Stabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN

kandungan aspal yang cukup tinggi sehingga aspal tidak efektif lagi menyelimuti agregat. Semakin tebal selimut aspal, sifat saling kunci antar agregat menjadi semakin berkurang.

5.7.2 Flow

Flow kelelehan plastis menunjukkan tingkat kelenturan dari suatu campuran. Dari alat Marshall dapat dilihat hasil pemeriksaan flow dari campuran. Untuk campuran AC – WC halus ,nilai Flow mempunyai spesifikasi menurut Departemen Pekerjaan Umum DPU 2010 rev.2 minimal 3 mm. Nilai Flow untuk campuran AC - WC Halus pada kadar aspal 5, 5,5, 6, 7, 7,5 berturut-turut adalah 2,78 mm, 3,27 mm, 3,59 mm, 4,08 mm, 4,61mm. Gambar 5.2 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal Dengan Flow Rata-Rata Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Gambar 5.2 menunjukkan bahwa nilai flow yang diperoleh meningkat sesuai dengan bertambahnya kadar aspal. Hal ini terjadi karena rongga udara dalam campuran yang terisi aspal semakin banyak sehingga ruang udara dalam campuran semakin kecil. Dengan bertambahnya jumlah aspal yang menyelimuti agregat, waktu kelelehannya bertambah panjang sehingga pada saat diberikan beban akan lebih mampu mengikuti perubahan bentuk akibat pembebanan.

5.7.3 Marshall Quotient

Marshall Quotient MQ merupakan perbandingan nilai stabilitas campuran dengan flow yang menunjukkan sifat lentur campuran. Untuk campuran AC – WC halus . . . . . . . . . . . . Fl ow Kadar Aspal Total sa pel sa pel sa pel i i u rata-rata mempunyai spesifikasi menurut Departemen Pekerjaan Umum DPU 2010 mimimal 250 kgmm. Nilai Marshall Quotient MQ untuk campuran AC – WC halus pada kadar aspal 5, 5,5, 6, 6,5, 7 berturut-turut adalah 920,99 kgmm, 1019,55 kgmm, 1047,61 kgmm, 894,94 kgmm, 733,07 kgmm seperti Gambar 5.3. Gambar 5.3 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal Dengan MQ Rata-Rata Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Gambar 5.3 menunjukkan bahwa pada kadar aspal 6,5 dan 7 nilai Marshall Quotient MQ menurun, ini disebabkan karena bertambah besarnya nilai pelelehan dan berkurangnya stabilitas. Faktor kekakuan sangat penting untuk mendapatkan campuran yang fleksibel. Bila campuran tidak cukup kaku maka akan mudah mengalami deformasi, sebaliknya bila campuran terlalu kaku maka campuran akan menjadi getas sehingga mudah retak.

5.7.4 Rongga Udara Dalam Campuran VIM

VIM merupakan pori yang tersisa setelah campuran dipadatkan. VIM dibutuhkan untuk tempat bergesernya butir-butir agregat akibat pemadatan tambahan yang terjadi oleh repetisi beban lalu lintas, atau tempat jika aspal menjadi lunak akibat meningkatnya temperatur. VIM yang terlalu besar akan mengakibatkan campuran berkurang kekedapan airnya, sehingga berakibat meningkatnya proses oksidasi aspal yang dapat mempercepat penuaan aspal dan menurunkan sifat durabilitas campuran. Nilai VIM marshall standar untuk campuran AC – WC halus pada kadar aspal 5, 5,5, 6, 6,5, 7 berturut-turut . . M ar ss ha ll Q uo tie t Kg Kadar Aspal Total sa pel sa pel sa pel i i u rata-rata

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENUAAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Dan Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 1 22

PENDAHULUAN Pengaruh Penuaan Dan Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 3 7

PENGARUH PENUAAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Dan Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 1 12

Studei Sifat Campuran Asphalt Concrete Wearing Cours (AC-WC) Dengan Bahan Utama Bongkaran Aspal Beton Lama Dan Autoclaved Aerated Concrete (AAC) Sebagai Filler.

0 0 1

Kinerja Stiffness, Fatigue dan Creep Campuran Aspal Panas Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 0 1

STUDI SIFAT CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) DENGAN BAHAN UTAMA BONGKARAN ASPAL BETON LAMA DAN AUTOCLAVED AERATED CONCRETE (AAC) SEBAGAI FILLER.

0 0 11

Pengaruh Komposisi Agregat Kasar Terhadap Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC)

0 0 8

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE–WEARING COURSE (AC-WC) DENGAN PENGGUNAAN ABU VULKANIK DAN ABU BATU SEBAGAI FILLER

0 0 12

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) TAMBAHAN LATEKS TERHADAP SIFAT MARSHALL

0 1 10

PENGARUH PENGGUNAAN ABU VULKANIK SEBAGAI FILLER TERHADAP CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS ASPHATL CONCRETE – WEARING COURSE (AC-WC) - POLSRI REPOSITORY

0 0 17