Penerjemahan Karya Sastra KAJIAN TEORI 1. Hakikat Penerjemahan

23 kalimat kompleks, dan alur pikiran yang tidak logis dapat mengurangi tingkat keterbacaan teks. Selain faktor kebahasaan, faktor kemampuan membaca dan memahami isi teks pembaca juga menentukan tingkat keterbacaan teks.

1.7. Penerjemahan Karya Sastra

Menurut Belloc, dalam Basnett-McGuire dalam Suryawinata dan Hariyanto 2003:156-159, ada enam aturan umum bagi penerjemah naskah prosa fiksi: a. Penerjemah tidak boleh menentukan langkahnya hanya untuk menerjemahkan kata per kata atau kalimat per kalimat saja tetapi dia harus selalu mempertimbangkan keseluruhan karya, baik karya aslinya maupun karya terjemahannya. Penerjemah harus menganggap naskah aslinya sebagai satu kesatuan unit yang integral, meskipun saat menerjemahkannya ia mengerjakan bagian per bagian saja. Peraturan pertama ini berbicara tentang unit terjemahan terkecil dalam cerpen atau novel. Sebuah novel terbagi menjadi beberapa bab yang berturutan namun struktur ceritanya tidak selalu linier seperti bab-bab tersebut. terkadang banyak kilas balik yang terselip dalam bab-bab itu sehingga kalau penerjemah menganggap kalimat-kalimat tersebut sebagai unit terjemahan terkecil tanpa menghubungkannya dengan struktur keseluruhan cerita, maka terjemahan yang dihasilkan akan 24 dangkal, dan kehilangan dimensinya, padahal dimensi inilah yang membuat sebuah cerita menjadi berbobot. b. Penerjemah hendaknya menerjemahkan idiom menjadi idiom pula. Idiom dalam Bsu mungkin memiliki padanan idiom dalam Bsa, meskipun kata-kata yang digunakan tidak sama persis. Namun terkadang karena perbedaan budaya, ada idiom-idiom Bsu yang tidak ada padanannya dalam Bsa sehingga penerjemah harus menerjemahkannya atau memparafrasekannya lihat dalam Baker 2002 tentang strategi penerjemahan idiom. c. Penerjemah harus menerjemahkan ―maksud‖ menjadi ―maksud‖ juga. Kata ―maksud‖ di sini menurut berarti muatan emosi atau perasaan yang dikandung oleh ekspresi tertentu. Muatan emosi dalam ekspresi Bsu bisa jadi lebih kuat daripada muatan emosi dari padanannya dalam Bsa, atau ekspresi tertentu terasa pas dalam Bsu tetapi menjadi janggal dalam Bsa jika diterjemahkan secara literal. Oleh karena itu, sering kali penerjemah fiksi terpaksa menambahkan kata-kata yang sebenarnya tidak ada dalam teks asli untuk menyesuaikan ―maksud‖nya di dalam Bsa. Akan tetapi, bagaimanapun, sebisa mungkin penerjemah tidak terlalu cepat menambah atau mengurangi hal-hal dalam teks aslinya. Untuk itulah penerjemahan ―maksud‖ ini perlu diperhatikan. d. Penerjemah harus waspada terhadap kata-kata atau struktur yang kelihatannya sama dalam Bsu dan Bsa, tetapi sebenarnya sangat 25 berbeda. Sebagai contoh kalimat “I won’t be long” dalam bahasa Inggris sekilas sama dengan kalimat ―Saya tidak akan panjang‖ dalam Bahasa Indonesia. Setelah disimak lagi ternyata padanannya adalah ―Saya tidak akan lama.‖ Contoh lain adalah kata “fabric” yang berarti ―serat kain‖, bukannya ―pabrik.‖ e. Penerjemah hendaknya berani mengubah segala sesuatu yang perlu diubah dari Bsu ke dalam Bsa dengan tegas. Hal ini mengacu pada tujuan penerjemahan cerita fiksi yaitu membangkitkan kembali ―jiwa asing‖ dalam tubuh ―pribumi‖. Yang dimaksud sebagai ―jiwa asing‖ di sini adalah makna cerita sedangkan ―tubuh pribumi‖ adalah Bsanya. Penerjemah harus memindahkan isi atau cerita Bsu ke dalam Bsa tanpa menghilangkan unsur intrinsik dan keaslian yang terkandung dalam teks sumber ke dalam Bsa dengan akurat. f. Meskipun penerjemah harus mengubah segala yang perlu diubah, penerjemah tidak boleh membubuhi cerita aslinya dengan ―hiasan- hiasan‖ yang bisa membuat cerita dalam Bsa lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Dalam enam prinsip di atas, Belloc ingin menekankan bahwa para penerjemah prosa fiksi perlu mempertimbangkan bahwa naskah merupakan satu keseluruhan yang berstruktur, dan hal-hal yang berhubungan dengan gaya dan tata kalimat juga merupakan hal yang penting. Belloc juga mengakui adanya kewajiban moral bagi para penerjemah untuk setia pada naskah aslinya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nida dan Taber 1982 bahwa 26 dalam penerjemahan, khususnya penerjemahan fiksi cerpen novel, penerjemah harus mementingkan makna, pesan, dan gaya. 2. Kelompok Nomina Bahasa Inggris 2.1. Posisi dan Fungsi Pre-Modifier dalam Kelompok Nomina dalam Bahasa Inggris Dalam Santosa 2003 dijelaskan bahwa kelompok nomina adalah kelompok kata yang mempunyai unsur inti kata benda. Dalam Bahasa Inggris kelompok nomina terdiri dari unsur makna inti head dan unsur penjelasnya modifier. Unsur penjelas modifier terdiri atas pre-modifier dan post- modifier. Struktur sebuah kelompok nomina dapat dilihat dalam konfigurasi berikut: 27 Pre-Modifier Post-modifier D Num E C T [ Qualifier ] Art car adj N N Relative Clause Poss ord PrPart adj pr present participle phrase PsPart ger ger past participle phrase Inf. Phr inf. Phrase N. Clau Adj phrase Prep phrase Cardinalordinal Gambar 4. Konfigurasi Kelompok Nomina Bahasa Inggris Santosa, 2003 Penjelasan mengenai gambar tersebut adalah sebagai berikut: D deiktik menjelaskan unsur makna dan bentuk yang menunjukkan apakah sesuatu yang dijelaskan thing merupakan sesuatu yang sudah teridentifikasi atau belum definiteindefinite. Deiktik dalam bahasa Inggris dapat direalisasikan ke dalam artikel ‘a atau the‘ atau artikel lain. Deiktik dapat pula direalisasikan dalam possessive adjctive . Num numerative merupakan unsur modifikasi awal yang berupa number atau angka yang menjelaskan jumlah Thing , dapat direalisasikan ke dalam cardinal number atau ordinal number . Numerative juga meliputi many, some, a large number of, a pack of, a glass of , dan lain-lain. 28 E epitet adalah unsur penjelas awal yang bersifat mendeskripsikan kualitas Thing dengan cara menggambarkan bentuk, ukuran, warna, kondisi fisik, psikologis. Epitet dalam bahasa Inggris dapat direalisasikan ke dalam kata sifat, present participle, dan past participle. C classifier merupakan unsur penjelas awal yang mengklasifikasikan thing berdasarkan tipe atau macam. Classifier dalam bahasa Inggris dapat direalisasikan ke dalam kata benda, kata sifat, dan gerund. T thing adalah inti dari kelompok nomina. Thing tersebut berupa entitas baik abstrak maupun konkret, proses atau logika, serta keadaan yang sudah dinominalisasikan. Thing dapat direalisasikan ke dalam kata benda, pronomina, frasa infinitive , gerund , atau klausa benda. Q qualifier adalah post-modifier yang bersifat menambahkan informasi ke dalam thing di luar D, Num, E, dan C. Qualifier pada umumnya bersifat embedded ke dalam thing dan direalisasikan ke dalam klausa sifat, frasa present participle , frasa past participle , dan sebagainya. Sebagai tambahan bagi penjelasan Santosa 2003 mengenai fungsi pre-modifier dalam sebuah kelompok nomina, dalam Halliday 1994 dijelaskan struktur kelompok nomina dengan struktur eksperiensial experiential structure yang memiliki Deictic spesifik dan non-spesifik deictic, Numerative Quantifying dan Ordering Numerative , Ephitet kualitas subjek dalam hal warna, ukuran, keadaan, Classifier menerangkan kelas atau sub kelas benda yang diterangkan. Struktur tersebut menggambarkan fungsi epitet dan classifier dalam sebuah kelompok nomina sebagai unsur penjelas 