Analisis Perbedaan Volume Perdagangan Saham, Harga Saham, dan Abnormal Return Saham pada Saat Sebelum dan Sesudah Internet Financial Reporting pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ashbaugh, H., Johnstone, K., and Warfield, T. (1999). Corporate Reporting on the

Internet. Accouting Horizons, 13(3), 241-257.

Daryanto. 2005. Memahami Kerja Internet. Bandung: CV. Yrama Widya.

Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Statement of Financial Concept (SFAC) No. 1.

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hargiyantoro, Febriana. (2010). Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat

Pengungkapan Informasi Website terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Kodrat, David Sukardi dan Kuniawan Indonanjaya. 2010. Manajemen Investasi

Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Surabaya:

Graha Ilmu.

Lai, S.C., Lee, H. C., and Wu, F. H. 2009. An Empirical Study of the Impact of

Internet Financial on Stock Price, The International Journal of Digital

Accounting Research.

Menike dan Wang Men. 2013. Stock Market Reactions to the Release of Annual FinancialStatementsCase of the Banking Industry in Sri Lanka. European Journal of Business and Management ISSN 1905 (Paper) ISSN 2222-2839 (Online)Vol.5, No.31, 2013.

Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sadalia, Isfenti. 2010. Manajemen Keuangan. Medan: USU Press.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Satria, Rendi dan Supatmi. 2013. Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah InternetFinancial Reporting. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No. 2, November 2013, 86-94 ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online.


(2)

Wibisono, Gunawan. 2011. Internet Financial Reporting dan Tempelan Multimedia

pada Statement Keuangan Elektronik. Majalah Triwulan, Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Gajah Mada, Edisi 10/ November : 26-27.


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengujian variabel-variabel penelitian dengan angka yang bertujuan untuk menguji hipotesis. Dalam jenis penelitian ini peneliti dapat menjelaskan apakah ada perbedaan saat sebelum dan sesudah pengungkapan informasi keuangan di internet terhadap volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal

returnsaham pada tahun 2015.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet

dengan menggunakan website

pada bulan Oktober 2015 sampai Maret 2016.

3.3 Batasan Operasional

Agar pembahasan lebih terarah dan tidak terjadi kesalahan dalam pengertian dan untuk memperjelas dalam memecahkan permasalahan, maka batasan-batasan operasional pada penelitian ini adalah :


(4)

1. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014.

2. Variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah sebelum dan sesudah Internet Financial Reporting (IFR). Variabel terikat terdiri dari volume perdagangan saham, harga saham, dan

abnormal return saham.

3. Data yang diteliti adalah daftar perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit ke internet pada tahun 2014 berupa harga saham, volume perdagangan saham dan

abnormal return saham yang dihasilkan pada tahun 2015. Periode

pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 hari, yang dibagi menjadi 2 yaitu h= -5 sampai h=-1 (5 hari sebelum IFR)dan h= +1 sampai h=+5 (5 hari sesudah IFR). Pemilihan periode pengamatan ini adalah untuk menghindari terjadinya confounding effect yaitu dampak tercampurnya suatu peristiwa yang diamati dengan peristiwa lain (Jogiyanto, 2000). Data tersebut diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar konsep yang dipergunakan dapat diukur secara empiris serta menghindari terjadinya kesalahpahaman dan pemafsiran makna yang berbeda. Variabel harga saham dan volume perdagangan saham dipergunakan untuk mengetahui likuiditas


(5)

perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan, sedangkan abnormal return saham dipergunakan untuk mengetahui adanya sinyal positif yang diperoleh oleh investor sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.

Berikut ini penjelasan secara singkat tentang definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 3.1 Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Pengukuran Skala Pengukuran

1. Sebelum dan Sesudah IFR

Pencantuman informasi keuangan

perusahaan melalui internet. h-5 sampai h+5 Interval

2.

Volume Perdagangan Saham

Perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar.

TVA=

����� ℎ��ℎ�������� ℎ�������� �������������� ����������� ��������

����� ℎ��ℎ�������� ℎ�������� �������������� ��������� ��������

Ratio

3. Harga Saham Harga yang menunjukkan nilai dari saham tersebut.

Harga saham pada saat h, yaitu periode

sebelum dan sesudah IFR. Nominal

4. Abnormal

Return Saham

Selisih antara return yang sesungguhnya dengan return ekspektasi masing-masing saham.

ARit = Rit– Rmt

Nominal

Untuk lebih jelas mengenai definisi operasional variabel pada penelitian ini maka akan di uraikan satu per satu adalah sebagai berikut:

3.4.1 Internet Financial Reporting

Internet Fiancial Reporting adalah pencantuman informasi keuangan

perusahaan melalui internet atau website. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 hari, yang dibagi menjadi 2


(6)

yaitu h= -5 sampai h=-1 (5 hari sebelum IFR)dan h= +1 sampai h=+5 (5 hari sesudah IFR).

3.4.2 Volume perdagangan saham

Volume perdagangan saham merupakan jumlah saham yang diperdagangkan dalam periode tertentu. Volume perdagangan saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) yaitu dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu. Setelah itu, rata-rata masing-masing volume perdagangan saham antara sebelum dan sesudah IFR dihitung untuk mengetahui besarnya perbedaan.

TVA = ����������������������������������������������������������� ���������������������������������������������������������

3.4.3 Harga saham

Harga saham adalah harga yang menunjukkan nilai dari saham tersebut. Harga saham pada saat h, yaitu periode sebelum dan sesudah IFR.

Pengukurnya adalah harga saham pada saat h, yaitu periode 5 hari sebelum IFR (h-5) sampai 5 hari sesudah IFR h+5).

3.4.4 Abnormal return saham

Abnormal return saham adalah selisih antara return yang sesungguhnya

dengan return ekspektasi masing-masing saham. Abnormal return diukur dengan rumus


(7)

Rumus : ARit = Rit– Rmt

Dimana :

ARit = Abnormal return saham i pada periode t

Rit = Return sesungguhnya terjadi untuk saham i periode t Rmt = Return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode t

3.4.5 Return Saham

Return saham adalah hasil keuntungan atau rugi yang dinikmati oleh

investor atas investasi yang dilakukannya. Besarnya return saham dilihat dari adanya abnormal return saham yang diperoleh investor sehubungan dengan IFR.

Actual return merupakan selisih antara harga sekarang dengan harga sebelumnya

secara relatif. Rumus mencari return saham harian :

���= ��� –(���−�) ���−� Dimana :

Rit = Return saham masing-masing perusahaan

Pit = Harga saham masing-masing perusahaan pada tanggal t Pit-1 = Harga saham masing-masing perusahaan pada tanggal t-1

3.4.6 Expected Return

Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan investor atas

investasi yang ditanamkannya. Perhitungan expected return diestimasi menggunakan market adjusted model. Expected return diukur dengan rumus :


(8)

���= �����−(�����−�)

(�����−�)

Dimana :

Rmt = Return pasar pada hari ke–t

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan hari ke-t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan hari t-1

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Polulasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014. Periode tersebut dipilih karena merupakan data terkini ditahun 2015. Dimana pada tahun 2014 tercatat sebanyak 141 perusahaan yang bergabung di perusahaan manufaktur.

Sampel adalah bagian dari polulasi dengan karakteristik tertentu yang akan diukur dan dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria dari sampel penelitian ini adalah:

a. Perusahaan-perusahaan yang bergabung dengan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode

b. Perusahaan menerapkan Internet Financial Reporting (IFR).

c. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit dengan batas waktu yang telah ditetapkan oleh Bapepam (batas waktu


(9)

terakhir sampai tanggal 31 Maret 2015) melalui website IDX

d. Perusahaan mencantumkan hari dan tanggal publikasi laporan keuangan.

Berdasarkan populasi dan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Populasi dan sampel

No. Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3 4

1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk     1

2 Semen Baturaja Tbk     2

3 Holcim Indonesia Tbk     3

4 Semen Gresik Tbk     4

5 Wijaya Karya Beton Tbk  - - -

6 Asahimas Flat Glass Tbk     5

7 Arwana Citramulia Tbk     6

8 Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk

    7

9 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk     8

10 Mulia Industrindo Tbk     9

11 Surya Toto Indonesia Tbk     10

12 Alaska Industrindo Tbk     11

13 Alumindo Light Metal Industry Tbk

    12

14 Beton Jaya Manunggal Tbk     13

15 Citra Turbindo Tbk     14

16 Gunawan Dianjaya Steel Tbk     15

17 Indal Aluminium Industry Tbk     16

18 Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk

  - 

19 Itamaraya Tbk  - - -

20 Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk     17

21 Jaya Pari Steel Tbk     18

22 Krakatau Steel Tbk     19

23 Lion Metal Works Tbk     20

24 Lionmesh Prima Tbk     21

25 Hanson International Tbk  - - -


(10)

27 Pelangi Indah Canindo Tbk  - - - 28 Tembaga Mulia Semanan Tbk  - - -

29 Barito Pasific Tbk     23

30 Budi Acid Jaya Tbk     24

31 Duta Pertiwi Nusantara     25

32 Ekadharma International Tbk     26

33 Eterindo Wahanatama Tbk   - 

34 Intan Wijaya International Tbk     27 35 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk   - 

36 Indo Acitama Tbk     28

37 Chandra Asri Petrochemical     29

38 Unggul Indah Cahaya Tbk     30

39 Alam Karya Unggul Tbk     31

40 Argha Karya Prima Industry Tbk   - 

41 Asia Plast Industries Tbk   - 

42 Berlina Tbk     32

43 Titan Kimia Nusantara Tbk     33

44 Dynaplast Tbk  - - -

45 Champion Pasific Indonesia Tbk     34 46 Indopoly Swakarsa Industry Tbk     35

47 Sekawan Intipratama Tbk     36

48 Siwani Makmur Tbk     37

49 Trias Sentosa Tbk     38

50 Yana Prima Hasta Persada Tbk     39

51 Tunas Alfin Tbk    40

52 Charoen Pokphand Indonesia Tbk     41

53 Japfa Comfeed Indonesia Tbk     42

54 Malindo Feedmill Tbk     43

55 Siearad Produce Tbk   - 

56 Sumalindo Lestari Jaya Tbk     44

57 Tirta Mahakam Resources Tbk     45

58 Alkindo Naratama Tbk     46

59 DAJK ( Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk

   47

60 Fajar Surya Wisesa Tbk     48

61 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk     49

62 Toba Pulp Lestari Tbk     50

63 Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk

    51

64 Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk

 - - -

65 Suparma Tbk     52

66 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk     53


(11)

69 Astra Auto Part Tbk     56

70 Indo Cordsa Tbk     57

71 Goodyear Indonesia Tbk     58

72 Gajah Tunggal Tbk     59

73 Indomobil Sukses International Tbk

    60

74 Indospring Tbk     61

75 Multi Prima Sejahtera Tbk     62

76 Multistrada Arah Sarana Tbk     63

77 Nipress Tbk     64

78 Prima Alloy Steel Universal Tbk     65

79 Selamat Sempurna Tbk     66

80 Polychem Indonesia Tbk     67

81 Argo Pantes Tbk     68

82 Centex Tbk     69

83 Eratex Djaya Tbk     70

84 Ever Shine Textile Industry Tbk     71

85 Pan Asia Indosyntec Tbk     72

86 Indo Rama Synthetic Tbk     73

87 Karwell Indonesia Tbk  - - -

88 Apac Citra Centertex Tbk  - - -

89 Pan Brothers Tbk     74

90 Asia Pasific Fibers Tbk     75

91 Ricky Pura Globalindo Tbk     76

92 Sri Rezeki Isman Tbk     77

93 Sunson Textile Manufacturer Tbk     78

94 Trisula International Tbk     79

95 Nusantara Inti Corpora Tbk     80

96 Unitex Tbk  - - -

97 Sepatu Bata Tbk  - - -

98 Primarindo Asia Infrastructure Tbk     81

99 Jembo Cable Company Tbk     82

100 KMI Wire And Cable Tbk     83

101 Kabelindo Murni Tbk     84

102 Supreme Cable Manufacturing and Comerce Tbk

    85

103 Voksel Electric Tbk  - - -

104 Sat Nusapersada Tbk     86

105 Akasha Wira International Tbk     87 106 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk  - - -

107 Tri Banyan Tirta Tbk  - - -

108 Aqua Golden Mississippi Tbk  - - -

109 Cahaya Kalbar Tbk     88


(12)

111 Delta Djakarta Tbk     89 112 Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk

    90

113 Indofood Sukses Makmur Tbk     91

114 Multi Bintang Indonesia Tbk     92

115 Mayora Indah Tbk     93

116 Prashida Aneka Niaga Tbk     94

117 Nippon Indosari Corporindo Tbk     95

118 Sekar Bumi    96

119 Sekar Laut Tbk     97

120 Siantar Top Tbk     98

121 Ultrajaya Milk Industry and Trding CompanyTbk

    99

122 Gudang Garam Tbk     100

123 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk     101 124 Bentoel International Inrestama

Tbk

    102

125 Wismilak Inti Makmur Tbk     103

126 Darya Varia Laboratoria Tbk  - - -

127 Indofarma Tbk     104

128 Darya Varia Laboratoria Tbk - - -

129 Kimia Farma Tbk     105

130 Kalbe Farma Tbk     106

131 Merck Tbk    

132 Pyridam Farma Tbk     107

133 Schering Plough Indonesia Tbk   108

134 Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk

    109

135 Taisho Pharmacentical Indonesia Tbk

    110

136 Tempo Scan Pasific Tbk     111

137 Martina Berto Tbk     112

138 Mustika Ratu Tbk     113

139 Mandom Indonesia Tbk     114

140 Unilever Indonesia Tbk  - - -

141 Chitose Internasional Tbk  - - -

142 Kedawung Setia Industrial Tbk     115

143 Kedaung Indag Can Tbk     116


(13)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berupa dokumen dan informasi tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian yang tidak langsung didapatkan dari perusahaan tetapi dalam bentuk data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dipublikasikan oleh pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis tentang harga saham dan volume perdagangan saham secara harian yang diperoleh dari situs masing-masing perusahaan. Data volume perdagangan saham diperoleh dari Bursa Efek Indonesia di tahun 2015 melalui webs saham diperoleh dari

3.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode :

1) Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen. Dalam hal ini data diperoleh melalui Indonesia Stock Exchange (IDX) Fact 2015.

2) Studi observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap website perusahaan-perusahaan dengan tahap-tahap :

a) Melihat alamat website perusahaan yang tercantum dalam Indonesia Stock

Exchange (IDX) Fact 2014.

b) Website perusahaan yang tidak tercantum dalam IDX, peneliti

menggunakan mesin pencari (search engine) yang umum digunakan seperti Google dan Yahoo.


(14)

c) Website perusahaan diakses untuk menguji aksesbilitasnya dan untuk

keperluan pengumpulan data.

d) Apabila tidak ditemukan website melalui IDX dan search engine, maka perusahaan dianggap tidak mempunyai website.

e) Perusahaan yang mempunyai website dan mengungkapkan informasi keuangan berupa laporan keuangan dianggap melakukan praktik IFR, sedangkan perusahaan yang memiliki website dan tidak mengungkapkan laporan keuangan di website dianggap tidak menerapkan IFR.

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Event Study

Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah teknik analisis

event study dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal, yang tercermin

dalam harga saham dan volume perdagangan saham. Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2010). Langkah-langkah untuk melakukan analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Definisi kejadian

Pertama adalah menentukan kejadian apa yang akan diteliti dan pada periode waktu bagaimana harga saham akan dianalisis. Dalam penelitian ini, event


(15)

yang dilihat adalah Internet Financial Reporting (IFR) yang terjadi pada tahun 2014. Harga saham yang diamati adalah dari h-5 sampai dengan h+5. 2. Kriteria seleksi

Kedua, menjelaskan kriteria yang digunakan dalam memilih perusahaan mana yang diikutsertakan dalam analisis, misalnya perusahaan dari lingkup industri yang sama atau perusahaan yang terdaftar pada pasar saham tertentu. Dalam penelitian ini, saham-saham yang diamati adalah saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perusahaan yang termasuk dalam perusahaan manufaktur.

3. Mengukur tingkat pengembalian normal dan abnormal

Tingkat pengembalian normal adalah tingkat pengembalian yang diharapkan apabila tidak terjadi event.

4. Melakukan pengujian terhadap tingkat pengembalian abnormal

Terakhir, menguji tingkat pengembalian ternyata adalah abnormal dan signifikan secara statistik. Dalam hal ini, variabel tingkat pengembalian transaksi akan diuji apakah signifikan secara statistik.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis dataabnormal return saham adalah menghitung actual return harian dan return pasar harian. Hasil dari perhitungan tersebut akan menghasilkan expected return. Langkah selanjutnya adalah menghitung actualreturn selama event period yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 10 hari, yaitu 5 hari sebelum IFR dan 5 hari setelah IFR. Penentuan event ini bertujuan agar dampak IFR terhadap volume perdagangan saham dan harga saham dapat diukur secara akurat dan tidak


(16)

terpengaruh faktor lain yang menyebabkan perubahan keputusan investor. Jika periode peristiwa diambil lebih dari 5 hari, dikhawatirkan adanya peristiwa lain yang cukup signifikan mempengaruhi hasilnya, dan jika periode peristiwa diambil kurang dari 5 hari maka akan sulit melihat fluktuasi dari nilai variabel-variabel yang ada. Hasil dari actual return selama event period dan expected return akan menghasilkan abnormal return. Perhitungan aktifitas volume perdagangan saham dilakukan dengan membagi jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang diterbitkan/diperdagangkan dan untuk harga saham dengan melihat perubahan setiap harinya.

3.8.2 Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak normal. Walaupun data lebih dari 30 angka namun itu belum menjamin data berdistribusi normal atau tidak. Maka sebaiknya menggunakan uji normalitas untuk memberikan kepastian. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah pengujian Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan tingkat signifikan 5%, seperti berikut :

a. Apabila nilai probabilitas (sig) < 0,05, berarti data yang digunakan tidak berdistribusi normal.

b. Apabila nilai probabilitas (sig) > 0,05, berarti data yang digunakan berdistribusi normal.


(17)

3.8.3 Uji Beda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T berpasangan (Paired Sample

T Test) jika data berdistribusi normal dan uji perbedaan dua rata-rata (Wilcoxon Signed Rank Test) jika data berdistribusi tidak normal. Dari uji ini akan dilihat

apakah terjadi pengaruh perbedaan signifikan atau tidak terhadap volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal return saham perusahaan sebelum dan sesudah IFR. Kesimpulan dapat diambil melalui penerimaan dan penolakan hipotesis yang diusulkan dengan dasar pengambilan keputusan, yaitu : a. Jika probabilitas < 0,05, maka H1, H2 dan H3 diterima

b. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak Hipotesis statistiknya sebagai berikut :

H0 :

µ

R1

= µ

R2

H1 :

µ

R1

≠ µ

R2

H2 :

µ

R1

≠ µ

R2

H3 :

µ

R1

≠ µ

R2

Keterangan:

µ

R1 adalah nilai variabel sebelum publikasi IFR

µ

R2 adalah nilaivariabel sesudah publikasi IFR

Dimana:

1. H0 adalah nilai variabel sebelum IFR sama dengan nilai variabel sesudah IFR. Berarti nilai variabel tersebut tidak berpengaruh saat sebelum dan sesudah publikasi IFR.


(18)

2. H1 adalah nilai volume perdagangan saham sebelum dan sesudah IFR tidak sama atau berbeda. Berarti adanya pengaruh rata-rata volume perdagangan saham saat sebelum dan sesudah publikasi IFR.

3. H2 adalah nilai harga saham sebelum dan sesudah IFR tidak sama atau berbeda. Berarti adanya pengaruh nilai harga saham saat sebelum dan sesudah publikasi IFR.

4. H3 adalah nilai abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR tidak sama atau berbeda. Berarti adanya pengaruh rata-rata nilai abnormal return saham saat sebelum dan sesudah publikasi IFR.


(19)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Peneltian ini merupakan jenis penelitian Kuantitatif dengan sumber data sekunder yang di peroleh dari Bursa Efek Indonesia atau BEI pada tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

bursa Efek indonesia dan terdapat 141 perusahaan manufaktur yang terdaftar hingga Desember 2014.

Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang dikenal sebagai Jakarta pada saat ini, oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya.

Perkembangan Bursa Efek di Batavia sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik di Eropa awal tahun 1939. Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat terjadinya perang dunia ke dua tahun 1942, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

Pasar modal di Indonesia kembali digiatkan dengan dibukanya kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 3 Juni 1952. Pada tahun 1958 kegiatan Bursa


(20)

Efek di Jakarta kembali dihentikan karena adanya inflasi dan resesi ekonomi. Hal ini tak berlangsung lama sebab Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal, disusul tahun 1976 berdirinya BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan dan investasi PT Danareksa. Kebangkitan ini didukung dengan diresmikannya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto pada tahun 1977.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan Paket Deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi Bursa Efek. Paket Deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tahun itu juga BAPEPAM yang awalnya Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.

Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat sehingga kegiatannya semakin ramai dan kompleks. Hal ini menyebabkan sistem perdagangan manual yang selama ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta tidak lagi memadai. Pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkanlah suatu sistem otomatis yang dinamakan JATS (Jakarta

Automatic Trading System). Sistem yang baru ini dapat memfasilitasi

perdagangan saham dengan frekuensi lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang adil dan transparan dibanding dengan sistem perdagangan manual.

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) kemudian bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun


(21)

2007. Penggabungan kedua bursa ini diharapkan dapat menciptakan kondisi perekonomian Indonesia yang lebih baik. Penentuan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.1

Penentuan Sampel Penelitian

No. Kriteria Sampel Jumlah

1. Perusahaan yang termasuk dalam anggota perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2014 141 2. Perusahaan yang tidak mempublikasi laporan keuangan

periode 2013

(18) 3. Perusahaan yang tidak tepat waktu dalam mempublikasikan

laporan keuangannya

(6)

Jumlah Sampel Penelitian 117

Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2016

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Pola Pergerakan

4.2.1.1 Volume Perdagangan Saham

Pada Grafik 4.1. dapat dilihat pola pergerakan rata – rata volume perdagangan saham. Dari grafik di bawah ini dapat di uraikan pada saat H – 5 dan H – 3 menunjukkan adanya peningkatan nilai rata - rata volume perdagangan saham pada saat menjelang upload IFR. Volume perdagangan saham mengalami penurunan pada H – 2 namun nilai TVA mencapai puncak tertinggi pada saat H - 3 dua hari setelah mencapai puncaknya dan pada saat tanggal diunggahnya IFR, rata-rata volume perdagangan saham cenderung mengalami penurunan sampai dengan H – 1 & H - 2 Artinya, jumlah transaksi yang bertambah sebelum publikasi IFR mengindikasikan adanya kebocoran informasi dari dalam


(22)

perusahaan, sehingga setelah IFR dipublikasikan momen tersebut sudah hilang dan investor bertransaksi secara normal.

Grafik 4.1 Volume Perdagangan Saham

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Volume perdagangan saham bergerak cukup stabil pada H – 2 , H – 1 , H – 4 , H - 5. Namun apabila kita melihat rata – rata sebelum IFR dengan nilai 0,00161 dan rata – rata sesudah IFR 0,00166 dan hal ini adalah bukti bahwa adanya perbedaan rata – rata sebelum IFR dan rata – rata sesudah IFR dan hal ini dapat di lihat adanya reaksi pasar terhadap Internet Financial Reporting karena rata – rata sesudah IFR memiliki peningkatan yang signifikan daripada rata – rata sebelum karena terdapat sejumlah perusahaan yang dianggap investor memiliki prospek bagus, sehingga menyebabkan perbedaan volume perdagangan saham yang cukup

0,00000 0,00050 0,00100 0,00150 0,00200 0,00250 0,00300

T

V

A

Periode 2015

Series1

Volume Perdangan Saham


(23)

4.2.1.2 Harga Saham

Grafik 4.2 Harga Saham

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa setelah publikasi IFR rata-rata harga saham menunjukkan peningkatan pada H – 4 sampai H – 3 dan H - 2 sampai H - 1. Sebelum publikasi IFR dari ada H-5 sampai H-1 rata-rata harga saham berjalan stabil. Artinya dampak publikasi laporan keuangan mengakibatkan harga saham semakin tinggi karena adanya permintaan dari pihak eksternal terhadap saham yang diperdagangkan. Rata-rata harga saham sebelum publikasi IFR senilai 7.117,19 dan rata-rata sesudah publikasi IFR senilai 7.196,42, ini membuktikan bahwa reaksi pasar yang diukur dengan harga saham lebih tinggi sesudah publikasi IFR daripada sebelum publikasi IFR.

6950 7000 7050 7100 7150 7200 7250 R a ta -ra ta H a rg a S a h a m

Periode 2015

Series1

Harga Saham


(24)

4.2.1.3 Abnormal Return Saham

Grafik 4.3Abnormal Return Saham

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Dari Grafik 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata abnormal return menunjukkan peningkatan pada H - 5 dan H - 3 yang mampu mencapai nilai positif. Namun pada H – 4 terjadi penurunan yang drastis hingga nilai rata-rata abnormal return mencapai titik terendah. Hal tersebut mengindikasikan selisih ekspektasi yang terjadi kemungkinan disebabkan munculnya informasi yang negatif sebelum IFR dirilis. Sehari sebelum tanggal upload IFR (H - 1) dan pada saat tanggal upload IFR (H + 1) kembali menunjukan trend positif. Pola pergerakan kembali menurun dua hari setelah tanggal perusahan mengunggah laporan keuangan melalui internet.. Rata-rata abnormal return sebelum publikasi senilai 0,00126 dan

rata--0,006 -0,004 -0,002 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012

N

i

l

a

i

Periode 2015

Series1

Abnorma l Return


(25)

diukur dengan variabel abnormal return sesudah publikasi lebih tinggi daripada sebelum publikasi IFR.

