Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ANITA PUTRI 100522155

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2013

NIM. 100522155 Anita Putri


(3)

ABSTRAK

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR BARANG

KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara empiris, baik secara parsial maupun secara simultan. Rasio keuangan yang diuji adalah Current Ratio

(CR), Total Debt to Equity Ratio (TDER), Total Asset Turnover (TATO), Return on Assets (ROA) dan GrossProfit Margin (GPM).

Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 22 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh 10 perusahaan sampel. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolineritas) dan uji hipotesis (uji t, uji F dan uji determinasi).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel CR, TDER, TATO, ROA, dan GPM secara simultan berpengaruh signifikan untuk memprediksikan pertumbuhan laba. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel TDER yang berpengaruh signifikan untuk memprediksikan pertumbuhan laba sedangkan variabel lainnya yaitu CR, TATO, ROA dan GPM tidak berpengaruh signifikan untuk memprediksikan pertumbuhan laba.


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FINANCIAL RATIOS TO PREDICTING EARNINGS GROWTH IN CONSUMER GOODS MANUFACTURING COMPANIES

LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This study aimed to examine the effect of financial ratios in predicting earnings growth in the food and beverage company listed in Indonesia Stock Exchange empirically, either partially or simultaneously. Financial ratios are tested Current Ratio (CR), Total Debt to Equity Ratio (TDER), Total Asset Turnover (TATO), Return on Assets (ROA) and Gross Profit Margin (GPM).

The study population is a food and beverage manufacturing sector listed in the Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2012. The sample selection and purposive sampling of 22 companies listed in Indonesia Stock Exchange gained 10 sample firms. The tests used in this study are the classical assumption (normality, heteroscedasticity, autocorrelation and multicolinearity) and hypothesis test (t test, F test and test of determination).

The results of this study indicate that the variable CR, TDER, TATO, ROA, and GPM simultaneously significant effect on predicted earnings growth. Partial test showed that the only variable that significantly TDER to predict earnings growth while the other variables, namely CR, TATO, ROA and GPM predicts no significant effect on earnings growth.


(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu tempat transaksi perdagangan saham dari berbagai jenis perusahaan yang ada di Indonesia. Ada beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu perusahaan pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, industri makanan dan minuman, property, infrastruktur, keuangan, dan perdagangan jasa investasi. Perusahaan industri makanan dan minuman adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan dikonsumsi oleh masyarakat.

Untuk mencapai tujuannya, pengelolaan perusahaan harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. Wujud dari pengelolaan perusahaan yang baik dapat dilihat dari kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan salah satunya dapat dinilai melalui pertumbuhan laba. Apabila kinerja perusahaan baik maka pertumbuhan laba meningkat, begitu juga sebaliknya apabila kinerja perusahaan tidak baik maka pertumbuhan laba akan menurun.

Berdasarkan data laporan keuangan yang diperoleh dari www.idx.co.id, pertumbuhan laba perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi tahun 2009,


(6)

2010,2011 dan 2012 adalah 21.8, 36.17, 4.52, dan 0.002. Adanya fluktuasi nilai pertumbuhan laba yang signifikan pada tahun 2009-2012 karena laba yang diperoleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan, kadang naik atau turun, maka perlu adanya suatu prediksi pertumbuhan laba di masa mendatang khususnya pada kondisi perekonomian negara yang sedang dilanda krisis.

Secara umum perusahaan bertujuan untuk mencapai laba yang telah ditetapkan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, maka perusahaan harus memperoleh informasi keuangan yang relevan dan dapat dipercaya. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka informasi keuangan yang disajikan harus dianalisis melalui analisis rasio keuangan sehingga menghasilkan keputusan bisnis yang tepat dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan. Menurut Penman (1992:564) “seperangkat laporan keuangan yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan belum dapat memberi manfaat maksimal bagi pemakai sebelum pemakai menganalisis laporan keuangan tersebut lebih lanjut dalam bentuk analisis laporan keuangan termasuk analisis terhadap rasio-rasio keuangan”.

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang menunjukkan hubungan diantara pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Hasil analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam


(7)

pencapaian target (laba) yang telah ditetapkan dan kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

Rasio keuangan sering digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan yang pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan, melainkan juga bagi pihak eksternal. Selain itu, rasio keuangan dapat dipakai sebagai sistem peringatan awal (early warning system) terhadap kemunduran kondisi keuangan untuk membuat keputusan atau perimbangan tentang apa yang akan dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang akan dihadapi di masa yang akan datang.

Kekuatan prediksi rasio keuangan dalam memprediksi laba selama ini memang sangat berguna dalam menilai performance (kinerja) perusahaan di masa mendatang. Penelitian yang menghubungkan rasio keuangan dengan fenomena akuntansi tertentu, dengan harapan akan dapat ditemukan berbagai kegunaan obyektif rasio keuangan telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh Ayuning Untari Sitorus (2010), menguji pengaruh rasio keuangan (CR, DER, TATO, NPM, ROI) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel current ratio yang berpengaruh secara parsial.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Sianturi (2010), menguji rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara


(8)

simultan current ratio, total debt to equity ratio, total assets turnover, inventory turnover, operating profit margin dan rate of return on investment

berpengaruh signifikan untuk memprediksikan pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel total debt to equity ratio dan operating profit margin yang berpengaruh secara signifikan untuk memprediksikan pertumbuhan laba.

Penelitan berikutnya dilakukan oleh Ningsih (2010), menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan current ratio , debt to equity ratio, debt to asset ratio, total asset turn over, return on asset, return on equity, gross

profit margin dan inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya current ratio, total asset turn over dan inventory turnover yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Peneltian berikutnya dilakukan oleh Ranitauli S (2012), menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan current ratio, debt to asset ratio, total asset turnover, dan

return on asset berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel return on asset yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.


(9)

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam memprediksi laba yang akan datang. Alasan pemilihan laba akuntansi dikarenakan laba mencerminkan kinerja perusahaan, dari ukuran laba maka dapat dilihat apakah perusahaan mempunyai kinerja yang bagus atau tidak. Jika rasio keuangan dapat dijadikan sebagai prediktor pertumbuhan laba di masa yang akan datang, temuan ini merupakan pengetahuan yang cukup berguna bagi para pemakai laporan keuangan yang secara riil, maupun potensial berkepentingan dengan suatu perusahaan. Sebaliknya, jika rasio tidak cukup signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang, hasil penelitian ini akan memperkuat bukti tentang inkonsistensi temuan-temuan empiris sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud meneliti dengan judul : “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah yang di identifikasi dalam penelitian ini terbatas pada :

1. Apakah Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets, dan Gross Profit Margin berpengaruh secara simultan untuk memprediksi pertumbuhan laba?


(10)

2. Apakah Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets, dan Gross Profit Margin berpengaruh secara parsial untuk memprediksi pertumbuhan laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets, dan Gross Profit

Margin dalam memprediksi pertumbuhan laba secara simultan.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets, dan Gross Profit

Margin dalam memprediksi pertumbuhan laba secara parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Dapat digunakan untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai kegunaan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba.

2. Bagi Investor

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.


(11)

3. Bagi Akademisi

Dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai kegunaan prediktif rasio keuangan terhadap petumbuhan laba di masa yang akan datang.


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan diperoleh dari proses berjalannya sistem akuntansi. Akuntansi merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usaha pada suatu waktu atau periode tertentu. Laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem atau proses akuntansi tidak dapat dibuat secara mudah, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku, hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan digunakan sebagai alat penguji dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Dalam penyusunan laporan keuangan haruslah berpedoman pada prinsip akuntansi yang telah diterima secara umum. Laporan keuangan ini memberikan gambaran keadaan perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:07) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut :

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara


(13)

seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”

Menurut Kasmir (2009:07), “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”.

Menurut Harahap (2006:105), “laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.

Menurut Munawir (2004:02) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut :

“Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.”

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang berupa data keuangan dan aktivitas dari suatu perusahaan yang bertujuan untuk memberi gambaran mengenai kondisi keuangan, hasil usaha, serta kinerja perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Menurut IAI (2007:13), “laporan keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan”. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan


(14)

manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen. Dalam rangka mancapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi :

a. Aktiva merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.

b. Kewajiban merupakan utang kepada pihak lain yang timbul karena memperoleh pinjaman (kredit) atau karena pembelian suatu barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan secara angsuran.

c. Ekuitas merupakan hak yang dimiliki oleh perusahaan. d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian.

Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan atau yang menerima jasa.

Beban merupakan semua biaya yang telah dikenakan dan dapat dikurangkan pada penghasilan.

Keuntungan dan kerugian adalah naik dan turunnya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidental dan bukan kegiatan utama entitas dan dari transaksi kegiatan lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu.

e. Arus kas merupakan aliran penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.


(15)

2.1.2 Analisis Rasio Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000:822) “Rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaan-perusahaan lain”.

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:36) “Rasio merupakan alat untuk meyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari definisi ini rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun- tahun sebelumnya.

Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan.


(16)

Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh perbandingan yang tidak dapat diinterpretasikan adalah perbandingan antara beban perlengkapan dengan harga saham karena beban perlengkapan tidak ada kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.

Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000:39) yaitu:

- Cross - sectional approach

Cross - sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio- rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. - Time series analysis

Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio - rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis keuangan dan memiliki beberapa kegunaan. Menurut Keomn, Scott, Martin, dan Petty (2005:108)


(17)

Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan : bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup.

Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan perhitungan rasio keuangan agar diperoleh hasil perhitungan rasio lebih tepat. Sebagaimana dikemukakan oleh Simamora (2000:523) Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam penghitungan banyak rasio, angka-angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka-angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam penghitungan rasio- rasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka neraca.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000:40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.


(18)

- Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama- sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.

- Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.

- Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio- rasio yang dihitung juga kurang akurat.

- Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.

2.1.2.2Manfaat Rasio Keuangan

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.

Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga


(19)

kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006:119) adalah sebagai berikut :

1. Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, 2. Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat

obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan

3. Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.

2.1.2.3Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2008:298) yaitu :

- Rasio merupakan angka - angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

- Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

- Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

- Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).

- Rasio menstandarisir size perusahaan.

- Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

- Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004:82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan.


(20)

- Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

- Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

- Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

- Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi.

2.1.2.4Jenis – Jenis Rasio Keuangan

Rasio-rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan sangat banyak jenisnya. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:204)

“Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari kondisi keuangan perusahaan untuk suatu periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dari setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio).”

Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri dari sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jenis-jenis dari rasio likuiditas antara lain :

a. Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.

c. Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.


(21)

d. Rasio perputaran Kas merupakan rasio yang mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.

e. Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

2. Rasio Solvabilitas merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain :

a. Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. b. Total Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas.

c. Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

d. Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga.

e. Fixed Charge Coverage merupakan rasio yang dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).

3. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalan melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenis rasio aktivitas antara lain :

a. Perputaran Piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini akan berputar dalam satu periode.

b. Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode.

c. Perputaran Modal Kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.

d. Fixed Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.

e. Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.


(22)

4. Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain :

a. Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.

b. Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil

(return)atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. c. Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih

sesudah pajak dengan modal sendiri.

d. Laba Per Lembar Saham Biasa merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.

Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi : 1. Current Ratio

Rasio lancar atau current ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Rumus untuk menghitung rasio lancar menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:4)

Current Ratio = ������ ������

��������� ������

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, kondisi perusahaan


(23)

belum dapat dikatakan baik, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya penggunaan kas dengan sebaik mungkin.

2. TotalDebt to Equity Ratio.

Total Debt to Equity Ratio (TDER) adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan atau berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio total debt to equity ratio menurut Kasmir (2009:151)

Total Debt to Equity Ratio = ����� ������

������� �������� ��ℎ��

Semakin besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.

3. Total Assets Turnover

Total assets turnover (TATO) menurut Syamsuddin (2000:73) “mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan penjualan”, sedangkan menurut Darsono dan Ashari (2005:60)


(24)

“kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini”. Rumus untuk menghitung total asstes turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:221)

Total Assets Turnover = ����� ���������

���� −���� ������

Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva. Jika total assets turnover suatu perusahaan sebesar 2,5 berarti total aktiva perusahaan berputar 2,5 kali untuk menghasilkan penjualan bagi perusahaan. Untuk mengetahui apakah perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktivanya, hasil perhitungan harus dibandingkan dengan rata - rata industri atau hasil perhitungan tahun-tahun sebelumnya.

4. Return on Assets

Return on assets (ROA) menurut Syamsuddin (2000:63) merupakan “pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Rumus untuk menghitung return on assets menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:224)

Return on Assets = ���� ����� ℎ������ ℎ����� ��� ����� ����� ������


(25)

Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung ROA adalah dengan persamaan Du Pont. Dengan menggunakan persamaan Du Pont dapat dilihat lebih jelas bagaimana hubungan antara laba bersih dengan dengan total aktiva. Adapun persamaan Du Pont menurut Brigham dan Houston (2006:114)

ROA = Margin Laba x Perputaran Total Aktiva

ROA = ���� ����� ℎ

���������

x

��������� ����� ������

Setiap perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham dan Houston (2006:109) “merupakan akibat dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rendah ditambah dan biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas rata -rata di mana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah”.

Jika hasil perhitungan ROA suatu perusahaan sebesar 0,15 atau 15 persen berarti setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan sebesar 15 rupiah. Untuk mengetahui apakah perusahaan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya, maka hasil perhitungan ROA harus dibandingkan dengan rata- rata tingkat pengembalian industri atau rata- rata suku bunga pinjaman saat itu. Apabila hasil perhitungan menunjukkan bahwa ROA perusahaan tersebut lebih tinggi dari ROA


(26)

rata-rata industri atau rata-rata suku bunga pinjaman berarti perusahaan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya.

5. Gross Profit Margin

Gross profit margin (GPM) dapat digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor dari setiap barang yang dijual perusahaan. Gross profit margin menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) “memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”. Rasio ini mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga jual. Laba kotor didefinisikan sebagai selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Rumus untuk menghitung gross profit margin menurut Munawir (2007:99)

Gross Profit Margin = ���� �����

���������

2.1.3 Pengertian Laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25) mendefenisikan laba sebagai berikut :

“Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat.”


(27)

Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, Stice, dan Skousen (2004:230).

1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

2. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban atau kombinasi keduanya dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

3. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas yaitu aktiva bersih dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas atau aktiva bersih dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

2.1.4 Pengertian Pertumbuhan Laba

Pada dasarnya, perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan


(28)

demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik.

Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasionalnya. Laba yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah laba operasional. Angka laba operasional adalah selisih laba kotor dengan biaya-biaya operasi. Biaya-biaya-biaya operasi adalah biaya-biaya-biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Jadi, apa yang diukur oleh laba dan komponen-komponennya adalah penting untuk dapat memahami dan menginterpretasikan keadaan keuangan suatu perusahaan.

Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos - pos luar biasa, dan lain-lain. Menurut Warsidi dan Pramuka (2000) pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan formula :

Pertumbuhan Laba = ���� ����������� �ℎ��−���� ����������� �ℎ��−1

���� ����������� �ℎ��−1

2.1.5 Jenis – Jenis Laba 1. Laba Kotor

Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:120) laba kotor merupakan “pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila hasil


(29)

penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan.

2. Laba Operasi

Menurut Stice, dan Skousen (2004:243) “laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya. 3. Laba Sebelum Pajak

Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25) merupakan “laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”.

4. Laba Bersih

Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25) merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai rasio keuangan telah banyak dilakukan di Indonesia. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1.


(30)

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti

(Tahun)

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Ayuning

Untari Sitorus (2010)

Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Net Profit Margin dan Return on Investment

Variabel Independen:

Pertumbuhan Laba Variabel Dependen:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel independen tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sementara secara parsial hanya variable current ratio yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.

2 Taruli

Sianturi (2010)

Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Inventory Turnover, Operating Profit Margin dan Rate of Return on Investment

Variabel Independen:

Pertumbuhan Laba Variabel Dependen:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara CR, TDER, TATO, ITO, OPM dan ROI terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial hanya variabel TDER dan OPM yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba sedangkan variabel lainnya CR, TATO, ITO, dan ROI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.

3 Indah

Widya Ningsih

(2010)

Current Ratio , Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets , Return on Equity , Gross Profit Margin dan Inventory Turnover

Variabel Independen:

Pertumbuhan Laba Variabel Dependen:

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial current ratio, total asset turn over dan inventory turnoveryang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. secara simultan current ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, total asset turn over, return on asset, return on equity, gross profit margin dan inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

4 Dewi

Ranitauli S (2012)

Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Total Asset Turnover, dan Return on Asset

Variabel Independen: Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Total Asset Turnover, dan Return on Asset terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial hanya variabel Return on Asset yang

mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba sedangkan variabel lainnya Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Total Asset Turnover tidak berpengaruh secara


(31)

Pertumbuhan Laba

Variabel Dependen: signifikan terhadap pertumbuhan

laba.

Sitorus (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Sampel diambil dari perusahaan industri asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian dari tahun 2006-2009. Jumlah perusahaan yang digunakan sebanyak 8 perusahaan. Model statistik digunakan dalam penelitian ini untuk menguji tingkat signifikan rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Variabel independen di penelitian ini berjumlah 5 rasio sedangkan variabel dependennya berjumlah 1 yaitu perubahan laba. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba hanya Current Ratio.

Sianturi (2010) melakukan penelitian tentang analisis rasio keuangan untuk memprediksikan pertumbuhan laba. Sampel diambil dari perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas (independent) yang digunakan berjumlah 6 rasio keuangan. Sampel dari penelitian ini adalah 9 perusahaan farmasi selama kurun waktu 2006-2009. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji statistik menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta f-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan level of significance 5%. Hasil dari penelitian ini adalah Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Inventory Turnover, Operating Profit


(32)

signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sementara secara parsial hanya variabel Total Debt to Equity Ratio dan Operating Profit Margin yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Ningsih (2010) yang meneliti mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman. Sampel terdiri dari 9 perusahaan dengan periode penelitian dari tahun 2006-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets

, Return on Equity , Gross Profit Margin dan Inventory Turnover terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial hanya variabel Current Ratio, Total Asset Turn over dan Inventory Turnover yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

Ranitauli S (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan yang digunakan sebanyak 9 perusahaan dalam kurun waktu 2008-2011. Variabel independen yang digunakan berjumlah 4 rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Total Asset Turnover, dan Return on Asset secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial hanya variable Return on Asset


(33)

2.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets, dan Gross Profit Margin. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2013

Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa rasio keuangan yang terdiri dari

Current ratio (X1), Total Debt to Equity Ratio (X2), Total Assets Turnover

(X3), Return on Assets (X4) dan Gross Profit Margin (X5) secara simultan dan

parsial mempengaruhi Pertumbuhan laba. Naik turunnya nilai Current ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets dan

Current Ratio (X1)

Total Debt to Equity Ratio (X2) Total Assets Turnover (X3) Return on Assets (X4)

Gross Profit Margin (X5)

Pertumbuhan Laba (Y)


(34)

Gross Profit Margin akan berpengaruh terhadap tingkat Pertumbuhan Laba. Jika pengaruh rasio keuangan di atas terhadap Pertumbuhan Laba positif, maka rasio keuangan di atas dapat memprediksikan Pertumbuhan Laba. Sebaliknya jika pengaruh rasio keuangan tersebut negatif maka rasio keuangan yang terdiri dari Current ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets dan Gross Profit Margin tidak dapat memprediksikan Pertumbuhan Laba.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan pada bagian terdahulu maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: CurrentRatio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets, dan Gross Profit Margin berpengaruh signifikan secara simultan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

H2: Current Ratio berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

H3: Total Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

H4: Total Assets Turnover berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.


(35)

H5: Return on Assets berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

H6: Gross Profit Margin berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Menurut Erlina (2008:66)

Desain penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam rencana tersebut tercakup hal-hal yang dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai kepada analisis data akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan rancangan penelitian sebagai berikut:

1. Dilihat dari prespektif metode pengumpulan data, rancangan penelitian ini berupa studi pengamatan (observasi), sebab sifat data berupa bahan yang hanya dapat diobservasi tanpa berusaha mendapatkan tanggapan dari siapapun.

2. Dilihat dari prespektif pengendalian variabel, rancangan penelitian ini adalah penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian mengamati kembali peristiwa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat


(37)

menimbulkan kejadian tersebut tanpa ada manipulasi langsung terhadap variabel independen. Dalam desain ex post facto, peneliti tidak memanipulasi variabel yang akan diteliti, peneliti hanya melaporkan apa yang terjadi dan tidak terjadi.

3. Dilihat dari prespektif tingkat eksplanasinya, rancangan penelitian merupakan penelitian asosiatif dengan hubungan kausal, sebab tujuan penelitian berusaha menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis.

4. Dilihat dari prespektif jenis data dan analisis, rancangan penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan data kontinum berbentuk rasio yaitu data yang jaraknya sama dan memiliki nilai nol mutlak.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2004:115) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 yaitu sebanyak 10 perusahaan.


(38)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2004:116) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Menurut Erlina (2008:75) “Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.”

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik purposive sampling yaitu “pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu” (Erlina, 2008:83). Teknik ini termasuk dalam metode penarikan sampel tidak acak atau nonprobability sampling, dimana dari elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, namun hanya sampel yang memenuhi kriteria tertentu saja yang dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Beberapa kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012.

2. Perusahaan manufaktur sector barang konsumsi telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012.

3. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi tersebut memperoleh laba selama periode pengamatan.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada


(39)

tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria- kriteria tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi

No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 ADES Akasha Wira International Tbk    1

2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Tbk    2

3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk    3

4 DAVO Davomas Abadi Tbk   X

5 DLTA Delta Djakarta Tbk    4

6 FAST Fast Food Indonesia Tbk    5

7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk    6 8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk    7

9 MYOR Mayora Indah Tbk    8

10 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk    9 11 PTSP Pioneerindo Gourment Indonesia Tbk  X X

12 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk    10 13 ROTI Nippon Indosari Corpindo  X X

14 SRHD Sari Husada Tbk  X X

15 SKBM Sekar Bumi Tbk   X

16 SKBL Sekar Laut Tbk   X

17 STTP Siantar Top Tbk  X X

18 SIPD Sierad Produce Tbk   X

19 SMAR SMART Tbk   X

20 SUBA Suba Indah Tbk  X X

21 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk   X


(40)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut: a. Jenis Data

Data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber utama (perusahaan) yang dijadikan objek penelitian. Data tersebut berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.

b. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini yaitu diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut: 1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian dengan cara membaca dan mempelajari literature seperti buku-buku, jurnal, koran, dan berbagai macam sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.

2) Teknik Observasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder sehingga prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi terhadap laporan keuangan, yang disediakan oleh perusahaan itu sendiri yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia.


(41)

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen menurut Sugiyono (2004:3) adalah “variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel

terikat)”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, working capital to total asset,debt to equity ratio dan profit margin. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Current Ratio (CR)/ �1adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen.

Current Ratio = ������������

�����������������

b. Total Debt to Equity Ratio (TDER)/ �2 adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan atau berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk


(42)

jaminan utang. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen.

Total Debt to Equity Ratio = ����� ������

������� �������� ��ℎ��

c. Total assets turnover (TATO)/ �3 adalah rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan total aktiva untuk menghasilkan penjualan. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen.

Total Assets Turnover = ����� ���������

���� −���� ������

d. Return on assets (ROA)/ �4 adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang ada. Semakin besar ROA, maka semakin baik kinerja perusahan. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen.

Return on Assets = ���� ����� ℎ������ ℎ����� ��� ����� ����� ������

e. Gross profit margin (GPM)/ �5 adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor. Semakin besar GPM, maka semakin efisiensi operasi perusahaan. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen.

Gross Profit Margin = ���� �����


(43)

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen menurut Sugiyono (2004:3) adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba operasional dari setiap perusahaan yang terpilih menjadi sampel. Pertumbuhan laba perusahan menyatakan berapa besar peningkatan laba perusahaan.

Tabel 3.2 Identifikasi Variabel

No Variabel Rumus Skala

1. Pertumbuhan Laba

����������������ℎ��− ����������������ℎ��−1 ����������������ℎ��−1

Rasio

2. Current Ratio

����������� �����������������ℎ��

Rasio 3. Total Debt to

Equity Ratio

������������ – ���������������

����������

Rasio 4. Total assets

turnover

�������������� ���� − ����������

Rasio

5. Return on assets ���������ℎ������ℎ������������� �����������

Rasio 6. Gross profit margin ���������

���������


(44)

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.5.1.1 Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas menurut Erlina (2008:102) adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji analisis statistik. 1. Analisis grafik

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dan dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan kesimpulan sebagaimana dikemukakan Ghozali (2005:112) :

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis statistik

Untuk menentukan uji ini didasarkan kepada Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap model yang diuji. Pedoman untuk


(45)

pengambilan keputusannya didasarkan sebagaimana diungkapkan Ghozali (2005:114) “Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak normal.”

3.5.1.2Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel independen mengandung korelasi atau tidak. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Dasar pengambilan keputusan :

1) VIF > 10 Antar variabel independen (CR, TDER, TATO, ROA dan GPM) terjadi korelasi/multikolinieritas.

2) VIF < 10 Antar variabel independen CR, TDER, TATO, ROA dan GPM) tidak terjadi korelasi/multikolinieritas.

3.5.1.3Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian heterokedasitas ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya tetap, maka disebut homoskedastitas (Erlina, 2008). Deteksi ada tidaknya


(46)

gejala heterokedastitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi gejala heterokedasitas.

3.5.1.4Uji Auto Korelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam model regresi adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya. Diagnosa adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji

Durbin Watson (uji DW).

Dasar pengambilan keputusan: 1) DW < 1.21 Terjadi autokorelasi.

2) 1.21 < DW < 1.65 Tidak dapat tersimpulkan. 3) 1.65 < DW < 2.35 Tidak terjadi autokorelasi. 4) 2.35 < DW < 2.79 Tidak dapat tersimpulkan. 5) DW > 2.79 Terjadi autokorelasi.

3.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, menggunakan lebih dari satu variabel yang mempengaruhi variabel independen untuk menaksir variabel dependen agar taksiran menjadi lebih akurat.


(47)

Data dianalisis dengan model regresi berganda sebagai berikut :

� =�+�1�1+�2�2+��3 +�4�4 +�5�5 +�

Dimana: Y = Variabel Pertumbuhan Laba

a = Konstanta

�1,�2,�3,�4,�5 = Koefisian Regresi �1 = Variabel CR �2 = Variabel TDER �3 = Variabel TATO �4 = Variabel ROA �5 = Variabel GPM

e = Error Term

3.5.2.1Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi(�2)berguna untuk mengukur seberapa besar peranan variabel independen (CR, TDER, TATO, ROA, dan GPM) secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen (pertumbuhan laba).

3.5.2.2Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui bahwa variabel independen (CR, WCTA, DER, dan PM) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (perubahan laba).


(48)

Formulasi hipotesis:

1) �0: �1 = �2 =�3 = �4 = 0 Variabel independen (CR, TDER,

TATO, ROA dan GPM) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba (variabel dependen)

2) �: �1 = �2 =�3 =�4 ≠0 Variabel independen (CR, TDER, TATO, ROA dan GPM) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba (variabel dependen)

Dasar pengambilan keputusan :

1) Jika F hitung < F tabel pada α 0.05, maka � ditolak dan �0

diterima,

2) Jika F hitung > F tabel pada α 0.05, maka � diterima dan �0

ditolak.

3.5.2.3Pengujian Individu atau Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui bahwa variabel independen (CR, WCTA, DER, dan PM) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (perubahan laba).

Formulasi hipotesis :

1) Variabel CR mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. �0: �1 = 0 CR tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam


(49)

��: �1 ≠0 CR terdapat pengaruh yang signifikan dalam memprediksi

pertumbuhan laba.

2) Variabel TDER mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. �0: �2 = 0 TDER tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba.

��: �2 ≠ 0TDER terdapat pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba

3) Variabel TATO mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. �0: �3 = 0 TATO tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba.

��: �3 ≠ 0 TATO terdapat pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba

4) Variabel ROA mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. �0: �3 = 0 ROA tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba.

��: �3 ≠ 0 ROA terdapat pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba

5) Variabel GPM mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. �0: �4 = 0 GPM tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba.

��: �4 ≠0 GPM terdapat pengaruh yang signifikan dalam


(50)

Dasar pengambilan keputusan :

1) Jika t hitung < t tabel pada α 0.05,maka � ditolak dan�0 diterima, 2) Jika t hitung > t tabel pada α 0.05, maka �diterima dan �0 ditolak.

3.6 Tempat dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jadwal Penelitian dimulai dari bulan Mei 2013 sampai dengan selesai.


(51)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Data Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2012 (4 tahun). Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini :

Tabel 4.1

Nama-nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian

Sumber:www.idx.co.id

Adapun perusahaan-perusahaan yang dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

No Kode Emiten

1 ADES Akasha Wira International Tbk 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Tbk 3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 4 DLTA Delta Djakarta Tbk 5 FAST Fast Food Indonesia Tbk

6 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 8 MYOR Mayora Indah Tbk

9 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 10 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk


(52)

4. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. 5. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi telah

mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012.

6. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi tersebut memperoleh laba selama periode pengamatan.

4.2 Analisis Data Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum dari variabel independen dan dependen.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CR 40 .51 6.33 2.1539 1.38508

TDER 40 .02 8.44 1.4671 1.57126

TATO 40 .10 95.00 3.7436 14.81789

ROA 40 .02 .99 .1561 .16903

GPM 40 .10 3.73 .4002 .56276

PERT.LABA 40 -39.98 204.36 24.9845 46.89211

Valid N (listwise) 40


(53)

Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan beberapa hal seperti yang dijelaskan di bawah ini :

a. Variabel independen current ratio (CR) memiliki nilai minimun 0,51 yang dimiliki oleh Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan

nilai maksimum 6,33 yang dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk. Rata -rata current ratio (CR) sebesar 2,1539 dan standar deviasi

1,38508dengan jumlah pengamatan sebanyak 40.

b. Variabel independen total debt to equity ratio (TDER) memiliki nilai minimum 0,02 yang dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur Tbk dan nilai maksimum 8,44 yang dimiliki oleh Mayora Indah Tbk. Rata-rata total debt to equity ratio (TDER) sebesar 1,4671 dan standar deviasi 1.57126 dengan jumlah pengamatan sebanyak 40.

c. Variabel total assets turnover (TATO) memiliki nilai minimun 0,10 yang dimiliki oleh Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan nilai maksimum 95,00 yang dimiliki oleh Akasha Wira International Tbk. Rata-rata total assets turnover (TATO) sebesar 3,7436 dan standar deviasi 14,81789dengan jumlah pengamatan sebanyak 40. d. Variabel return on assets (ROA) memiliki nilai minimun 0,02 yang

dimiliki oleh Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan nilai maksimum 0,99 yang dimiliki oleh Akasha Wira International Tbk. Rata-rata return on assets (ROA) sebesar 0,1561 dan standar deviasi 0,16903 dengan jumlah pengamatan sebanyak 40.


(54)

e. Variabel gross profit margin (GPM) memiliki nilai minimun 0,10 yang dimiliki oleh Prasidha Aneka Niaga Tbk dan nilai maksimum 3,73 yang dimiliki oleh Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Rata- rata gross profit margin (GPM) sebesar 0,4002dan standar deviasi 0,56276dengan jumlah pengamatan sebanyak 40.

f. Variabel pertumbuhan laba (PERT.LABA) memiliki nilai minimum -39,98 yang dimiliki oleh Cahaya Kalbar Tbk dan nilai maksimum 204,36 yang dimiliki oleh Indofood ICBP Sukses Makmur Tbk. Rata-rata pertumbuhan laba (PERT.LABA) sebesar 24,9845dan standar deviasi 46.89211 dengan jumlah pengamatan sebanyak 40.

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis. �0 : Data residual berdistribusi normal


(55)

Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka �0

diterima atau � ditolak dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka �0 ditolak atau � diterima.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 39.75547233

Most Extreme Differences Absolute .167

Positive .167

Negative -.132

Kolmogorov-Smirnov Z 1.054

Asymp. Sig. (2-tailed) .217

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data diolah penulis

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa data normal, hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig.(2-tailed) Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,217 yang lebih besar dari 0,05, sehingga data terdistribusi normal. Untuk menguji apakah data grafik variabel CR, TDER, TATO, ROA dan GPM memiliki distribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan menggambarkan kurva histogram dan grafik Normality Probability Plot yaitu sebagai berikut:


(56)

Gambar 4.1 Histogram Sumber: Data diolah penulis

Dengan melihat tampilan grafik gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal, tidak menceng ke kiri maupun menceng ke kanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.


(57)

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sumber: Data diolah penulis

Pada grafik normal p-plot terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 4.2.2.2Uji Multikolinieritas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel independen mengandung korelasi atau tidak. Jika Variance Inflation Factor (VIF) < 10 maka antar variabel independen (CR, TDER,


(58)

TATO, ROA dan GPM) tidak terjadi multikolinieritas. Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas :

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

CR .849 1.178

TDER .874 1.145

TATO .994 1.006

ROA .931 1.074

GPM .977 1.023

a. Dependent Variable: PERT.LABA Sumber: Data diolah penulis

Dari hasil tabel 4.4 diatas diketahui bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari CR (Current Ratio) sebesar 1,178, TDER (Total Debt to Equity Ratio) sebesar 1,145, TATO (Total Assets Turnover) sebesar 1,006, ROA (Return on Assets) sebesar 1,074, dan GPM (Gross Profit Margin) sebesar 1,023. Nilai VIF untuk semua variabel independen masih lebih kecil dari pada 10 (VIF < 10). Maka dapat disimpulkan bahwa keempat variabel independen penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.


(59)

4.2.2.3Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dalam model regresi dinyatakan telah terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur. Dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada tidak membentuk pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.

