Asphalt Concrete – Wearing Course AC – WC
                                                                                Asphalt Concrete-Wearing Course AC-WC merupakan Laston sebagai lapisan aus permukaan. Tebal nominal minimum lapisan AC-WC adalah 4 cm. lapisan AC-WC
terletak pada lapisan terluar pada lapis perkerasan. Fungsi dari lapis AC-WC:
1. Menyelimuti perkerasan dari pengaruh air
2. Menyediakan permukaan yang halus
3. Menyediakan permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata sehingga
aman dan nyaman untuk dilalui pengguna. 4.
Menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya Bahan campuran AC-WC terdiri dari agreagat kasar, agregat halus, bahan pengisi
filler,  dan  aspal.  Bahan-bahan  tersebut  sebelum  digunakan  harus  diuji  terlebih  dahulu untuk mengetahui sifat-sifat bahan tersebut.
2.3 Syarat Teknis Agregat pada Campuran Laston Asphalt Concrete
Persyaratan  teknis  yang  digunakan  dalam  penelitian  sesuai  dengan  persyaratan teknis campuran aspal beton yang dikeluarkan oleh Dep. PU 2010 rev.2, Campuran yang
dihasilkan harus memenuhi persyaratan seperti yang tercantum sebagai berikut :
1. Agregat Kasar
a. Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No.4
4,75 mm  yang di lakukan secara basah dan harus bersih dari lempung atau bahan yang  tidak  dikehendaki  lainnya  dan  memenuhi  ketentuan  yang  diberikan  dalam
Tabel 2.1.
b. Fraksi  agregat  kasar  harus  dari  batu  pecah  mesin  dan  disiapkan  dalam  ukuran
nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan . c.
Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel 2.1. angularitas agregat  kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat
yang  lebih  besar  dari  4,75  mm  dengan  muka  bidang  pecah  satu  atau  lebih berdasarkan uji menurut Pennsylvania DoT’s Test Method No.621
d. Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
e. Fraksi  agregat  kasar  harus  ditumpuk  terpisah  dan  harus  dipasok  ke  instalasi
pencampuran  aspal  dengan  menggunakan  pemasok penampung  dingin  cold bin feeds    sedemikian  rupa  sehingga  gradasi  gabungan  dapat  dikendalikan  dengan
baik.
2.  Agregat halus a.  Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 4,75 mm. b.  Fraksi  agregat  halus  pecah  mesin  dan  pasir  harus  ditempatkan  terpisah  dari
agregat kasar. c.  Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang tidak
melampaui 15 terhadap berat total campuran.
Tabel 2. 1 Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar
Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
SNI 3407:2008 Maks. 12
natrium dan magnesium sulfat Abrasi dengan mesin
Campuran AC bergradasi SNI 2417:2008
Maks. 30 Los Angeles
Kasar Semua jenis campuran
Maks. 40 aspal bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991  Min. 95
Angularitas kedalaman dari permukaan 10cm DoTs
9590
2
Pennsylvania Angularitas kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm
Test Method, 8075
2
PTM No.621 Partikel pipih dan lonjong
ASTM D4791 Maks. 10
Perbandingan 1:5 Material lolos ayakan no.200
SNI 03-4142-1996  Maks. 1 Sumber : Dep. PU 2010 rev.2
Tabel 2. 2 Persyaratan Pasir Agregat Halus
Pengujian Standar
Nilai Nilai Setara Pasir
SNI 03-4428-1997 Min. 60
Kadar Lempung SNI 3423:2008
Maks. 1 Angularitas Kedalaman dari
SNI 03-6877-2002 Min. 45
Permukaan 10cm Angularitas Kedalaman dari
Min. 40 Permukaan ≥10cm
Sumber: Dep. PU 2010 Rev.2
3.  Bahan pengisi filler Bahan pengisi memiliki ukuran butir lolos ayakan 0,075mm, bersifat  non plastis,
dan dengan kadar air maksimal 1 . 2.4
Gradasi Agregat Campuran Laston
Gradasi campuran laston harus memenuhi persyaratan dalam Tabel 2.3 Tabel 2. 3 Persyaratan Gradasi Campuran Laston
Ukuran Ayakan mm
Berat Yang Lolos Terhadap Total Agregat Dalam Campuran LASTON AC
Gradasi Halus Gradasi Kasar
WC BC
Base WC
BC Base
37,5 100
100 25
100 90-100
100 90-100
19 100
90-100 73-90
100 90-100
73-90 12,5
90-100 74-90
61-79 90-100
71-90 55-76
9,5 72-90
64-82 47-64
72-90 58-80
45-66 4,75
54-69 47-64
39,5-50 43-63
37-56 28-39,35
2,36 39,1-53
34,6-49 30,8-37
28-39,1 23-34,6
19-26,8 1,18
31,6-40 28,3-38
24,1-28 19-25,6
15-22,3 12-18,1
0,600 23,1-30
20,7-28 17,6-22
13-19,1 10-16,7
7-13,6 0,300
15,5-22 13,7-20
11,4-16 9-15,5
7-13,7 5-11,4
0,150 9-15
4-13 4-10
6-13 5-11
4,5-9 0,075
4-10 4-8
3-6 4-10
4-8 3-7
Sumber: Dep. PU 2010  Rev.2 Keterangan: AC = Asphalt Concrete
2.5 Persyaratan Sifat-sifat Laston
Campuran Laston harus memenuhi sifat-sifat campuran, sesuai dengan persyaratan dalam Tabel 2.4.