4.2.2 Uji Normalitas

Langkah pertama dalam pengujian data penelitian adalah data yang akan diteliti dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang digunakan. Jika hasil uji normalitas dari masing-masing variabel bernilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal dan apabila masing-masing variabel bernilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data beristribusi tidak normal.

Hasil uji normalitas ini bahwa hasil dari ketiga variabel setelah diuji dengan

Kolmogorov-Smirnovyang bernilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga data

dikatakan berdistribusi normal dapat di lihat pada lampiran 4,5 dan 6. Maka pengujian selanjutnya menggunakan metode statistika non parametrik dua sampel berpasangan dengan menggunakan Uji Pired Sample T Test.

4.2.3 Uji Beda

Hasil pengujian terhadap volume perdagangan saham disajikan dalam tabel 4.2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T berpasangan (Paired Sample T

Test) karena data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil pegujian Paired Sample T Test tersebut membuktikan bahwa IFR memiliki kandungan informasi yang


(26)

informasi tersebut. Jika hasil Paired Sample T Test masing-masing variabel dengan nilai probabilitas signifikansi > 0,05 maka H1/H2/H3 di terima, dan jika masing-masing wariabel dengan nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.

4.2.3.1.Volume Perdagangan Saham

Tabel 4.2

Uji Hipotesis Volume Perdagangan Saham (Tahun 2015)

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 H-5 - H+5 ,001 ,011 ,001 -,001 ,003 ,662 116 ,509

Pair 2 H-4 - H+4 ,000 ,002 ,000 ,000 ,000 -,464 116 ,644

Pair 3 H-3 - H+3 ,000 ,005 ,000 -,001 ,001 ,396 116 ,693

Pair 4 H-2 - H+2 -,002 ,013 ,001 -,004 ,001 -1,287 116 ,200

Pair 5 H-1 - H+1 ,000 ,002 ,000 ,000 ,001 1,591 116 ,114

Pair 6

Rata-Rata Sebelum -

Rata-Rata Setelah

-7196,41 9

30026,249 2775,928 -12694,494 -1698,345 -2,592 116 ,011

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Hasil pengujian hipotesis pertama berdasarkan Tabel 4.2, reaksi pasar yang diukur melalui variabel volume perdagangan saham terlihat bahwa :

1. H – 5 – H + 5 = 0, 509 => H1 di Terima 2. H – 4 – H + 4 = 0, 644 => H1 di Terima 3. H – 3 – H + 3 = 0, 693 => H1 di Terima 4. H – 2 – H + 2 = 0, 200 => H1 di Terima 5. H – 1 – H + 1 = 0, 114 => H1 di Terima


(27)

Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa pasar bereaksi terhadap penerapan Internet Financial Reporting yang dilakukan perusahaan. Terbuktinya hipotesis pertama ini memunculkan dugaan bahwa sudah banyak investor yang memahami dan merespon manfaat IFR yang diterapkan perusahaan, sehingga terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah perusahaan mengunggah IFR. Pengujian hipotesis kedua terkait reaksi pasar menggunakan variabel abnormal return saham dapat dijelaskan melalui Tabel 4.4. Dari pengujian tersebut, maka dapat diinterpretasikan adanya perbedaan yang signifikan nilai abnormal return saham pada sebelum dan sesudah tanggal publikasi IFR.

4.2.3.2.Harga Saham

Tabel 4.3

Uji Hipotesis Harga Saham (Tahun 2015)

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 H-5 - H+5 -174,172 1403,666 129,769 -431,196 82,852 -1,342 116 ,182 Pair 2 H-4 - H+4 -72,886 1143,748 105,740 -282,316 136,545 -,689 116 ,492

Pair 3 H-3 - H+3 -35,780 709,896 65,630 -165,768 94,209 -,545 116 ,587

Pair 4 H-2 - H+2 -63,360 1173,536 108,493 -278,245 151,525 -,584 116 ,560

Pair 5 H-1 - H+1 -49,954 737,457 68,178 -184,989 85,081 -,733 116 ,465

Pair 6 Rata-Rata Sebelum

- Rata-Rata Setelah -79,230 992,286 91,737 -260,927 102,466 -,864 116 ,390


(28)

Dibuktikan dalam pengujian Paired sample T Test pada variabel harga saham yang dipaparkan melalui tabel 4.3, dapat di lihat bahwa:

1. H – 5 – H + 5 = 0, 182 => H2 di Terima 2. H – 4 – H + 4 = 0, 492 => H2 di Terima 3. H – 3 – H + 3 = 0, 587 => H2 di Terima 4. H – 2 – H + 2 = 0, 560 => H2 di Terima 5. H – 1 – H + 1 = 0, 465 => H2 di Terima

6. H rata2 sebelum - H rata2 sesudah = 0,390 => H 2 di Terima

Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa adanya pengaruh harga saham saat sebelum dan sesudah melakukan publikasi laporan keuangan. Hipotesis kedua dapat terbukti memunculkan dugaan bahwa adanya permintaan dan penawaran saham dari pihak ekternal/investor dengan perusahaan, sehingga pihak perusahaan meningkatkan harga saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Maka ada perbedaan harga saham yang meningkat saat sesudah dengan sebelum melakukan publikasi laporan keuangan.


(29)

4.2.3.3.Abnormal Return Saham

Tabel 4.4

Uji Hipotesis Abnormal Return Saham (Tahun 2015)

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Dibuktikan dalam pengujian Paired sample T Test pada variabel Abnormal

Return Saham yang dipaparkan melalui tabel 4.3, dapat di lihat bahwa:

1. H – 5 – H + 5 = 0, 061 => H3 di Terima 2. H – 4 – H + 4 = 0, 572 => H3 di Terima 3. H – 3 – H + 3 = 0, 048 => H3 di Tolak

4. H – 2 – H + 2 = 0, 295 => H3 di Terima 5. H – 1 – H + 1 = 0, 522 => H3 di Terima

6. H rata2 sebelum - H rata2 sesudah = 0,011 => H3 di Tolak

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 H-5 - H+5 ,011 ,065 ,006 -,001 ,023 1,895 116 ,061

Pair 2 H-4 - H+4 -,003 ,051 ,005 -,012 ,007 -,566 116 ,572

Pair 3 H-3 - H+3 ,005 ,026 ,002 ,000 ,009 1,997 116 ,048

Pair 4 H-2 - H+2 ,003 ,028 ,003 -,002 ,008 1,053 116 ,295

Pair 5 H-1 - H+1 ,003 ,044 ,004 -,005 ,011 ,642 116 ,522

Pair 6 Rata-Rata Sebelum - Rata-Rata Setelah

-7196, 420


(30)

Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa adanya pengaruh Abnormal Return Saham saat sebelum dan sesudah melakukan publikasi laporan keuangan Perbedaan abnormal return secara signifikan yang terjadi pada H - 3 dengan H + 3 dan H rata2 sebelum dengan H rata2 sesudah, mengindikasikan adanya selisih ekspektasi investor sebelum informasi melalui IFR dirilis dengan sesudah dirilis. Dengan kejadian ini bahwa Hipotesisi di tolak atau < 0,05 maka muncul dugaan adanya kebocoran informasi dari dalam perusahaan (insider information) sehingga pasar mulai bereaksi. Dengan itu penulis dapat mengindikasikan upload IFR berpengaruh terhadap abnormal return saham, namun tidak signifikan. Ada dugaan munculnya ketidakpastian informasi untuk investor sehingga beberapa kelompok investor kurang memperdulikan informasi keuangan yang diunggah melalui internet.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Maka dari seluruh pembahasan yang telah di uraikan pada Bab sebelumnya mengenai reaksi pasar sebelum dan sesudah Internet Financial Reporting sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan IFR terbukti mendorong terjadinya reaksi pasar yang diukur melalui variabel volume perdagangan saham, harga saham dan abnormal return saham. Rata-rata volume perdagangan saham, harga saham dan abnormal return berbeda secara signifikan sebelum perusahaan mengunggah IFR dengan sesudah perusahaan mengunggah IFR. Penelitian ini juga menemukan adanya nilai rata-rata volume perdagangan saham, harga saham dan abnormal return setelah publikasi yang lebih besar dibandingkan sebelum publikasi IFR. Hal tersebut menguatkan bukti terjadinya efisiensi pasar bentuk setengah kuat di Indonesia, yaitu informasi yang dipublikasikan mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan IFR (Hartono 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan pengujian Rendi dan Supatmi (2013) yang menemukan volume perdagangan mengalami peningkatan signifikan sebelum publikasi laporan keuangan dengan setelah pengumuman laporan keuangan dan volume perdagangan saham serta harga saham bergerak lebih cepat pada perusahaan yang menerapkan IFR.

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu mengabaikan adanya faktor makro ekonomi dan mikro ekonomi. Seperti inflasi, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan perbedaan variasi industri di Indonesia yang mungkin dapat


(32)

mempengaruhi hasil penelitian. Peneliti kesulitan menemukan akses data karena keterbatasan data mengenai IFR di Bursa Efek Indonesia.

5.2 Saran

Maka dari hasil penelitian yang telah di bahas pada Bab sebelumnya dan kesimpulan yang telah di uraikan sehingga penulis dapat memberi saran yaitu saran untuk penelitian mendatang, sebaiknya menambah variabel lain yang berkaitan dengan reaksi pasar.

Penelitian ini memberikan kontribusi kepada investor agar memanfaatkan IFR dalam pengambilan keputusan di pasar modal sehingga memperoleh keuntungan. Terbuktinya perbedaan reaksi pasar dalam penelitian ini diharapkan mendorong perusahaan untuk mempraktekkan IFR secara optimal dan tepat waktu sebagai sarana pelaporan informasi yang transparan dan cepat. Selain itu, masih banyaknya perusahaan yang terlambat mempublikasikan IFR diharapkan mendorong regulator yaitu BapepamLK untuk menegakkan aturan yang sudah dibuat yaitu agar melaksanakan IFR tepat waktu dalam mempublis laporan keuangan yang lengkap sehingga pasar akan lebih tertarik kepada saham yang diperdagangkan oleh perusahaan, maka itu juga akan berdampak pada harga saham yang meningkat cepat dan return yang diperoleh perusahaan semakin bertambah.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal adalah lembaga keuangan yang diciptakan oleh sejumlah lembaga dan pengaturan yang mengijinkan pemasok dan peminjam dana untuk melakukan transaksi (Isfenti, 2010:27).

Pasar modal dibentuk oleh berbagai pasar sekuritas (securitas exchange) yang menyediakan media transaksi saham dan obligasi.Pasar sekuritas menyediakan tempat untuk meraih modal bagi badan usaha melalui penjualan saham baru dan pembeli saham dapat mengelola likuiditas dengan mudah melalui cara menjual saham bila diperlukan.

Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

2.1.2 Pasar Modal Efisien

Menurut Ahmad dan Herni (2010 : 108), pasar modal yang efisien adalah satu dimana harga saham secara penuh mereflesikan informasi yang tersedia. Pasar modal efisienmemiliki implikasi bagi investor dan perusahaan karena informasi direflesikan pada harga sekuritas dengan cepat, mengetahui informasi


(34)

ketika diumumkan menjadi tidak ada keuntunganya.Perusahaan harus mengharapkan akan menerima nilai yang wajar dari sekuritas yang dijual dan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan dari fooling investor di pasar efisien.Isu utama disini bukanlah apakah pasar itu efisien sepenuhnya ataupun tidak, tetapi persoalannya yaitu sejauh mana keefisienan suatu pasar itu. Efisiensi pasar modal dapat dibagi menjadi 3 bentuk efisiensi, yaitu:

1. Bentuk lemah (weak form) adalah harga sekuritas merefleksikan seluruh informasi yang diperoleh dari harga dan volume perdagangan waktu yang lalu.

2. Bentuk setengah kuat (semi strong form ) adalah harag sekuritas merefleksikan seluruh informasi yang tersedia secara publik.

3. Bentuk kuat ( strong form ) adalah harga sekuritas merefleksikan seluruh informasi publik and private.

Salah satu cara untuk mengukur keefisienan pasar adalah dengan melihat jenis informasi yang diserapkan kedalam harga saham.Ahmad Rodoni (2010, 108) telah membagi informasi ke 3 subset seperti berikut:

1. Informasi tentang harga saham waktu yang lalu.

Ini bermaksud informasi tentang harga saham waktu lalu yang relevan dengan penilaian saham saat ini akan datang.

2. Informasi umum.

Ini bermaksud informasi umum tentang sesuatu perusahaan, industri dan ekonomi dunia yang dapat diperoleh melalui pengumuman umum, apakah melalui media cetak atau elektronik.

3. Informasi dalaman.

Ini bermaksud informasi persendirian yang hanya dimiliki oleh segelintir individu saja.


(35)

2.1.3 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi (Sofyan, 2011). Selain itu menurut Rodoni Ahmad dan Herni (2010, 13) laporan keuangan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek – prospek perusahaan dimasa mendatang.

Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. Kep-346/BL/2011 tanggal 5 Juli 2011 tentang penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, menyatakan: “Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan”.

2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik laporan keuangan menurut IAI ( PSAK 1, 2013) adalah sebagai berikut:

1. Penyajian secara Wajar dan kepatuhan terhadap SAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Entitas tidak dapat menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap seluruh persyaratan dalam SAK.

2. Kelangsungan Usaha

Penyajian laporan keuangan harus disusun berdasar asumsi kelangsungan usaha. Dalam mempertimbangkan apakah asumsi


(36)

kelangsungan usaha adalah tepat, managemen memperhatikan informasi masa depan minimal 12 bulan akhir periode pelaporan.

3. Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas Aset, Liabilities, Ekuitas, pendapatan diakui ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan di kerangka dasar.

4. Materialitas dan Penggabungan

Pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika ilainya tidak material, penyajian bisa di gabung dengan pos lain yang sejenis dalm laporan keuangan atau disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.

5. Saling Hapus

Entitas tidak boleh lakukan saling hapus atasaset dan liabilities atau pendapatan dan beban kecuali di isyaratkan atau diijinkan oleh PSAK 6. Frekuensi Pelaporan

Entititas menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek 1 tahun, entitas mengungkapkan:

a. Alasan pengungkapan periode tersebut

b. Fakta bahwa jumlah yang disajikan di laporan keuangan tidak dapat di bandingkan secara keseluruhan.

7. Informasi Komparatif.

Informasisecara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuai dinyatakan lain oleh PSAK/ISAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya di ungkapkan kembali jikan relevanuntuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

8. Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan secara konsistensi, kecuali:

Stelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau kajian ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengkasifikasian yang lain lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, perubahan Estimasi Akuntansi, dan kesalahan.


(37)

2.1.5 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan dari pelaporan keuangan yang terdapat dalam Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Statement of Financial Concept (SFAC) No. 1, 2009 adalah menyajikan informasi sebagai berikut :

1) Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam membuat keputusan investasi, pemberi kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang dihasilkan itu harus memadai bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kegiatan dan usaha perusahaan dan peristiwa ekonomi serta bermaksud untuk menelaah informasi tersebut secara sungguh-sungguh.

2) Dapat membantu investor dan kreditor yang potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa mendatang yang berasal dari dividen atau bunga pelunasan dan jatuh temponya surat berharga atau pinjaman. Oleh karena itu, rencana penerimaan dan pengeluaran uang seorang kreditor atau investor itu berkaitan dengan cash flow perusahaan. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang membantu investor, kreditur dan pihak lainnya untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian aliran kas masuk (sesudah dikurangi kas keluar) di masa mendatang untuk perusahaan. 3) Menunjukkan sumber ekonomi perusahaan. Klaim atas sumber ekonomi

perusahaan (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber ke perusahaan lain dan pemilik perusahaan), dan pengaruh transaksi,


(38)

kejadian, keadaan yang mempengaruhi sumber dan klaim atas sumber tersebut.

Sedangkan tujuan Laporan Keuangan secara umumadalah sebagai berikut.

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber - sumber ekonomi, dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi perusahaan guna menghasilkan laba di masa mendatang.

4. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi perusahaan guna menghasilkan laba.

5. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi.

6. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk


(39)

kebutuhan pengguna laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaanakuntansi yang dianut perusahaan.

2.1.6 Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan

Salah satu standar yang di atur dalam standar akuntansi adalah cara penyajian dan pengungkapan. Penyajian disini dimaksudkan bagaimana laporan keuangan dibuat dan bagaimana informasi mengenai posisi dan hasil usaha perusahaan itu diugkapkan melalui berbagai cara pengungkapan (Syafri, 2011:271).Secara umum aturan tentang penyajian laporan keuangan adalah bahwa posisi keuangan disajikan dalam neraca, hasil usaha dalam laporan laba rugi dan arus kas dalam laporan arus kas. Standar pelaporan adalah pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor (Syafri, 2011:272).

Dalam hal prinsip akuntansi dikenal dengan prinsip full disclosure. Prinsip ini mengharapkan agar laporan keuangan dapat menyajikan informasi secara penuh atau full. Namun prinsip ini dijabarkan lagi dalam berbagai standar lain yang mengaturnya. Secara umum ada 3 pengertian disclosure (pengungkapan), yaitufull disclosureyang diartikan bahwa informasi disajikan secara penuh sedangkan adequate sepantasnya dan fair seperlunya. Standar akuntansi sebenarnya sangat konservatif, hanya mewajibkan yang bersifat


(40)

2.1.7 Internet Financial Reporting (IFR)

Internet Financial Reporting (IFR) adalah upaya pencantuman informasi keuangan perusahaan melalui internet atau website secara tepat waktu sesuai ketentuan pasar modal (Lai et al. 2010). Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. Kep-346/BL/2011 tanggal 5 Juli2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, menyatakan “Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan”.

Keunggulan perusahaan yang menerapkan IFR antara lain frekuensi penyajian informasi yang lebih sering, biaya yang lebih hemat daripada perusahaan mencetak laporan keuangan dengan paper-based, penyajian lebih menarik, akses informasi oleh investor yang lebih cepat dan mudah. Adapun IFR memiliki kelemahan yaitu belum diaturnya IFR oleh badan profesional dapat membuat pembaca informasi IFR menafsirkan informasi secara keliru karena format penyajian yang berbeda-beda.

2.1.8 Volume Perdagangan Saham

Menurut Abdul Halim dan Nasuhi Hidayat (2000) volume perdagangan (Vt) sebagai lembar saham yang diperdagangkan pada hari t. Volume perdagangan sahammerupakan salah satu indikator yang digunakan dalam analisis teknikal pada penilaian harga saham dan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter


(41)

pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar. Oleh karena itu, perusahaan yang berpotensi tumbuh dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar seharusnya bereaksi positif.

2.1.9 Harga Saham

Harga saham merupakan harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek yang ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada kekuatan permintaan (penawaran) dan penawaran (permintaan jual). Harga pasar saham juga menunjukkan nilai dari perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi nilai dari harga pasar saham suatu perusahaan, maka investor akan tertarik untuk menjual sahamnya. Bursa saham merupakan salah satu indikator perekonomian suatu negara maka diperlukan suatu perhitungan tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini akan digunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian suatu negara. Untuk di negara di Indonesia perhitungan tersebut adalah perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sementar dari kegiatan finansial suatu perusahaan yang biasa disebut juga dengan efek. Harga saham dari suatu perusahaan tentu saja berbeda-beda tergantung bagaimana suatu perusahaan tersebut nilai jualnya di bursa saham.

Seorang investor dapat membeli saham di pasar perdana maupun pasar sekunder. Pada pasar perdana, emiten yang baru go public menawarkan sahamnya kepada investor melalui para penjamin emisi dan agen penjual. Investor dapat membeli langsung melalui para penjamin emisi penerbitan saham tersebut atau


(42)

melalui agen penjual. Kemudian saham yang dibeli pada pasar perdana dapat di-perjualbelikan melalui pasar sekunder atau di bursa efek melalui perusahaan pialang.

Hubungan IFR terhadap harga saham yaitu jika saat IFR dilaksanakan dengan tepat waktu dan informasi keuangan yang akurat maka akan semakin mengundang banyak permintaan dari investor yang menyebabkan harga saham perusahaan semakin meningkat. Sebaliknya jika perusahaan terlambat dalam melaksanakan IFR maka harga saham perusahaan pun akan menurun karna kurangnya reaksi pasar terhadap saham tersebut.

2.1.10 Abnormal Return Saham

Istila

dalamduniakeuangan.Abnormal returndiartikansebagaitingkatpengembalian yang

dihasilkanolehsahamatauportofolioselamaperiodetertentu, di manatingkatpengembaliaaniniberbedadengantingkatpengembalian yang

diharapkan(Expected Rate of Return).Expected Rate of

Returnsendiridiartikansebagaitingkatpengembalian yang

diperkirakandenganbeberapametodepenilaiansepertiAsset Pricing Model yang

menggunakan data historisdalamjangkapanjang, agar hasilnyalebihakurat.Abnormal returnbisa berartibaik,

namunjugabiasberartiburuk,tergantungkondisinya.

Abnormal return adalah sebuah hal yang bersifat spekulatif karena


(43)

pasar sedang sangat bergairah dan adanya sebuah peristiwa yang dianggap sangat penting oleh seluruh pelaku binis dan investasi didalam pasar. Abnormal return adalah hasil dari spekulasi yang dilakukan oleh investor, dan pada umum

abnormal return adalah sebuah keadaan yang sangat ditunggu oleh para investor.

Hubungan IFR terhadap abnormal return saham yaitu jika saat IFR dilaksanakan dengan tepat waktu dan informasi keuangan yang akurat maka akan semakin mengundang banyak permintaan dari investor akan saham sehingga harga saham meningkat sahingga return saham yang diperoleh juga semakin besar. Sebaliknya jika IFR tidak tepat waktu semakin berkurang reaksi pasar akan saham sehingga harga saham menurun sehingga abnormal return saham yang diperoleh semakin kecil atau tidak dapat sama sekali.

2.2 PenelitianTerdahulu

Keseluruan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian Almilia (2009) Analisis Kualitas Isi Financial and Sustainability Reporting Dependen: sustainability reporting melalui website Independen: Isi / content

Statistik Kruskal wallis Test Perusahaan di Indonesia belum secara optimal memanfaatkan website. Kartika Damayanti Internet Financial Dependen: frekuensi Analisis uji statistik Perusahaan yang


(44)

(2012) (IFR) dan Reaksi Pasar saham dan abnormal return saham Independen: IFR dan uji beda Mann whitney U test IFR memiliki abnormal return yang lebih tinggi daripada tidak menerapkan IFR. Bertolak belakang dengan frekuensi perdagangan tidak berubah secara signifikan. Herdhita Akhiruddin (2012) Pengaruh Pelaporan Keuangan di Internet Terhadap Reaksi Pasar Dependen: abnormal return saham Independen: IFR Analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial IFR tidak berpengaruh terhadap abnormal return saham,

terjadi dan ada perbedaan abnormal return saham saat sebelum dan sesudah IFR. Rendi Satria dan Supatmi (2013) Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Internet Financial Reporting Dependen: volume perdagangan saham dan abnormal return Analisi uji beda wilcoxon signed test Rata-rata volume perdagangan dan abnormal return saham lebih besar sesudah IFR. Sumber: Data SekunderDiolah 2015

2.3 KerangkaKonseptual

Suatu kegiatan yang memperoleh perhatian besar dari investor dan masyarakat adalah pada saat perusahaan mempubliskan laporan keuangan yang telah diaudit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari reaksi pasar


(45)

sampel selama satu tahun. Jika hasil uji menunjukkan hasil yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa IFR berpengaruh terhadap reaksi pasar (volume perdagangan saham, harga saham dan abnormal return saham).

Berdasarkan uraian yang ada, maka dapat dibuat suatu kerangka konseptual dari pengaruh sebelum dan sesudah IFR terhadap volume perdagangan saham, harga saham dan abnormal return saham, sebagai berikut :

Uji Beda

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat perbedaan volume perdagangan saham perusahaan sebelum dansesudah Internet Financial Reporting.

H2 : Terdapat perbedaan harga saham perusahaan sebelum dan sesudah

Internet Financial Reporting.

H3 : Terdapat perbedaan abnormal return saham perusahaan sebelum

Sebelum IFR Sesudah IFR

1. Volume Perdagangan Saham

2. Harga Saham

3. Abnormal Return Saham

1. Volume Perdagangan Saham

2. Harga Saham


(46)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), dimana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon dan internet pun semakin berkembang sangat luas hingga ke seluruh penjuru.

Internet telah menjadi alat komunikasi yang semakin luas digunakan oleh masyarakat, dimana semua orang dapat menggunakan internet secara umum dan hampir semua orang dapat mengaplikasikannya, termasuk dalam sektor bisnis. Internet awalnya hanya sebagai mass media super highway (jalur penghubung super cepat), khusus digunakan untuk mentransmit data. Tapi sekarang internet sudah dapat digunakan untuk mentransmit audio, video, grafis, teks, animasi, dan data. Internet mempunyai beberapa karakteristik dan keunggulan seperti mudah menyebar, tidak mengenal batas, real-time, berbiaya rendah (low cost), dan mempunyai interaksi yang tinggi. Karakteristik yang lengkap tersebut membuat internet dapat dengan mudah diterima dan menjadi sangat popular di masyarakat.

Menurut Daryanto (2004 : 9) internet adalah:

1. Kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling berhubungan menggunakan jaringan (tele) komunikasi yang ada di seluruh dunia.


(47)

2. Seluruh manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga.

Jumlah pengguna internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan dunia. Dengan hanya berpanduka

bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, internet melambangkan penyebaran (decentralization) / pengetahuan (knowledge) informasi dan data secara ekstrim. Perkembangan internet juga telah mempengaruhi perkembangan ekonomi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka dan sebagian sangat kecil melalui pos atau telepon, kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui internet. Transaksi melalui internet ini dikenal dengan nama

Terkait dengan pemerintahan, internet juga memicu tumbuhnya transparansi pelaksanaan pemerintahan melalui yang mana ternyata berhasil memberikan peningkatan pemasukan daerah dengan memanfaatkan internet untuk transparansi pengelolaan dana masyarakat dan pemangkasan jalur birokrasi, sehingga warga di daerah tersebut sangat diuntungkan demikian para pegawai negeri sipil dapat pula ditingkatkan kesejahterannya karena pemasukan daerah meningkat tajam.

Negara dengan akses internet yang terbaik termas daripada penduduknya mempunyai akses jalur lebar - Broadband), da Terdapat dua bentuk akses internet yang umum, yait


(48)

sudah cukup tinggi dengan didukungnya internet murah dan netbook murah, hanya saja di Indonesia operator kurang adil dalam menentukan harga dan bahkan ada salah satu operator yang sengaja membuat "jebakan" agar pengguna internet tersebut membayar lebih mahal. Lainnya sekitar 42% dari akses internet melalui fasilitas Public Internet Access seperti Tempat umum lainnya yang sering dipakai untuk akses internet adalah di kampus dan di kantor.

Selain itu, internet juga merupakan suatu media yang tepat untuk digunakan sebagai sarana mengakomodasi perubahan yang dibutuhkan dalam pelaporan perusahaan. Perkembangan yang cepat dalam dunia internet membawa perubahan yang dibutuhkan dalam pelaporan perusahaan dan juga dalam penyebaran informasi. Banyak perusahaan telah menggunakan internet sebagai alat komunikasi untuk menyediakan informasi mengenai perusahaan, termasuk penyebarluasan informasi keuangan. Daryanto (2004 : 10), menyatakan bahwa kebutuhan manusia akan informasi dan saling bertukar informasi untuk keperluan pribadi atau kelompok guna mencapai tujuan/kemajuan masing. Perkembangan teknologi ini telah membawa perubahan bukan hanya dalam pola pikir masyarakat, tetapi juga cara bisnis suatu perusahaan dan bagaimana informasi dipertukarkan.

Dengan hal ini perusahaan juga memanfaatkan internet dalam memberikan informasi perusahaan seperti profil perusahaan, kegiatan perusahaan dan juga laporan keuangan suatu perusahaan. Pelaporan keuangan tidak hanya memuat laporan keuangan namun juga cara-cara lain dalam mengkomunikasikan informasi


(49)

yang berhubungan dengan perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan semakin besarnya kebutuhan akan informasi baik yang kualitatif, non keuangan, dan kuantitatif atau keuangan maka semakin terasa keterbatasan model pelaporan yang menggunakan kertas atau model tradisional untuk memenuhi kebutuhan pemakainya. Akronim WYSWYG yaitu “What You

See What You Get” tidak berlaku lagi. Volume informasi, akurasi, kecepatan,

frekuensi menyebabkan perusahaan mulai beralih ke media komputer antara lain melalui intenet. Penggunaan teknologi internet untuk menginformasikan laporan keuangan dan informasi mengenai perusahaan inilah yang disebut dengan

Internet Financial Reporting (IFR). Menurut Lai et al., (2009) “secara sederhana, Internet Financial Reporting (IFR) dapat didefinisikan sebagai pencantuman

informasi keuangan perusahaan melalui internet atau website”.

Pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan (Internet

Financial Reporting- IFR) merupakan suatu bentuk pengungkapan sukarela yang

dipraktekkan oleh berbagai perusahaan (Hargyantoro, 2010). Praktek IFR yang bersifat sukarela semakin disadari perusahaan bukan lagi menjadi sebuah keunggulan namun menjadi sebuah kebutuhan. Perusahaan tentu memahami bahwa informasi keuangan sangat menentukan pengambilan keputusan para investor. Wibisono (2011) berpendapat IFR menjawab kebutuhan akan sistem pelaporan keuangan yang fleksibel, mudah diakses, cepat dan terpercaya sedangkan sistem pelaporan berbasis kertas (paper-based) sudah dianggap tidak memenuhi kebutuhan tersebut.


(50)

Praktik Internet Financial Reporting (IFR) telah berkembang pesat di berbagai negara. Hasil penelitian Lymer, Debreceny, dan Gray (1999) dengan sampel 660 perusahaan dari 22 negara yang termasuk ke dalam 30 perusahaan terbesar pada Dow Jones Global Index menunjukkan bahwa hanya 14% perusahaan yang tidak memiliki website dan 25% memiliki website tetapi tidak digunakan untuk melaporkan informasi keuangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan telah menganggap internet sebagai media penting untuk menyebarkan informasi perusahaan kepada pemangku kepentingan.

Manfaat yang didapatkan dengan mempublikasikan informasi kinerja keuangan melalui IFR antara lain memiliki cakupan luas karena dapat diakses siapa pun dengan menggunakan media internet. Manfaat lainnya adalah IFR mampu menimbulkan biaya yang lebih hemat dibandingkan laporan keuangan yang menggunakan kertas. IFR mampu mengurangi biaya pencetakan dan distribusi terkait dengan laporan keuangan tahunan dan triwulanan (Ashbaugh et al. 1999). Manfaat tersebut semakin didukung dengan fakta bahwa calon investor dan investor memiliki minat yang tinggi untuk memanfaatkan IFR sebagai sumber informasi yang akan dipakai dalam pengambilan keputusan mereka (Wibisono 2011).

Ukuran perusahaan juga merupakan faktor penentu penting dalam pengungkapan pelaporan perusahaan. Terdapat beberapa argumentasi yang mendasar hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan. Pertama, perusahaan besar memiliki sistem informasi pelaporan yang lebih baik cenderung memiliki sumber daya untuk menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya


(51)

untuk menghasilkan informasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki keterbatasan dalam sistem informasi pelaporan. Kedua, perusahaan besar memiliki insentif untuk menyajikan pengungkapan sukarela, karena perusahaan besar dihadapkan pada biaya dan tekanan politik yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Ketiga, perusahaan kecil cenderung untuk menyembunyikan informasi penting dikarenakan competitive disadvantage, sehingga memberi tekanan pada perusahaan untuk melakukan praktik pelaporan yang lebih lengkap dan luas, salah satunya dengan menggunakan praktik IFR selain itu perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik (KAP) yang bereputasi (Big Four) juga akan cenderung melaporkan informasi perusahaan setransparan mungkin guna menarik minat para kreditur dan investor, hal tersebut akan menaikkan citra perusahaan dikalangan publik.

Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai salah satu wadah bertransaksinya para pelaku pasar modal yakni para investor yang memperdagangkan sekuritas harus mampu menginformasikan harga saham yang terbaru kepada pasar. Perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan pelaporan keuangan yang lebih lengkap dibandingkan dengan perusahaan yang belum listing di BEI. Selain itu perusahaan yang telah lama listing di BEI akan cenderung mengubah meode pelaporan informasi keuangan sesuai dengan perkembangan teknologi untuk menarik investor salah satunya melalui IFR. Pasar akan bereaksi terhadap semua informasi terbaru yang diumumkan. Keadaan yang mencerminkan relevansi informasi kepada pasar ini akan berakibat positif yakni terbentuknya pasar modal yang efisien.


(52)

Pasar modal merupakan salah satu wadah penting bagi investor dengan perusahaan atau institusi pemerintah dalam melaksanakan transaksi yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Investor dan perusahaan terkait membutuhkan adanya informasi pasar yang efisien sebagai pertimbangan dalam menentukan keputusan investasi. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi setiap pihak yang melaksanakan transaksi di pasar modal.

Banyak fenomena yang terjadi dalam pergerakan harga saham. Para analisis akan mengumpulkan berbagai fakta pasar untuk dianalisis. Untuk mengantisipasi keadaan diluar dugaan dan meminimalisasi resiko yang harus ditanggung oleh para pelaku pasar. IFR telah membuka sebuah domain penelitian baru pada bidang akuntansi dan keuangan, tetapi masih sedikit yang meneliti bagaimana IFR mempengaruhi saham. Dengan penjelasan-penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM, HARGA SAHAM, DAN

ABNORMAL RETURN SAHAM PADA SAAT SEBELUM DAN SESUDAH INTERNET FINANCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”


(53)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan volume perdagangan saham saat sebelum dan sesudah IFR pada perusahaan manufaktur di BEI?