29 yang oleh Santosa 2003 dijabarkan menjadi fungsi describing dan classifying. Martin dan Rose 2003 memberikan keterangan yang lebih lugas tentang perbedaan mendasar antara unsur penjelas yang bersifat describing dan classifying. Ketika sebuah pre-modifier mendeskripsikan sesuatu, maka pre-modifier tersebut dapat diberi tambahan keterangan seperti intensifier untuk lebih menguatkan deskripsi kualitas Thing atau sesuatu tersebut. Di sisi lain, intensifier tidak dapat digunakan dalam sebuah klasifikasi sesuatu. Agar lebih jelas, berikut ini adalah contoh komposisi sebuah kelompok nomina yang diambil dari Eggins 2004: the three hairy redback spiders over there. Komposisi tersebut terdiri atas Deictic the, Numerative three, Ephitet hairy, Classifier redback, Qualifier over there. Pada contoh tersebut pre-modifier hairy redback menjelaskan Thing spiders sebagai spiders yang termasuk ke dalam kelas redback dengan unsur hairy sebagai deskripsi Thing tersebut. Dalam ibid, unsur pre-modifier dapat dikonfigurasikan sebagai berikut: D Num E C T Penjelasan untuk konfigurasi di atas adalah bahwa D deiktik, contoh : artikel dan possessive mendahului Num Numerative yang direalisasikan dalam ordinal dan cardinal number , mendahului E epitet yaitu unsur penjelas awal yang bersifat mendeskripsikan kualitas T dalam hal bentuk, ukuran, warna, kondisi fisik nonfisik yang direalisasikan dalam kata sifat, present participle , past participle , mendahului C classifier atau unsur penjelas awal yang mengklasifikasikan T berdasarkan tipe atau macam dan dalam bahasa Inggris 30 direalisasikan dalam kata benda, kata sifat, dan gerund , dan mendahului T Thing yaitu sesuatu yang menjadi inti dalam sebuah kelompok nomina. Sebagai contoh: 059- TDVC1 26164 She hung on the northwest wall of the Salle des Etats behind a two-inch-thick pane of protective Plexiglas. Lukisan it tergantung pada dinding sebelah barat laut ruang Salle des Etats di balik kaca pelindung Plexi, setebal dua inci. Dalam Bsu, two-inch-thick merupakan pre-modifier dalam kelompok nomina tersebut dan berfungsi mendeskripsikan pane berdasarkan kondisinya sehingga termasuk dalam describing pre-modifier. Sedangkan contoh berikut merupakan fungsi pre-modifier untuk mengklasifikasikan Thing. 033a- TDVC3 044 Only those with a keen eye would notice his 14-karat gold bishop‘s ring with purple amethyst, large diamonds, and hand-tooled mitre-crozier appliqué. Hanya orang bermata jeli yang akan dapat melihat cincin emas keuskupan 14 karat yang dipakainya, dengan batu permata ametis ungu, berlian besar, dan songkok mitre-crozier appliqué buatan tangan. Pre-modifier 14-karat mengklasifikasikan thing yang berupa gold berdasarkan kelasnya yaitu ‗emas‘ yang termasuk ke dalam golongan 14 karat. Dari penjelasan konfigurasi tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa pre-modifier dalam sebuah kelompok nomina memiliki dua fungsi atau sifat yaitu mendeskripsikan sesuatu dan mengklasifikasikan sesuatu. 31 2.2. Posisi dan Fungsi Pre-Modifier dalam Kelompok Nomina dalam Bahasa Indonesia Dalam kelompok nomina struktur deskripsi Bahasa Indonesia dikenal pula konstruksi pre-modifier untuk menggambarkan objek inti kelompok tersebut. Dalam Bahasa Indonesia pre-modifier juga memiliki fungsi deskripsi dan klasifikasi. Pre-modifier yang berfungsi untuk mendeskripsikan sesuatu dapat direalisasikan ke dalam kata sifat yang menerangkan keadaan, warna, ukuran, cara, dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh struktur kelompok nomina dalam Bahasa Indonesia dengan pre-modifier yang berfungsi sebagai describing pre-modifier: Tas hitam itu adalah milik seorang pria yang sedang berdiri di dekat pintu. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa describing pre-modifier direalisasikan ke dalam kata sifat ‗hitam‘. Pre-modifier ‗hitam‘ mendeskripsikan warna dimiliki oleh Thing dalam kelompok nomina tersebut. Karena perbedaan sistem bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia maka pre- modifier dalam Bahasa Indonesia terletak setelah Thing. Dalam Bahasa Indonesia, classifying pre-modifier digunakan sebagai unsure penjelas Thing tentang ke dalam jenis, tipe, atau kelas apakah Thing tersebut tergolong. Seperti halnya dalam bahasa Inggris, classifying pre- modifier dalam Bahasa Indonesia juga tidak dapat diberi tambahan unsur intensifier . Classifying pre-modifier dapat direalisasikan ke dalam beberapa kata seperti kata benda, kata sifat, kata kerja, dan sebagainya. Realisasi tersebut dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut: 32 Perahu layar itu sedang mengarungi lautan. Kata ‗layar‘ merupakan kata benda yang berfungsi sebagai classifying pre- modifier dalam kelompok nomina pada klausa tersebut. Kata ‗layar‘ mengk lasifikasikan ‗perahu‘ ke dalam jenis tertentu. Contoh lain classifying pre-modifier dapat dilihat pada contoh berikut ini: Kapal pesiar megah itu telah dibeli dengan harga tinggi oleh seorang jutawan asal Rusia. Dalam struktur di atas terdapat classifying pre-modifier dalam bentuk kata benda ‗pesiar‘ yang mengklasifikasikan ‗kapal‘ ke dalam jenis dan fungsinya dan describing pre-modifier dalam bentuk kata sifat ‗megah‘ yang menggambarkan bentuk dan kondisi kapal Thing tersebut. Konstruksi classifying modifier dalam Bahasa Indonesia juga berbeda dari struktur Bahasa Inggris, yaitu terletak setelah Thing. Dalam konstruksi tersebut sebenanya terdapat modifier dalam bentuk kata hubung ‗yang‘ yang berfungsi menghubungkan classifying pre-modifier dengan describing pre-modifier sehingga konstruksi kalimat di atas dapat dituliskan kembali menjadi Kapal pesiar yang megah itu telah dibeli dengan harga tinggi oleh seorang jutawan asal Rusia. Variasi pre-modifier dalam kelompok nomina Bahasa Indonesia yang direalisasikan dalam beberapa kata sifat atau kata sifat majemuk tidak memiliki pola tertentu seperti halnya dalam Bahasa Inggris yang menggunakan hyphen atau konstruksi khusus lainnya. Dalam Bahasa Indonesia jika sebuah kata benda memiliki lebih dari satu unsur kata sifat 33 maka dihubungkan dengan penghubung ―dan‖, atau ―yang‖. Sebagai contoh: Gadis itu memiliki rambut hitam yang panjang, Dia tinggal di apartemen yang mewah dan megah itu. Jika dibandingkan, beberapa pre-modifier yang dimiliki oleh struktur bahasa Inggris memiliki bentuk yang hampir sama dengan pre-modifier yang disertai perbandingan dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam kata seputih pualam, semanis madu, semerah darah, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris kata-kata dengan struktur tersebut sering kali berfungsi sebagai pre- modifier yang menerangkan kata benda. Contoh: He has an alabaster-white skin. Unsur kata benda biasanya digunakan sebagai pembanding kata sifat yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu objek. Karena perbedaan struktur bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, khususnya dalam hal pre-modifier , maka dalam penerjemahan sering kali muncul modifikasi untuk membuat terjemahan menjadi lebih alami tanpa kehilangan keakuratannya. Penggunaan kata hubung ―yang‖ atau ―dan‖ merupakan solusi yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan pre-modifier bahasa Inggris jika tidak dapat ditemukan perbandingannya dalam struktur yang serupa. Pada dasarnya pre-modifier dalam Bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sama dengan kata sifat bahasa Inggris, yaitu menerangkan atau menggambarkan keadaan suatu objek. Yang berbeda di antara keduanya adalah struktur sintaksis keduanya dalam kalimat. Perbedaan tersebut muncul karena perbedaan sistem Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Berikut ini 34 adalah perbandingan antara pre-modifier dalam Bahaa Indonesia dengan pre- modifier bahasa Inggris. Bahasa Inggris Bahasa Indonesia The green-eyed woman accompanying him also seemed anxious Perempuan bermata hijau yang menemaninya juga tampak cemas. Dalam tata bahasa Inggris yang menganut sistem Menerangkan-Diterangkan, pre-modifier selalu terletak mengawali kata benda, sedangkan dalam tata Bahasa Indonesia yang menganut sistem Diterangkan-Menerangkan, pre- modifier selalu terletak setelah kata benda. Pada contoh di atas pre-modifier diealisasikan dalam kata sifat majemuk yang meenggambarkan seorang ―perempuan‖. Pre-modifier green-eyed terletak sebelum kata benda woman, sedangkan dalam Bahasa Indonesia kata green-eyed berubah menjadi ―bermata biru‖ dan terletak setelah kata ―perempuan‖. Dalam kelompok nomina The green-eyed woman, pre-modifier green-eyed berfungsi menggambarkan salah satu ciri fisik wanita tersebut, dalam hal ini adalah pada bagian mata. Dalam Bahasa Indonesia pre-modifier tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menggambarkan bentuk atau warna mata wanita yang dimaksud dalam kalimat. Pada contoh selanjutnya ditemukan pola yang sama, dengan disertai modifikasi yang berupa penggunaan kata ―yang‖ sebagai kata penghubung. Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Although this was the entrance they were looking for, the opening was cordoned off by a swag and an official-looking sign. Walau ini merupakan pintu masuk yang mereka cari, bagian terbukanya ditutup dengan sebuah lempengan besi berlu bang- lubang dan ada tanda yang tampak resmi. 35 Kelompok nomina an official-looking sign tersebut mengandung pre- modifier official-looking yang berfungsi untuk menggambarkan kondisi atau keadaan sesuatu Thing yang dijelaskan, yaitu kata sign . Dalam Bahasa Indonesia konstruksi tersebut berubah manjadi ―tanda yang tampak resmi ‖. Namun fungsi pre-modifier yang muncul dalam Bahasa Indonesia tetaplah sama, yaitu menggambarkan kondisi kata benda yang diterangkan. Penggunaan kata hubung ―yang‖ dalam kasus ini adalah wajib karena jika kata ―yang‖ dihilangkan maka akan membuat kalimat secara keseluruhan menjadi janggal dan tidak bermakna. Berbeda dari contoh pertama, ketidakadaan kata ―yang‖ tidak memengaruhi isi kalimat. Kalimat tersebut tetap terbaca dan bermakna dengan konstruksi ―wanita bermata hijau‖ maupun jika konstruksi tersebut menjadi ―wanita yang bermata hijau‖. Namun demikian , beberapa intensifier seperti ―sangat‖, ―paling‖, ―lebih‖, ―kurang‖ dan sebagainya memiliki konstruksi yang sama dengan intensifier the most, more, less, the least, very, dan sebagainya. Jika dalam bahasa Inggris kata sifat strong diberi modifier very , maka strukturnya akan selalu modifier intensifier+ adjective . Dalam Bahasa Indonesia pun demikian, jika k ata sifat ―kuat‖ diberi modifier ―sangat‖ maka konstruksinya juga modifier intensifier +kata sifat: ―sangat kuat‖. Hal tersebut berlaku pula untuk modifier-modifier dan intensifier-intensifier lain. Ketika kata sifat ataupun pre-modifier tersebut dimasukkan ke dalam suatu kalimat maka susunannya mengalami penyesuaian terhadap kaidah masing-masing bahasa tersebut. 36

B. KERANGKA PIKIR PENELITIAN Alur penelitian ini digambarkan dalam bagan kerangka pikir berikut: