Metode Penerjemahan Ideologi Penerjemahan Ideologi secara umum diartikan sebagai suatu kepercayaan atau prinsip

18 Sementara itu, strategi penerjemahan adalah cara yang dilakukan oleh penerjemah untuk mengatasi masalah dalam proses penerjemahan. Strategi itu kemudian akan menghasilkan teknik penerjemahan yang dapat terlihat dalam produk atau teks terjemahan. Hurtado Albir dalam Molina dan Albir 2002 mengatakan bahwa strategi penerjemahan adalah prosedur secara sadar maupun tidak, secara verbal maupun non-verbal yang ditempuh oleh penerjemah untuk mengatasi masalah dalam proses penerjemahan dengan tujuan tertentu. Ada beberapa mekanisme atau konsep dalam penerjemahan yang dapat berfungsi sebagai strategi maupun teknik. Sebagaimana parafrase, dapat digunakan untuk mengatasi masalah dalam tataran proses, yaitu strategi reformulasi dan dapat pula dilihat sebagai sebuah teknik amplifikasi ketika parafrase tersebut berfungsi menjelaskan memparafrasekan sebuah istilah agar dapat dipahami oleh pembaca sasaran. Namun hal tersebut tidak berarti parafrase akan selalu menghasilkan teknik amplifikasi. Teknik-teknik lain seperti kreasi diskursif, kesepadanan tetap, adaptasi, dan sebagainya bisa muncul sebagai hasil dari strategi parafrase.

1.4. Metode Penerjemahan

Metode, atau method dalam bahasa Inggris didefinisikan di dalam Oxford English Dictionary sebagai a particular way of doing something. Metode adalah cara khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu kegiatan. Metode penerjemahan berarti cara yang dilakukan oleh penerjemah dalam kegiatan penerjemahan, yang dilakukan berdasarkan tujuan tetentu. Tujuan yang dimaksud adalah kepada siapa 19 terjemahan itu ditujukan, atau untuk keperluan apa terjemahan itu dihasilkan. Metode penerjemahan bersifat makro karena nantinya akan menghasilkan jenis terjemahan. Newmark 1988:45 menggambarkan delapan metode penerjemahan dalam sebuah diagram yang dikenal dengan diagram V V- diagram . Diagram tersebut digambarkan sebagai berikut: SL Emphasis TL Emphasis word-for-word translation adaptation literal Translation free translation faithful translation idiomatic translation semantic trans communicative trans Gambar 3. Metode Penerjemahan Newmark 1988:45 Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa metode penerjemahan akan menghasilkan jenis terjemahan. Dengan demikian, ada delapan jenis terjemahan yang dihasilkan oleh delapan metode penerjemahan Newmark tersebut, yaitu 1 terjemahan kata demi kata word-for-word translation 2 terjemahan harfiah literal translation 3 terjemahan setia faithful translation 4 terjemahan semantic semantic translation 5 adaptasi adaptation 6 terjemahan bebas free translation 7 terjemahan idiomatik idiomatic translation 8 terjemahan komunikatif communicative translation . Hoed, 2006. 20

1.5. Ideologi Penerjemahan Ideologi secara umum diartikan sebagai suatu kepercayaan atau prinsip

yang dianut oleh seseorang atau suatu komunitas masyarakat sebagai panduan atau acuan dalam melakukan suatu tindakan. Dalam penerjemahan, istilah ideologi diartikan sebagai prinsip atau keyakinan tentang ―betul-salah‖ atau ―baik-buruk‖, yakni terjemahan seperti apa yang terbaik bagi masyarakat pembaca Bsa atau terjemahan seperti apa yang cocok dan disukai oleh masyarakat. Hoed, 2006: 83. Venuti dalam Hoed, 2006 mengemukakan tentang adanya dua jenis ideologi dalam penerjemahan, yaitu ideologi yang berorientasi pada Bsa domestication dan ideologi yang berorientasi pada Bsu foreignization . Ideologi domestikasi yang berorientasi pada Bsa menuntut terjemahan yang berterima sesuai dengan cita rasa masyarakat pembaca Bsa. Terjemahan yang baik dalam ideologi domestikasi adalah terjemahan yang tidak terlihat seperti terjemahan. Ideologi ini cenderung sesuai untuk diterapkan dalam teks-teks yang mempunyai nuansa budaya seperti teks sastra, politik, keagamaan, dan juga teks filologi. Dalam ideologi penerjemahan ini, penerjemah menerapkan metode penerjemahan yang berorientasi pada Bsa, yaitu adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. Nida dan Taber adalah pakar- pakar penerjemahan yang menganut ideologi ini. Sedangkan dalam ideologi forenisasi, penerjemah, karena tuntutan penerbit atau klien, atau atas pertimbangannya sendiri, menghadirkan unsur budaya Bsu dalam terjemahannya. Kehadiran budaya Bsu dirasa bermanfaat 21 bagi pembaca sasaran. Berkebalikan dengan ideologi domestikasi, dalam ideologi forenisasi metode yang diterapkan adalah metode penerjemahan yang berorientasi pada Bsu, terutama penerjemahan setia dan penerjemahan semantik. Hoed, 2006. Namun demikian, seperti yang dikatakan oleh Nababan, seorang penerjemah tidak mungkin secara total menganut salah stu dari dua ideologi tersebut. Yang dapat terjadi adalah kecenderungan ke arah mana penerjemah berpihak, kea rah Bsu, atau ke arah Bsa. Dengan kata lain, penerjemah akan secara sadar maupun tidak sadar menganut kedua ideologi tersebut, tentu saja dengan prosentase atau tingkat kecenderungan yang berbeda.

1.6. Penilaian Kualitas Terjemahan