2. Apakah ada perbedaan harga saham saat sebelum dan sesudah IFR pada perusahaan manufaktur di BEI?

3. Apakah ada perbedaan abnormal return saat sebelum dan sesudah IFR pada perusahaan manufaktur di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dipaparkan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Mengetahui apakah ada perbedaan volume perdagangan saham saat sebelum dan sesudah IFR pada perusahaan manufaktur di BEI

2. Mengetahui apakah ada perbedaan harga saham saat sebelum dan sesudah IFR pada perusahaan manufaktur di BEI

3. Mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return saat sebelum dan sesudah IFR pada perusahaan manufaktur di BEI


(54)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Investor

Investor diharapkan dapat memanfaatkan IFR dalam pengambilan keputusan di pasar modal sehingga memperoleh keuntungan.

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, untuk menambah wawasan mengenai fenomena Internet

Financial Reporting dalam pasar modal.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini bermanfaat untuk mendorong perusahaan agar perusahaan dapat menerapkan dan mempraktekkan IFR secara optimal sebagai sarana pelaporan informasi yang transparan dan cepat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berguna bagi peneliti selanjutnya sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik ini.


(55)

ABSTRAK

PENGARUH SEBELUM DAN SESUDAH INTERNET FINANCIAL

REPORTING (IFR) TERHADAP PERDAGANGAN SAHAM, HARGA

SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah internet financial reporting (IFR) yang diukur dengan volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan terdiri dari 141 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2014. Volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal return saham diuji dengan Uji Paired Sample T Test untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah melakukan IFR.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah melakukan IFR, baik yang diukur dengan volume perdagangan saham, harga saham dan abnormal return saham. Perusahaan yang menerapkan IFR memiliki rata-rata volume perdagangan saham, harga saham, dan

abnormal return saham lebih besar sesudah melakukan IFR.

Kata Kunci: Internet Financial Reporting, volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal return saham


(56)

ABSTRACT

EFFECT BEFORE AND AFTER THE IFR TO TRADING VALUE ACTIVITY, STOCK PRICE, AND ABNORMAL RETURN ON MANUFACTURING

COMPANIES IN BEI

This research aims to determine the differences market reaction before and after the internet financial reporting (IFR) as measured by trading value activity, stock price and abnormal return on manufacturing companies in BEI.

The sample used consist of 141 listed companies in BEI period 2014. Trading value activity, stock price, and abnormal return tested by Uji Paired Sample T Test to determine the difference before and after the IFR.

The results of this research indicate that there are differences market reaction before and after the IFR, which were measured by trading value activity, stock price, and abnormal return. The companies which use IFR will have higher average of trading value activity, stock price, and abnormal return after the IFR.

Keywords: Internet Financial Reporting, trading value activity, stock price, abnormal return.


(57)

SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM,

HARGA SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM

PADA SAAT SEBELUM DAN SESUDAH INTERNET

FINANCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTURDI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

IRMA ELPRIDA MANURUNG 140522166

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(58)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Perbedaan Volume Perdagangan Saham, Harga Saham, dan Abnormal Return Saham pada Saat Sebelum dan Sesudah Internet Financial Reporting pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2015” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat ijin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2016 Yang membuat pernyataan,

NIM. 140522166 Irma Elprida Manurung


(59)

ABSTRAK

PENGARUH SEBELUM DAN SESUDAH INTERNET FINANCIAL

REPORTING (IFR) TERHADAP PERDAGANGAN SAHAM, HARGA

SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah internet financial reporting (IFR) yang diukur dengan volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan terdiri dari 141 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2014. Volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal return saham diuji dengan Uji Paired Sample T Test untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah melakukan IFR.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah melakukan IFR, baik yang diukur dengan volume perdagangan saham, harga saham dan abnormal return saham. Perusahaan yang menerapkan IFR memiliki rata-rata volume perdagangan saham, harga saham, dan

abnormal return saham lebih besar sesudah melakukan IFR.

Kata Kunci: Internet Financial Reporting, volume perdagangan saham, harga saham, dan abnormal return saham


(60)

ABSTRACT

EFFECT BEFORE AND AFTER THE IFR TO TRADING VALUE ACTIVITY, STOCK PRICE, AND ABNORMAL RETURN ON MANUFACTURING

COMPANIES IN BEI

This research aims to determine the differences market reaction before and after the internet financial reporting (IFR) as measured by trading value activity, stock price and abnormal return on manufacturing companies in BEI.

The sample used consist of 141 listed companies in BEI period 2014. Trading value activity, stock price, and abnormal return tested by Uji Paired Sample T Test to determine the difference before and after the IFR.

The results of this research indicate that there are differences market reaction before and after the IFR, which were measured by trading value activity, stock price, and abnormal return. The companies which use IFR will have higher average of trading value activity, stock price, and abnormal return after the IFR.

Keywords: Internet Financial Reporting, trading value activity, stock price, abnormal return.


(61)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Perbedaan Volume Perdagangan Saham, Harga Saham, dan Abnormal Return

Sahampada Saat Sebelum dan Sesudah Internet Financial Reportingpada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2015”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif,M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan waktunya untuk membimbing saya dalam pengerjaan skripsi saya ini.

5. Orang Tua tersayang Bapak B. Manurung dan Ibu H. Sitorus atas kasih sayang dan dukungan yang luar biasa dan sangat berharga bagi penulis dan tidak abang saya Teddy D Manurung dan seluruh saudara kandung saya serta


(62)

membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai akhir penyelesaiannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Maret 2016 Penulis

Irma Elprida Manurung


(63)

DAFTARISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL...…... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... .. x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pasar Modal ... 10

2.1.2 Pasar Modal Efisien ... 10

2.1.3 Pengertian Laporan Keuangan ... 12

2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan ... 12

2.1.5 Tujuan Laporan Keuangan ... 14

2.1.6 Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 16

2.1.7 Internet Financial Reporting (IFR) ... 17

2.1.8 Volume Perdagangan Saham ... 17

2.1.9 Harga Saham ... 18

2.1.10 Abnormal Return Saham... 19

2.2 Penelitian Terdahulu ... 20


(1)

membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai akhir penyelesaiannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Maret 2016 Penulis

Irma Elprida Manurung


(2)

DAFTARISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL...…... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... .. x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pasar Modal ... 10

2.1.2 Pasar Modal Efisien ... 10

2.1.3 Pengertian Laporan Keuangan ... 12

2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan ... 12

2.1.5 Tujuan Laporan Keuangan ... 14

2.1.6 Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 16

2.1.7 Internet Financial Reporting (IFR) ... 17


(3)

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Batasan Operasional ... 23

3.4 Definisi Operasional ... 24

3.4.1 Return Saham... 27

3.4.2 Expected Return ...27

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.8 Teknik Analisis Data ... 34

3.8.1 Event Study ... 34

3.8.2 Uji Normalitas ... 36

3.8.3 Uji Beda ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Data Penelitian ... 39

4.2 Hasil Penelitian ... 41

4.2.1 Pola Pergerakan ... 41

4.2.2 Uji Normalitas ... 45

4.2.3 Uji Beda ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(4)

DAFTARTABEL

Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 3.1 Populasi dan Sample ... 29

Tabel 4.1 Penentuan Sampel Penelitian... 41

Tabel 4.2Uji Hipotesis Volume Perdagangan Saham (Tahun 2015)... 46

Tabel 4.3Uji Hipotesis Harga Saham(Tahun 2015)... 48


(5)

DAFTARGAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 22


(6)

DAFTARGRAFIK

No. Grafik Judul Halaman

4.1 Volume Perdagangan Saham ... 42 4.2 Harga Saham ... 43 4.3 Abnormal Return Saham ... 44


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sebelum Dan Sesudah Internet Financial ReportingTerhadap Volume Perdagangan Saham, Harga Saham, Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bei

0 110 94

Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Indonesia

1 44 82

Pengaruh Right Issue Tehadap Return Saham dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 46 81

Analisis Dampak Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Merger dan Akuisisi pada Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

6 98 88

Analisis Perbedaan Return Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 98 89

Analisis Perbedaan Return Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Stock Repurchase Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 41 86

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING TERHADAP FREKUENSI PERDAGANGAN SAHAM DAN ABNORMAL RETURN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

5 24 32

ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH Analisis Abnormal Return Saham, Likuiditas Saham, dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham (Stock Split)(Pada Perusahaan Go Publik

2 21 15

Perbedaan Volume Perdagangan Saham dan abnormal Return Sebelum dan Sesudah Peristiwa Stock Split Pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sebelum Dan Sesudah Internet Financial ReportingTerhadap Volume Perdagangan Saham, Harga Saham, Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bei

0 0 10