Tabel 4.18 Hasil Uji Tukey Daya Proteksi Ekstrak Daun Cengkeh S
yzigium aromaticum
Kelompok Pengamatan Beda Rata-Rata
Signifikansi I
J
2,5 5
-.98050 .861
7,5 -1.30509
.700 10
-4.10488 .015
12,5 -4.30138
.011
5 2,5
.98050 .861
7,5 -.32459
.997 10
-3.12439 .067
12,5 -3.32089
.050
7,5 2,5
1.30509 .700
5 .32459
.997 10
-2.79979 .110
12,5 -2.99629
.082
10 2,5
4.10488 .015
5 3.12439
.067 7,5
2.79979 .110
12,5 -.19650
1.000
12,5 2,5
4.30138 .011
5 3.32089
.050 7,5
2.99629 .082
10 .19650
1.000 Tabel 4.18 menunjukkan pasangan konsentrasi yang memiliki perbedaan rata-
rata daya proteksi ekstrak daun cengkeh. Konsentrasi 2,5 berbeda nyata dengan konsentrasi 10 dan sebaliknya, dengan nilai signifikansi 0,015. Konsentrasi 2,5
berbeda nyata dengan 12,5 dan sebaliknya, dengan nilai signifikansi 0,011. Konsentrasi 5 berbeda nyata dengan konsentrasi 12,5 dan sebaliknya, dengan
nilai signifikansi 0,050.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Suhu dan Kelembaban
Pada saat penelitian berlangsung dilakukan pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer. Adapun rata-rata hasil pengukuran suhu pada saat
dilakukan percobaan yakni pada ulangan I adalah 35,6
o
C, ulangan II adalah 36
o
C, dan ulangan III adalah 36,5
o
C. Kondisi suhu yang demikian masih sesuai bagi lalat untuk melangsungkan kehidupannya. Hal ini berdasarkan Depkes RI 1991, yang
menyebutkan bahwa lalat mulai beraktivitas pada suhu 15
o
C , pada temperatur di bawah 10
o
C lalat tidak aktif dan di atas 45
o
C terjadi kematian pada lalat. Selain suhu udara, kelembaban udara juga merupakan salah satu kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup lalat. Adapun rata-rata hasil pengukuran kelembaban pada lokasi penelitian yaitu pada ulangan I adalah
65, ulangan II adalah 64,8, dan ulangan III adalah 60. Menurut Jumar 2000, kelembaban optimum untuk perkembangan serangga pada umumnya adalah sekitar
70 - 89. Dapat disimpulkan bahwa kondisi kelembaban udara pada saat penelitian masih cukup sesuai untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup lalat, karena
kelembabannya tidak jauh dari kelembaban optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Haryati 2006 mengenai penggunaan bawang
putih sebagai pengawet alami dalam pengolahan ikan asin menunjukkan bahwa pada proses penjemuran ikan asin dengan suhu pemanasan 33-40
o
C dengan penjemuran selama dua sampai tiga hari, masih menunjukkan adanya infestasi atau hinggapan
lalat.
5.2 Daya Tolak Ekstrak Daun Cengkeh
Syzigium aromaticum terhadap Lalat
Selama penelitian berlangsung, dapat diamati aktivitas dan perilaku lalat sebelum menghinggapi suatu sampel yang dianggapnya sebagai makanan.
Berdasarkan hasil pengamatan, apabila seekor lalat ingin menghinggapi suatu sampel baik untuk makan ataupun bertelur, ia akan melakukan proses adaptasi terlebih
dahulu untuk memastikan apakah pada sampel tersebut terdapat bahan-bahan yang dapat merugikannya. Lalat hanya hinggap sebentar dan langsung terbang
meninggalkan suatu sampel apabila pada sampel tersebut terdapat bahan yang tidak disukainya. Oleh karena itu, lalat yang dihitung pada penelitian ini adalah lalat yang
hinggap selama beberapa menit, untuk memastikan bahwa lalat tersebut benar-benar tertarik pada sampel ikan.
Menurut Tarumingkeng 1992 dalam Haryati 2006, sebelum meletakkan telur, lalat biasanya melakukan orientasi terlebih dahulu dengan mencari media yang
cocok untuk bertelur demi kelangsungan hidupnya. Lalat memiliki bagian yang sangat peka yaitu tarsi yang terletak pada bagian kepala dan thorax karena adanya
kemoreseptor atau sensilia olfaktori yang berpori sehingga dapat mendeteksi aroma yang tidak disenangi. Pada umumnya serangga memiliki dendrit atau bagian cabang
neuron yang berfungsi menerima rangsangan pada bagian ujung yang tidak terlindung.
Selama penelitian dilakukan, ternyata jenis lalat yang menghinggapi ikan dalam proses penjemuran adalah lalat rumah Musca domestica dan lalat hijau
Chrysomya megachepala. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh