Pemeriksaan Material Penyiapan Alat
dan Material Latar Belakang
Rumusan Masalah Tujuan
Pengujian Awal Tes Ekstraksi dan Gradasi
Bongkaran Perkerasan Aspal Lama atau RAP
Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar Hasil Ekstraksi,
digunakan pada perhitungan berat jenis bulk agregat
Pengujian Bahan Tambahan Campuran
Pengujian Aspal
Proses Pengujian 1. Penetrasi Aspal
2. Titik Lembek 3. Titik Nyala dan
Titik Bakar 4. Daktilitas
5. Berat Jenis 6. Tes Kehilangan
Berat Aspal Agregat Halus
Filler Abu AAC 1. Analisa
saringan 2. Berat jenis
3. Penyerapan Agregat
4. Kadar Lumpur
5. Sand equivalent
1. Analisis saringan
2. Berat jenis 3. Tes Plastisitas
Spesifikasi
Tidak Tidak
Didapat Kadar Aspal 6,13, Gradasi dan berat jenis
Agregat RAP Penambahan Agregat Baru Filler Untuk Mengoreksi
Gradasi RAP Agar Sesusai Gradasi AC-WC Halus Estimasi Kadar Aspal Teoritis Pb=
6
Spesifikasi
Agregat Kasar 1. Analisa
saringan 2. Berat Jenis
3. Penyerapan Agregat
4. Angularitas 5. Abrasi
6. Soundness Tinjauan Pustaka
A
Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian A
Variasi Kadar Aspal Dengan Estimasi Kadar Aspal Pb =6
5,5,5,6,6,5,7 Pembuatan Benda Uji Sesuai Dengan Variasi Kadar Aspal,
Dengan 2 x 75 Tumbukan Sesuai Standar Marshall Penentuan Nilai VMA, VIM, VFB, Stabilitas, Kelelehan,
MQ Buat Benda Uji Pada KA Yang Memberi VIM 6 dan ± 0,5 dari KA Tersebut
Masing – Masing 3 Buah, Padatkan Dengan Metode PRD 2 x 400 Analisa Data
Kadar Aspal Optimum
Karakteristik Campuran AC – WC Halus Pada Kadar Aspal
Optimum
Kesi pula Pembuatan Benda Uji Pada
Kadar Aspal Optimum Untuk Uji Cantabro, dan kekakuan
Hasil
4.5 Ekstraksi Aspal Lama Refluk
Aspal lama yang digunakan harus diketahui jenis campuran yang digunakan sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan beberapa cara, yaitu test ekstraksi
dan gradasi dengan refluks. Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluk
gelas sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali komposisi bahan sesuai perencanaan, dan dilanjutkan dengan pengujian sifat fisik aspal untuk mengetahui sifat aspal pada
pelaksanaan dan masa pelayanannya. Pengujian campuran beraspal dari perkerasan jalan akan memberikan keterangan yang cukup bagi perencana mengenai kualitas dari
campuran beraspal. Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluk gelas Dep. PU, 2004, RSNI M-05-2004.
4.6 Pengujian Material
Pengujian utama material agregat yang dilakukan terdiri pengujian utama berupa: Analisis Saringan Agregat Kasar, Agregat Halus dan Filler Dep. PU, SNI-03-1968-
1990; Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar dan Halus Dep. PU, SNI-03- 1969-1990 ; Pengujian Angularitas Agregat Kasar Dep. PU, Revisi SNI 03-1737-1989;
dan Angularitas Agregat Halus Dep. PU, SNI 03-6877-2002; Pengujian Keausan Agregat Abrasi Dep.PU, SNI-2417-2008. Pengujian aspal mencakup: uji penetrasi,
daktiltas, titik lebek, titik leleh, titik bakar dan kehilangan berat.
4.7 Penyesuaian Gradasi BongkaranAspal Lama dan Proporsi Material Sesuai
Spesifikasi Campuran AC – WC Halus Berdasarkan hasil analisa saringan dari sampel ekstraksi aspal lama, diperoleh
grafik yang kemudian dikoreksi dengan menambahkan sejumlah agregat halus serta filler. Sehingga diperoleh bahwa gradasi bongkaran aspal lama mendekati spesifikasi gradasi
dari campuran AC – WC halus. Gambar 3.3 menunjukan gradasi dari aspal lama yang telah disesuaikan dan dikoreksi sesuai dengan spesifikasi campuran AC – WC Halus.
Tabel 4.1 menunjukan tabel penambahan agregat halus dan filler agar sesuai campuran AC – WC halus
Gambar 4.2 Grafik Gradasi Yang Telah Disesuaikan dan Dikorelasikan Sesuai Spesifikasi AC – WC Halus.
4.8 Penentuan Variasi Kadar Aspal dan Perhitungan Penambahan Aspal
Untuk membuat variasi kadar aspal terlebih dahulu dihitung kadar aspal awal, kemudian dibuat variasi kadar aspal sebesar ±0,5, ±1, ±1,5 dari estimasi kadar aspal
awal. Karena bahan campuran AC – WC halus menggunakan bongkaran aspal beton lama yang sudah memiliki kadar aspal sebesar 6,13 , maka diperlukan perhitungan khusus
terhadap proporsi kadar aspal total campuran setelah ditambahkan variasi kadar aspal.
4.9 Menentukan Kadar Aspal Optimum Perkiraan
Setelah proporsi dan penambahan agregat diketahui, maka dilakukan perhitungan kadar aspal optimum perkiraan yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam menentukan
variasi kadar aspal. Kadar aspal optimum perkiraan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Depkimpraswil, 2002 :
Pb = 0,035 CA + 0,045 FA + 0,18 FF + k 4.1
Dimana: Pb = kadar aspal rencana awal, adalah terhadap berat campuran
CA = agregat kasar, adalah terhadap agregat tertahan saringan no.4
. .
B er
at A
gr eg
at y
a g
Lo lo
s
Ukura Sari ga
batas atas batas bawah
FA = agregat halus, adalah terhadap agregat lolos saringan no.4 dan tertahan saringan no.200
FF = filler, adalah terhadap agregat lolos saringan no.200 k = konstanta, berkisar antara 0,5-1,0 untuk AC, 2,0-3,0 untuk HRS, 1,0-2,5
untuk latasir. Dimana proporsi agregat :
Agregat Kasar :38 total tertahan ayakan 4,75 mm Agregat Halus : 55 lolos ayakan 4,75 mm tertahan ayakan 0,075 mm
Filler : 7 min 75 lolos ayakan 0,075 mm Dan k diambil = 1
Adapun perhitungannya sebagai berikut : Pb = 0,035 CA + 0,045 FA + 0,18 FF + k
Konstanta antara 0,5 – 1 untuk AC, disini diambil 1 maka : Pb = Pb = 0,035 38 + 0,045 55 + 0,18 7 + 1 = 6
Dari perhitungan estimasi kadar aspal awal diatas, maka variasi aspalnya adalah 5,0, 5,5 , 6 6,5 , 7,0 .
4.10
Proporsi Material dan Penambahan Aspal Agar Sesuai Variasi Kadar Aspal Campuran
Proporsi material dilakukan untuk memodifikasi agregat sesuai Tabel 4.1. Karena
campuran AC - WC Halus menggunakan bongkaran aspal beton lama yang sudah memiliki kadar aspal sebesar 6,13, maka diperlukan perhitungan khusus terhadap
proporsi kadar aspal total campuran agar sesuai variasi kadar aspal yaitu 5,0, 5,5 , 6 6,5 , 7,0 . Agar kadar aspal campuran sesuai variasi kadar aspal dilakukan
penambahan kadar aspal dengan cara coba-coba, dimulai dari tanpa penambahan kadar aspal, penambahan kadar aspal 0,5 dan seterusnya dari estimasi kadar aspal awal. Pada
Tabel 4.2 disajikan proporsi kadar aspal campuran yang disesuaikan dengan variasi kadar aspal.
Tabel 4.1 Proporsi Material Untuk Modifikasi Gradasi Agregat
Tabel 4.2 Proporsi Kadar Aspal Campuran Agar Sesuai Variasi Kadar Aspal
Target Kadar
Aspal Berat
RAP Berat
Agregat Tambah
an Berat
RAP +
bahan Tamb
ahan KA
RAP Berat
Aspal RAP
Penambahan KA coba - coba
terhadap c Berat
Campura n Total
Kadar Aspal Akhir
a b
c = a+b
d e = a
x d f= KA
tamba han
dlm g =
KA tamba
han dalam
gr h = c + g
e+gh100
gr gr
gr gr
gr gr
5.0 500
700 1200
6,13 30,65
2,57 30,84
1230,84 5,00
5.5 500
700 1200
6,13 30,65
3,12 37,44
1237,44 5,50
6,00 500
700 1200
6,13 30,65
3,67 44,04
1244,04 6,00
6.5 500
700 1200
6,13 30,65
4,22 50,64
1250,64 6,50
7,00 500
700 1200
6,13 30,65
4,78 57,36
1257,36 7,00
Keterangan : K.A= kadar Aspal
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penambahan kadar aspal sebesar 2,57 , 3,12 , 3,67 , 4,22 , dan 4,78 terhadap berat campuran 1200 gr.
4.11 Penyiapan Sampel dengan dan Pengujian dengan Metode Marshall
Setelah material diproporsikan sesuai Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, material agregat dan aspal dipanaskan dan dicampur rata. Kemudian dipadatkan dengan cara Marshall dengan
2x75 tumbukan.
4.12 Penentuan Kadar Aspal Optimum
Hasil uji sampel dengan kadar aspal yang divariasi, dianalisis, kemudian dicari rentang kadar aspal yang memenuhi semua sifat campuran yang ditentukan seperti contoh
pada Gambar 4.3. Kemudian ditentukan kadar aspal optimumrencana.
Kepadatan grcc Rongga diantara Agrgat
VMA Rongga terisi aspal
VFB Rongga dalam campuran
VIM Marshall Rongga dalam campuran
pada kepadatan mutlak Stabilitas kg
Kelelehan mm Hasil bagi Marshall kgmm
Kadar aspal Rencana Sifat-sifat campuran
4 Rentang kadar aspal yang memenuhi
Spesifikasi 5
6 7
8
Rentang yang
memenuhi parameter
Campuran Beraspal
Gambar 4.3 Contoh Penentuan Kadar Aspal Optimum KAO
4.13 Uji Cantabro dan kekakuan tarik tak langsung Indirect Tensile Stiffness Modulus-ITSM
Setelah Kadar Aspal Otimum diperoleh, kemudian dibuat sampel pada KAO dan diuji Cantabro dan kekakuan tarik tak langsung Indirect Tensile Stiffness Modulus-
ITSMsesuai standar yang berlaku BS EN 12697-26:2012.
4.14 Pembandingan Hasil Uji
Jenis campuran yg diteliti pada penelitian ini adalah Campuran 3 Camp. 3 berupa campuran AC-WC dengan aspal penetrasi 6070, dan RAP. Pada penelitian ini, dilakukan
pembandingan hasil uji sampel terhadap campuran lain. Campuran ini dibandingkan dengan Campuran 2 Camp.2 berupa Latasir dengan perekat aspal emusli dan material
dari garukan aspal lama reclaimed asphalt pavement-RAP, Negara, 2015 dan Campuran 1 Camp.1 berupa AC-WC, dengan aspal penetrasi 6070, dan agregat alam
Thanaya dkk, 2015.
.
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengujian Awal Pengujian awal dimaksudkan untuk mencari kadar aspal dan gradasi dari bongkaran
aspal lama.Hal ini dapat mempermudah tahap pembuatan rancangan campuran, penambahan agregat baik berupa agregat kasar, agregat halus dan filler agar sesuai dengan
spesifikasi jenis campuran yang mendekati dari hasil gradasi bongkaran aspal lama tersebut, dimana dalam penelitian ini jenis campuran yang digunakan adalah AC – WC
halus. Selain itu, hasil pengujian awal ini juga dapat digunakan untuk menentukan kadar aspal yang akan ditambahkan. Pengujian awal terdiri dari tes ekstraksi bongkaran aspal
lama, analisa saringan, serta pengujian yang lainnya. Berikut ini adalah hasil pengujian-pengujian awal yang dilakukan:
1. Tes Ekstraksi Tes ekstraksi dilakukan untuk mengetahui kadar aspal dari bongkaran aspal lama.
Dari pengujian yang dilakukan didapatkan kadar aspal yaitu 6,13 . Analisa Saringan Agregat Hasil Ekstraksi.
Pengujian analisa saringan agregat hasil ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan gradasi dari bongkaran aspal lama, selanjutnya bongkaran aspal lama ditambahkan
dengan sejumlah agregat kasar, agregat halus dan filler agar sesuai dengan spesifikasi campuran AC – WC halus. Gradasi bongkaran aspal lama dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Gradasi Bongkaran Aspal Lama Atau RAP Reclaimed Asphalt Pavement
No. Saringan Ukuran
Saringan mm Komulatif lolos Aspal
Lama
1 25
34 19
100,00 12
12,5 91,31
38 9,5
80,96 4
4,75 54,39
8 2,36
40,59 16
1,18 31,45
30 0,6
25,11 50
0,3 19,06
100 0,15
13,19 200
0,075 9,35
Pan
Dari hasil pengujian gradasi bongkaran aspal lama didapat hasil komulatif lolos untuk setiap saringan, sehingga perlu ditambahkan beberapa agregat kasar, agregat halus
dan filler agar sesuai dengan spesifikasi campuran AC – WC halus. Untuk grafik gradasi bongkaran aspal lama dapat dilihat pada Gambar 4.4.
5.2 Hasil Pengujian Bahan Tambahan Agregat Kasar, Agregat Halus dan Filler
Pemeriksaan agregat kasar dan agregat halus meliputi berat jenis agregat dan penyerapan, sand equivalen, dan kadar lempunglumpur. Sedangkan pemerikaan filler
berupa pemeriksaan analisa saringan, berat jenis dan plastisitas.
5.2.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar 1. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berat jenis agregat kasar dilakukan sebanyak dua kali untuk agregat tambahan dan satu kali untuk agregat RAP
Reclaimed Asphalt Pavement . Berdasarkan hasil pemeriksaan berat jenis agregat diperoleh hasil penyerapan agregat sebesar 2,91 untuk agregat kasar tambahan
dan 0,85 untuk agregat kasar RAP Reclaimed Asphalt Pavement .Ini menunjukan bahwa agregat kasar yang digunakan memenuhi persyaratan
Departemen Pekerjaan Umum DPU. Nilai spesifikasi untuk penyerapan air maksimum 3. Pada spesifikasi umum yang dikeluarkan DPU tahun 2010, tidak
ada batasan untuk nilai minimum berat jenis semu. Namun pada spesifikasi tahun 2004 ditetapkan nilai minimum berat jenis semu sebesar 2,5.
2. Kadar Lumpur Agregat Kasar
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan terhadap agregat kasar, masing-masing sebanyak dua kali. Hasil dari pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar dapat dilihat
pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar lumpur dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang digunakan memiliki nilai sebesar 0,31 sehingga
memenuhi persyaratan Bina Marga yaitu ≤ 1. Karena agregat memiliki kadar lumpur yang kecil, maka agregat ini dapat langsung digunakan dalam proses
pencampuran aspal.
3. Pemeriksaan Angularitas Agregat Kasar