27
2.2.2 CTL Contectual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning CTL adalah suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat Nurhadi dkk. 2004: 13.
2.2.3 Komponen Utama Pembelajaran CTL Contextual Teaching and
Learning
Pembelajaran dengan menerapkan model CTL Contextual Teaching and Learning melibatkan tujuh komponen utama yang dijelaskan sebagai
berikut. 1 Konstruktivisme Constructivism
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pembelajaran CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang terbatas sempit bukan secara tiba-tiba. Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Demikian halnya dalam proses pembelajaran ekonomi akuntansi, siswa membangun
28
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar, siswa yang menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
2 Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual, dimana pengetahuan dan ketampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil
menemukan sendiri. Guru diharapkan merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.
3 Bertanya Questioning Questioning merupakan strategi utama pembelajaran kontekstual.
Guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa berpikir, bukannya penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya
adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan
spontan yang diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berpikir, berdiskusi, dan berspekulasi.
4 Masyarakat Belajar Learning Comunity Konsep “Masyarakat Belajar” menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang belum tahu. Dalam
masyarakat belajar terjadi proses komunikasi dua arah, dua kelompok belajar atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran.
29
5 Pemodelan Modeling Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya
melakukan. Permodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dalam pembelajaran kontekstual,
guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
6 Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
7 Penilaian yang Sebenarnya Authentic assessment Authentic assesment adalah prosedur penilaian dalam pembelajaran
kontekstual. Dengan authentic assesment, siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Prinsip utama asesmen dalam pembelajaran
kontekstual tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan siswa. Penilaian itu mengutamakan
penilaian kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan suatu tugas. CTL Contextual Teaching and Learning adalah strategi
pembelajaran yang menghubungkan antara konten pelajaran dengan situasi
30
kehidupan nyata, dan mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya di sekolah dengan kehidupannya sebagai
anggota keluarga, warganegara, dan dunia kerja Tim Penatar Undiksha 2007: 2. CTL Contextual Teaching and Learning merupakan respons dari
ketidakpuasan praktek pembelajaran yang sangat menekankan pada pengetahuan abstrak atau konseptual semata-mata. Pembelajaran demikian
memang cocok untuk melahirkan para akademis, tetapi tidak menyiapkan siswa untuk menjadi seorang profesional; dengan kata lain, pembelajaran yang
terlampau abstrak telah mengabaikan aspek kontekstual atau terapan dari pengetahuan tersebut.
Bagi siswa, proses pembelajaran tradisional yang menekankan pada pengetahuan abstrak atau konseptual lebih pasif daripada pembelajaran
kontekstual, informasi dalam pemikirannya melalui kegiatan mendengarkan guru dan membaca materi yang ditugaskan. Sesuai dengan itu, maka metode
pengajaran lebih berpusat pada guru. Tidak semua siswa memiliki kemampuan untuk menyerap informasi secara abstrak, oleh karena itu banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Juga banyak yang lulus sekolah tetapi tidak mampu berada di masyarakat sebagai anggota yang
bermutu. Penguasaan terhadap pengetahuan factual masih tatap diperlukan sebagai landasan pengembagan ilmu pengetahuan, tetapi pengetuhuan itu lebih
mudah untuk dipahami jika diperoleh dari pengalaman langsung, dari pada siswa hanya menghafal dan menyimpan informasi itu dalam pikirannya
sampai suatu saat nanti diperlukan. Cognitive apprenticeship adalah suatu
31
metode melatih siswa dalam menyelesaikan suatu tugas. Ada tiga hal utama yang harus dilakukan seorang guru sebelum pembelajaran dilakukan, yaitu :
1 terlebih dahulu menentapkan kompetensi yang harus dicapai siswa 2 menunjukkan manfaat dari tugas yang diberikan, dan 3 member peluang
untuk keberagaman cara belajar siswa. Dalam metode ini, dilakukan visualisasi konsep-konsep abstrak,
memahami konsep, dam menggunakannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Terkait dengan konsep kebersamaan tersebut, dalam CTL perlu
dilakukan diversifield learnig strategis, yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang bervarias namun kontekstual. Metode ceramah dalam
beberapa hal masih diperlukan, tetapai metode-metode yang berpusat pada siswa seperti metode inkuiri dan metode kooperatif akan lebih bisa membantu
siswa mengembangkan kompetensi dengan bak, begitu juga perlu dilakukan differentiated teaching yaitu pembelajaran yang demokratis dimana siswa
dapat peluang yang luas untuk memahami informasi sesuia dengan keccenderungan yang dimiliki masing-masing kecenderungan tersebut untuk
mengatasi permasalahan-permasalan yang dihadapi. Pemberdayaaan sangat diperlukan dalam CTL Contextual Teaching
and Learning Menurut Bond dalam Tim Penatar Undiksha 2007 pemberdayaan siswa dapat dilakukan dengan cara: 1 Fading menjauh
secara perlahan yaitu : dukungan guru dikurangi sedikit demi sedikit hingga akhirnya siswa dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri; 2 Articulation
penyampaian, yaitu kesempatan untuk siswa terlibat dalam percakapan atau
32
diskusi mengenai pengetahuannya dalam rangka memecahkan masalah; 3 Reflection refleksi, melihat kediri-sendiri, yaitu kegiatan dimana siswa dapat
membandingkan kemampuan dan keterampilannya dengan ahli dibidangnya; dan 4 Eksploration ekplorasi, berkarya, yaitu saat dimana guru mendorong
siswa untuk mencoba menemukan dan memecahkan persoalan secara mandiri.
2.2.4 Strategi CTL Contextul Teaching and Learning