Tabel 4.3. Lanjutan
SKM Bidan
6 2
3 5
3 19
Akper 4
- 1
2 7
Perawat 4
5 2
4 1
16 Perawat Gigi
1 1
1 1
4 Apoteker
1 1
Ass. Apoteker 1
1 1
1 4
Ahli Gizi Ak. Analis
1 1
SPPH Psikolog
1 1
Jumlah 20
11 9
14 9
63
Sumber: Profil Puskesmas Amplas Tahun 2010.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen dan dependen dari hasil penelitian.
4.2.1. Pengetahuan Responden
Berdasarkan hasil penelitian tentang TB Paru, sebanyak 9 responden 24,3 menyatakan tahu bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri yang menyerang paru, sedangkan yang tidak tahu sebanyak 28 responden 75,7 dengan menyatakan penyakit TB Paru adalah penyakit batuk
berdarah. Berdasarkan pertanyaan tentang penyebab penyakit TB Paru, sebanyak 11 responden 29,7 menjawab tahu bahwa penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman
tuberkulosis dan sebanyak 26 responden 70,3 tergolong tidak mengetahui penyebab penyakit TB Paru karena sebagian dari mereka memang menjawab tidak
tahu dan sebagian lainnya mengatakan bahwa TB Paru disebabkan angin malam, 35
Universitas Sumatera Utara
terlalu banyak bergadang dan ada yang menyatakan disebabkan oleh abudebu di jalan raya serta debu semen karena pekerjaan mereka sebagai buruh bangunan.
Berdasarkan pertanyaan tentang tanda seseorang terkena penyakit TB Paru, sebanyak 11 responden 29,7 menjawab tahu bahwa tanda seseorang terkena
penyakit TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih disertai batuk bercampur darah, berkeringat pada malam hari tanpa ada kegiatan fisik dan sebanyak
26 responden 70,3 tergolong tidak tahu dengan menyatakan tanda seseorang terkena penyakit TB Paru adalah batuk berdarah disertai sesak nafas. Berdasarkan
pertanyaan tentang bagaimana cara penularan penyakit TB Paru, sebanyak 18 responden 48,6 menjawab tahu bahwa penyakit TB Paru dapat menular melalui
batuk dan bersin yang mengandung kuman TB yang terhirup orang lain dan sebanyak 19 responden 51,4 tergolong tidak tahu dengan menyatakan TB dapat
menular melalui batuk dan makanan. Berdasarkan pertanyaan tentang kebiasaan yang dapat memperburuk keadaan
penderita TB Paru, sebanyak 8 responden 21.6 menjawab tahu bahwa kebiasaan merokok, lingkungan dan kurang gizi dapat memperburuk keadaan penderita TB
Paru, sedangkan 29 responden 78,4 tergolong tidak tahu dengan mengatakan kebiasaan yang memperburuk keadaan penderita adalah kebiasaan merokok dan
kurang istirahat. Berdasarkan pertanyaan tentang penyebab pengobatan TB Paru gagal, sebanyak 17 responden 45,9 tahu bahwa dengan tidak menelan obat sekali
saja pengobatan TB Paru bisa gagal dan sebanyak 20 responden 54,1 tergolong 36
Universitas Sumatera Utara
tidak tahu, sebagian memang menjawab tidak tahu dan sebagian lainnya mengatakan pengobatan TB Paru dapat gagal karena merokok.