2.6 Agregat Bekas Bongkaran Perkerasan Aspal Lama
Mengingat  keterbatasan  agregat  alami  yang  tersedia  di  alam,  dimana  agregat tersebut jumlahnya semakin lama semakin berkurang karena merupakan bahan baku yang
tidak  dapat  diperbahurui,  maka  sebagai  alternatif  dapat  digunakan  agregat  dari  bahan Bongkaran Perkerasan Aspal Lama Atau Reclaimed Asphalt Pavement RAP
Biasanya  RAP  digunakan  sebagai  bahan  urugan  atau  bahkan  sering  menjadi limbah. Material RAP dapat dimanfaatkan diolah kembali menjadi bahan perkerasan baru.
Tabel 2. 4 Persyaratan Sifat-Sifat Campuran Laston
Sifat-sifat campuran Laston
Lapisan Aus AC-WC
Lapisan Antara AC-BC
Pondasi Base
Halus  Kasar  Halus  Kasar  Halus  Kasar Kadar aspal efektif
5,1 4,3
4,3 4,0
4,0 3,5
Penyerapan aspal Maks.
1,2 Jumlah tumbukan per bidang
75 112
Rongga dalam campuran
2
Min. 3,0
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat VMA
Min. 15
14 13
Rongga Terisi Aspal Min.
65 63
60 Stabilitas Marshall Kg
Min. 800
1800
1
Maks. Pelelehan  mm
Min. 3
4,5
1
Marshall Quetient kgmm Min.
250 300
Stabilitas Marshall Sisa setelah perendaman selama 24
jam, 60 C
3
Min. 90
Rongga dalam campuran pada kepadatan membal
refusal
4
Min. 2
Sumber: Dep. PU 2010  Rev.2
RAP  dapat  diperoleh  dari  proyek  perbaikan  jalan,  penggerukan  jalan  lama, pembuatan  saluran  limbah  rumah  tangga  dan  galian  galian  utility  lainnya  sehingga
Reclaimed  Asphalt  Pavement  RAP  sering  bersifat  tidak  homogen  karena  dapat  saja diambil dari ruas jalas yang berbeda, dan memiliki jenis campuran berbeda.
Gambar 2.1 Bongkaran Perkerasan Aspal Lama  RAP
2.7 Autoclaved Aerated Concrete AAC
Autoclaved Aerated Concrete AAC merupakan salah satu bahan material sebagai bahan  pembuat  dinding.  AAC  Autoclaved  aerated  Concrete  terbuat  dari  pasir  silika,
semen, kapur dan air di buat dengan tekanan uap tinggi. Proses pembuatan material ini di awali  dengan  proses  pencampuran  bahan  baku.  Setelah  itu,adonan  bahan  baku  tersebut
dimasukkan  ke  dalam  alat  yang  bernama  autoclaved.  Di  dalam  alat  ini,  adonan  diberi tekanan  uap  air  hingga  suhu  sekitar  200  derajat  celcius.  Oleh  karena  prosesnya
menggunakan  autoclaved maka material  ini disebut sebagai autoclaved aerated concrete. Sampai  saat  ini  penggunaan  AAC  Autoclaved  aerated  Concrete  banyak  digunakan
dalam  pembangunan  saat  ini.  Khususnya  di  Bali,  AAC  Autoclaved  aerated  Concrete banyak  digunakan  dalam  mendirikan  bangunan  pertokoan  dan  perhotelan  di  Bali.
