Kategori Iritasi Primer Kamkaen, Phuntuwate, Samee, Boonrod, Treesak, 2007. Category PrimaryIrritation Index PII Negligible 0 – 0.4 Slight irritation 0.5 – 1.9 Moderate irritation 2 – 4.9 Severe irritation 5 – 8

G. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan desain untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas, berupa persamaan matematis Bolton, 1990. Desain faktorial yang paling sederhana terdiri dari dua faktor dan masing-masing faktor menggunakan dua kategori yang digambarkan sebagai desain faktorial 2 2 . Informasi yang diperoleh dari desain ini adalah efek utama dari masing-masing variabel bebas dan efek interaksi keduanya Suryabrata, 1998. Persamaan desain faktorial: Y = b + b 1 A + b 2 B + b 12 AB...................... 1 Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati A = level faktor A B = level faktor B b , b 1 , b 2 , b 12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan b = rata-rata hasil semua percobaan intersep Dari persamaan 1 dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih komposisi campuran yang optimum Bolton, 1990. Faktor dan interaksi yang berpengaruh secara bermakna dapat diketahui dengan two way ANOVA.

H. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol.

3 18 106

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Formulasi sediaan emulgel ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant.

4 24 101

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial.

0 0 107

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant

0 0 112

Formulasi sediaan sunscreen ekstrak rimpang kunir putih [Curcuma mangga Val.] dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 107

Optimasi formula gel antiacne ekstrak daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi, l) dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 95

Optimasi formula emulgel sunscreen ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan VCO sebagai fase minyak : apikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 116

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 105