Berdasarkan pertanyaan tentang pemeriksaan yang dapat menegakkan seseorang menderita TB Paru, sebanyak 31 responden 83,8 tahu bahwa untuk
mengetahui seseorang menderita TB Paru dapat dilakukan dengan pemeriksaan dahak, rontgen dan laboratorium dan sebanyak 6 responden 16,2 tergolong tidak
tahu dengan mengatakan adanya batuk berdarah dan dilakukannya pemeriksaan dahak. Berdasarkan pertanyaan tentang lama pengobatan TB Paru, sebanyak 29
responden 78,4 tahu bahwa lama pengobatan TB Paru dilakukan selama 6 bulan obat diminum setiap hari pada tahap awal dan obat diminum 3x seminggu pada
tahap lanjutan dan sebanyak 8 responden 21,6 tergolong tidak tahu. Berdasarkan pertanyaan tentang efek samping yang ditimbulkan OAT,
sebanyak 12 responden 32,4 tahu bahwa efek samping OAT adalah warna kemerahan pada air seni, tidak nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi dan
kesemutan sampai rasa terbakar dan sebanyak 25 responden 67,6 menjawab tidak tahu dengan alasan tidak pernah diberi informasi oleh petugas mengenai efek
samping OAT. Secara rinci distribusi responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan. Pengetahuan Responden
F
Penyakit TB Paru 1. Tidak tahu
28 75,7
2. Tahu 9
24,3
Jumlah 37
100
37 37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Lanjutan
Penyebab Penyakit TB paru 26
70,3 1. Tidak tahu
2. Tahu 11
29,7
Jumlah 37
100
Tanda Terkena Penyakit TB 1. Tidak tahu
26 70,3
2. Tahu 11
29,7
Jumlah 37
100
Cara Penularan Penyakit TB Paru 1. Tidak tahu
19 51,4
2. Tahu 18
48,6
Jumlah 37
100
Keadaan yang Memperburuk Penderita 1. Tidak tahu
29 8
78,4 21,6
2. Tahu
Jumlah 37
100
Penyebab Pengobatan TB Paru Gagal 1. Tidak tahu
20 17
54,1 45,9
2. Tahu
Jumlah 37
100
Pemeriksaan yang Menegakkan Menderita TB Paru 1. Tidak tahu
6 31
16,2 83,8
2. Tahu
Jumlah 37
100
Lama Pengobatan penyakit TB Paru 1. Tidak tahu
8 29
21,6 78,4
2. Tahu
Jumlah 37
100
Efek Samping yang Ditimbulkan OAT 1. Tidak tahu
25 12
67,6 32,4
2. Tahu
Jumlah 37
100
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 20 responden 54,1
berada pada kategori pengetahuan cukup baik, sebanyak 9 responden 24,3 berada 38
Universitas Sumatera Utara
pada kategori pengetahuan tidak baik, dan 8 responden 21,6 berada pada kategori pengetahuan baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Kategori Pengetahuan
F
Tidak baik 9
24,3 Cukup baik
20 54,1
Baik 8
21,6
Jumlah 37
100
4.2.2. Faktor Pelayanan Kesehatan 4.2.2.1. Ketersediaan OAT
Faktor pelayanan kesehatan dalam penelitian ini meliputi variabel ketersediaan OAT, penyuluhan kesehatan dan sikap petugas kesehatan. Ketersediaan
OAT dilihat dari tersedia atau tidaknya OAT pada saat pengambilan obat responden dan kualitas obat yang diperoleh dari puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa seluruh responden 100 menyatakan OAT selalu tersedia dan berkualitas baik yaitu fisik obat dan kemasan obat selalu dalam keadaan baik, namun
responden tidak pernah memerhatikan tanggal kadaluarsa obat. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan OAT. Ketersediaan OAT
F
OAT selalu tersedia pada saat jadwal pengambilan obat 1. Tidak
2. Ya 37
100
Jumlah 37
100
Kualitas OAT yang diperoleh dalam keadaan baik 1. Tidak
2. Ya 37
100
Jumlah 37
100
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2. Penyuluhan Kesehatan
Variabel penyuluhan kesehatan indikatornya dibagi dengan 5 pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 30 responden 81,1 mengatakan pernah
diberi penyuluhan tentang penyakit TB Paru, sedangkan yang tidak pernah diberi penyuluhan sebanyak 7 responden 18,9. Responden yang mengatakan pernah
diberi penjelasan tentang pengobatan TB Paru harus teratur sebanyak 29 responden 78,4, sedangkan yang tidak pernah sebanyak 8 responden 21,6.
Seluruh responden 100 mengatakan pernah diberi penjelasan tentang jadwal minum obat. Responden yang mengatakan tidak pernah diberi penjelasan
tentang kemungkinan adanya efek samping dari OAT sebanyak 22 responden 59,5, sedangkan yang mengatakan pernah sebanyak 15 responden 40,5.
Responden yang mengatakan tidak pernah diberi penjelasan tentang hal-hal yang dapat memperburuk keadaan penderita TB Paru sebanyak 22 responden 59,5,
sedangkan yang mengatakan pernah sebanyak 15 responden 40,5. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan Kesehatan
F
Petugas kesehatan pernah memberikan penyuluhan tentang penyakit TB Paru selama dalam pengobatan
1. Tidak pernah 2. Pernah
7 30
18,9 81,1
Jumlah 37
100
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang pengobatan TB Paru harus teratur
1. Tidak pernah 2. Pernah
8 29
21,6 78,4
Jumlah 37
100
40
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Lanjutan
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang jadwal minum obat
1. Tidak pernah 2. Pernah
37 100
Jumlah 37
100
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang kemungkinan adanya efek samping dari OAT
1. Tidak pernah 2. Pernah
22 15
59,5 40,5
Jumlah 37
100
Petugas kesehatan pernah menjelaskan hal-hal yang dapat memperburuk keadaan penderita
1. Tidak pernah 2. Pernah
22 15
59,5 40,5
Jumlah 37
100
Berdasarkan pengkategorian jawaban, sebanyak 22 responden 59,5 menyatakan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan berada pada kategori
cukup baik dan sebanyak 15 responden 40,5 menyatakan berada pada kategori baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel. 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Penyuluhan Kesehatan Kategori Penyuluhan Kesehatan
F
Tidak baik Cukup baik
22 59,5
Baik 15
40,5
Jumlah 37
100
4.2.2.3. Sikap Petugas Kesehatan
Variabel sikap petugas kesehatan indikatornya dibagi dengan 5 pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden 100 menyatakan bahwa petugas
kesehatan bersikap ramah dalam memberikan pelayanan kesehatan. Responden yang menyatakan bahwa petugas kesehatan menanggapi keluhan yang disampaikan
41
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 34 responden 91,9, sedangkan yang mengatakan tidak sebanyak 3 responden 8,1. Responden yang mengatakan bahwa petugas kesehatan sudah
jelas dalam memberikan penjelasan mengenai penyakit TB dan cara memakan obat sebanyak 19 responden 51,4, sedangkan yang mengatakan tidak sebanyak 18
responden 48,6. Responden yang menyatakan bahwa petugas selalu mengingatkan untuk
periksa ulang dan mengambil obat hanya sebanyak 20 responden 54,1, sedangkan yang mengatakan tidak sebanyak 17 responden 45,9. Responden yang
menyatakan bahwa petugas kesehatan selalu menanyakan kemajuan berobat sebanyak 30 responden 81,1, sedangkan yang menyatakan tidak sebanyak 7
responden 18,9. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Kesehatan Sikap Petugas Kesehatan
F
Petugas kesehatan bersikap ramah 1. Tidak
2. Ya 37
100
Jumlah 37
100
Menanggapi keluhan yang disampaikan 1. Tidak
2. Ya 3
34 8,1
91,9
Jumlah 37
100
Dalam memberikan penjelasan mengenai penyakit anda dan cara memakan sudah jelas
1. Tidak 2. Ya
18 19
48,6 51,4
Jumlah 37
100
Selalu mengingatkan penderita untuk periksa ulang dan mengambil obat
1. Tidak 2. Ya
17 20
45,9 54,1
Jumlah 37
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Lanjutan
Menanyakan kemajuan yang diperoleh penderita selama berobat
1. Tidak 2. Ya
7 30
18,9 81,1
Jumlah 37
100
Berdasarkan pengkategorian jawaban, sebanyak 26 responden 70,3 menyatakan sikap petugas kesehatan berada pada kategori baik dan 11 responden
29,7 menyatakan berada pada kategori cukup baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Petugas Kesehatan
Kategori Sikap petugas Kesehatan F
Tidak baik Cukup baik
Baik 11
26 29,7
70,3
Jumlah 37
100
4.2.3. Pengawas Menelan Obat PMO.
PMO yang diukur meliputi mengawasi penderita menelan obat, memberikan dorongan untuk berobat, mengingatkan penderita untuk mengambil obat dan
memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta menegur penderita bila lalai minum obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden 100 memiliki PMO yang berasal dari keluarga. Dari 37 responden, sebanyak 15 responden
mengatakan bahwa yang menjadi PMO adalah istri, 8 responden mengatakan bahwa yang menjadi PMO adalah suami, 6 responden mengatakan bahwa yang menjadi
43
Universitas Sumatera Utara
PMO adalah anak mereka dan 8 responden mengatakan bahwa yang menjadi PMO adalah orang tua.
Responden yang menyatakan bahwa PMO tidak memberikan dorongan kepada responden agar mau berobat sebanyak 20 responden 54,1, sedangkan
yang menyatakan memberikan dorongan sebanyak 17 responden 45,9. Responden yang menyatakan bahwa PMO pernah mengingatkan penderita untuk
mengambil obat dan memeriksakan ulang dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebanyak 19 responden 51,4, sedangkan yang tidak sebanyak 18
responden 48,6. Responden yang menyatakan bahwa PMO tidak mengawasi penderita ketika
menelan obat yaitu sebanyak 30 responden 81,1, sedangkan yang mengawasi sebanyak 7 responden 18,9. Hal ini dikarenakan PMO tidak pernah diberi
informasi tentang tugas-tugas seorang PMO. PMO hanya diberi tugas untuk mengambil obat jika penderita tidak bisa mengambil obatnya sendiri. Responden
yang menyatakan bahwa PMO selalu menegur penderita jika lalai minum obat sebanyak 20 responden 54,1, sedangkan yang menyatakan tidak menegur
sebanyak 17 responden 45,9. Secara rinci dapat dilihat dari Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan PMO PMO
F
Ada tidaknya PMO 1. Tidak
2. Ya 37
100
Jumlah 37
100
44
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Lanjutan
PMO memberikan dorongan untuk berobat 1. Tidak
2. Ya 20
17 54,1
45,9
Jumlah 37
100
PMO mengingatkan penderita untuk mengambil obat dan memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal
1. Tidak 2. Ya
18 19
48,6 51,4
Jumlah 37
100
PMO selalu mengawasi penderita menelan obat 1. Tidak
2. Ya 30
7 81,1
18,9
Jumlah 37
100
PMO selalu menegur penderita bila lalai minum obat 1. Tidak
2. Ya 17
20 45,9
54,1
Jumlah 37
100
Berdasarkan pengkategorian jawaban responden, sebanyak 20 responden 54,1 menyatakan PMO berada pada kategori cukup baik, sebanyak 9 responden
24,3 menyatakan PMO berada pada kategori baik dan sebanyak 8 responden 21,6 menyatakan PMO berada pada kategori tidak baik. Secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori PMO PMO
Jumlah
Tidak Baik Cukup baik
Baik 8
20 9
21,6 54,1
24,3
Jumlah 37
100
4.2.4. Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru
Tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru dibagi menjadi 3 kategori yaitu patuh, bila responden selalu mengambil obat sesuai dengan jadwal yang ditentukan,
Universitas Sumatera Utara
patuh dalam menelan obat baik dan memeriksakan dahak sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Tidak patuh, bila responden tidak mengambil obat sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, tidak patuh dalam menelan obat dan tidak memeriksakan ulang dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak mematuhi petunjuk petugas kesehatan dan PMO sebanyak 20 responden 54,1, sedangkan
yang patuh sebanyak 17 responden 45,9. Responden yang selalu meminum obat setiap hari pada tahap awal sebanyak 29 responden 78,4, sedangkan yang tidak
patuh sebanyak 8 responden 21,6. Responden yang tidak selalu menelan obat 3x seminggu sebanyak 21 responden 56,8, sedangkan yang selalu menelan obat 3x
seminggu sebanayak 16 responden 43,2. Responden yang selalu mematuhi jadwal pemeriksaan ulang dahak dan pengambilan obat yang telah ditentukan
sebanyak 19 responden 51,4, sedangkan yang tidak sebanyak 18 responden 48,6. Secara rinci tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru dapat dilihat pada
Tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan Berobat Kepatuhan Berobat
F
Mematuhi petunjuk petugas kesehatan dan PMO 1. Tidak
2. Ya 20
54,1 17
45,9
Jumlah 37
100
Meminum obat setiap hari pada tahap awal 1. Tidak
2. Ya 8
21,6 29
78,4
Jumlah 37
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Lanjutan
Meminum obat 3x seminggu pada tahap lanjutan 1. Tidak
2. Ya 21
56,8 16
43,2
Jumlah 37
100
Mematuhi jadwal pemeriksaan ulang dahak dan pengambilan obat yang ditetapkan
1. Tidak 2. Ya
18 48,6
19 51,4
Jumlah 37
100
Berdasarkan pengkategorian jawaban, sebanyak 22 responden 59,5 termasuk dalam kategori patuh dan sebanyak 15 responden 40,5 termasuk dalam
kategori tidak patuh Tabel 4.14. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak patuh berobat dikarenakan keluhan yang dirasakan sudah
hilang setelah melewati pengobatan tahap awal, lupa minum obat karena mereka sibuk bekerja yang kebanyakan sebagai kuli bangunan serta responden merasa bosan
karena terlalu lama harus minum obat.
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan Berobat Kategori Kepatuhan Berobat
F
Tidak patuh Patuh
15 40,5
22 59,5
Jumlah 37
100
4.3. Hasil Uji Statistik Bivariat