Pembangunan tersebut menghasilkan  limbah AAC Autoclaved aerated Concrete   yang lumayan  banyak.  Selain  itu,  terdapat  sisa-sisa  potonganpecahan  AAC  Autoclaved
aerated Concrete  dari proyek bangunan, dan dari pembangunan.
Melihat ketersediaan dari limbah AAC Autoclaved aerated Concrete di lapangan cukup  banyak,  dan  sebagai  alternatif  lain  yang  digunakan  sebagai  filler,  maka  dalam
penelitian  ini dicoba untuk menggunakan  hasil dari  sisa pembangunan  yang sudah tidak terpakai  yaitu  abu  dari  AAC  Autoclaved  aerated  Concrete    tersebut  sebagai  bahan
pengisi filler pada lapis perkerasan jalan AC - WC. AAC Autoclaved aerated Concrete yang merupakan limbah dari pembangunan tersebut nantinya akan dipecah sampai berupa
abu.
Gambar 2.2 AAC  Autoclaved Aerated Concrete 2.8
Aspal Penetrasi Berdasarkan bentuknya pada temperatur ruang, aspal dibedakan atas aspal padat,
aspal cair, dan aspal emulsi. Beriktu dijelaskan perihal aspal keras saja. Aspal Keras hard asphalt.
Aspal  keras  adalah  aspal  yang  digunakan  dalam  keadaan  cair  dan  panas, dimana  aspal  ini  berbentuk  padat  pada  temperatur  ruang.  Aspal  padat  dikenal
dengan  nama  aspal  semen  asphalt  cement.  Di  Indonesia  aspal  semen  biasanya
dibedakan  atas  penetrasinya.  Pada  daerah  panas  atau  lalu  lintas  dengan  volume tinggi dipergunakan aspal semen dengan penetrasi rendah, sedangkan untuk daerah
dingin atau lalu lintas rendah dipergunakan penetrasi tinggi. Sesuai dengan kondisi cuaca  dan  temperatur  di  Indonesia  pada  saat  ini  dipergunakan  aspal  dengan
penetrasi  6070.  Tingkat  penetrasi  ini  menunjukkan  tingkat  kekentalan  aspal, berupa dalamnya  jarum penetrasi  saat uji  penetrasi  masuk  kedalam  aspal  selama
pembebanan standa 100 gram selama 5 detik, dengan satuan 0,1 mm.
2.9 Karakteristik Marshall
Campuran aspal dan agregat, umum dievaluasi berdasarkan Karakteristik Marshall, yang teriri dari Stabilitas indikasi kekuatan; deformasi plastis flow indikasi deformasi;
Marshall Quotient; Rongga di antara Mineral Agregat void in mineral aggregate-VMA; Rongga  di Dalam Campuran  void  in  mixture-VIM; Rongga  terisi  aspal  void  filled  wit
bitumen-VFB
2.10  Test Kekakuan Tarik Tak Langsung Indirect Tensile Stiffness Kekakuan  stiffness  data  diuji  dengan  Test  Kekakuan  Tarik  Tak  Langsung
Indirect  Tensile  Stiffness.  Sifat  ini  menunjukkan  kemampuan  campuran  aspal  padat untuk menyebarkan beban.
2.11  Material Pengganti Agregat Alam
Diantara beberapa alternatif material pengganti agregat alam, salah satunya adalah bongkaran perkerasan aspal lama. Saat ini pembongkaran perkerasan lama belum banyak
dilakukan.  Perkerasan  baru  umumnya  dihamparkan  diatas  perkerasan  lama,  sehingga elevasi permukaan jalan semakin tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan areal disekitar jalan
lebih rendah dari permukaan jalan, yang dapat kurang baiknya system drainase.
2.12  Penelitian Yang Menunjang Yang Sudah Dilakukan Penelitian  dengan  memakai  bongkaran  perkerasan  lama  sudah  dilakukan  antara
lain oleh mahasiswa bimbingan kami diantaranya oleh Wirahadi 2011, Suarjana 2013 dan Radika 2013. Diperoleh  hasil berupa karakteristik campuran memenuhi spesifikasi
yang ditentukan.  Untuk penelitian ini dilakukan  uji ekstraksi bongkaran aspal lama dan gradasi agregatnya.