Gambar 4.3


(60)

4.2.2.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Diagnosa adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW). Jika nilai uji Durbin Watson (DW) menunjukkan angka 1,65 sampai 2,35 maka tidak terjadi autokorelasi. Berikut ini hasil uji autokorelasi :

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .530a .281 .176 42.57844 1.752

a. Predictors: (Constant), GPM, CR, TATO, TDER, ROA b. Dependent Variable: PERT.LABA

Sumber: Data diolah penulis

Dari hasil tabel uji autokorelasi tersebut diketahui bahwa nilai

Durbin Watson (DW) sebesar 1,752. Angka tersebut berada diantara 1,65 sampai 2,35 maka tidak terjadi autokorelasi.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

4.2.3.1Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F (F test). Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel


(61)

independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis untuk uji F adalah sebagai berikut :

H1: Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Return on Assets, dan Gross Profit Margin

berpengaruh signifikan secara simultan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi �ℎ����� dengan ketentuan:

- Jika �ℎ����� < ������ pada α 0.05, maka � ditolak dan �0 diterima,

- Jika �ℎ����� > ������ pada α 0.05, maka � diterima dan �0 ditolak.

Setelah uji F dilakukan, maka diperoleh nilai �ℎ����� dan nilai signifikansi. Tabel 4.6

Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 24116.521 5 4823.304 2.661 .039a

Residual 61639.406 34 1812.924

Total 85755.926 39

a. Predictors: (Constant), GPM, TATO, CR, ROA, TDER b. Dependent Variable: PERT.LABA

Sumber: Data diolah penulis

Dari uji ANOVA (Analysis of Varians) atau uji F, menunjukkan bahwa nilai �ℎ����� sebesar 2,661 sedangkan������ sebesar 2,530


(62)

dengan df pembilang = 5, df penyebut = 34 dan taraf signifikan α = 0.05 sehingga �ℎ����� > ������.Dengan demikian maka �diterima dan �0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio (CR), total debt to equity ratio (TDER), total assets turnover

(TATO), return on assets (ROA), dan gross profit margin (GPM) secara simultan atau bersama-sama untuk memprediksi pertumbuhan laba.

Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,039 lebih kecil dari taraf yang ditentukan α = 0.05 mengindikasikan bahwa CR, TDER, TATO, ROA, GPM secara bersama-sama berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

4.2.3.2Pengujian Individu atau Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan uji t (t test). Ada empat hipotesis yang akan diuji dengan uji t.

H2: Current Ratio berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

H3: Total Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.


(63)

H4: Total Assets Turnover berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

H5: Return on Assets berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

H6: Gross Profit Margin berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba.

Uji t ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi �ℎ����� dengan ketentuan :

- Jika �ℎ����� <������ pada α 0.05, maka � ditolak dan �0 diterima, - Jika �ℎ����� >������ pada α 0.05, maka � diterima dan �0 ditolak.

Tabel 4.7

Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 16.379 16.845 .972 .338

CR -.838 5.342 -.025 -.157 .876

TDER 14.718 4.643 .493 3.170 .003

TATO -.417 .462 -.132 -.902 .373

ROA -35.131 41.806 -.127 -.840 .407

GPM -10.341 12.255 -.124 -.844 .405

a. Dependent Variable: PERT.LABA Sumber: Data diolah penulis


(64)

Berdasarkan tabel di atas, maka didapatlah persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 16,379 – 0,838CR + 14,718TDER – 0,417TATO – 35,131ROA – 10,341GPM + e

Dari persamaan diatas diketahui konstanta sebesar 16,379 menyatakan bahwa jika Current Ratio bernilai nol (CR=0), Total Debt to Equity Ratio bernilai nol (TDER=0), Total Assets Turnover (TATO=0),

Return on Assets (ROA=0) dan Gross Profit Margin bernilai nol (GPM=0) maka nilai pertumbuhan laba sebesar 16,379. Current Ratio (CR) mempunyai koefisien regresi sebesar –0,838 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% current ratio (CR) (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menurunkan pertumbuhan laba sebesar 0,838. Namun sebaliknya, jika current ratio (CR) naik 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka pertumbuhan laba diprediksi mengalami peningkatan sebesar 0,838.

Total Debt to Equity Ratio (TDER) mempunyai koefisien regresi sebesar 14,718 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% total debt to equity ratio (TDER) (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menaikkan pertumbuhan laba sebesar 14,718. Namun sebaliknya, jika total debt to equity ratio (TDER) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menurunkan pertumbuhan laba sebesar 14,718.


(65)

Total Assets Turnover (TATO) mempunyai koefisien regresi sebesar –0,417 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% total assets turnover (TATO) (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menurunkan pertumbuhan laba sebesar 0,417. Namun sebaliknya, jika total assets turnover (TATO) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menaikkan pertumbuhan laba sebesar 0,417.

Return on Assets (ROA) mempunyai koefisien regresi sebesar –35,131 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% return on assets

(ROA) (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menurunkan pertumbuhan laba sebesar 35,131. Namun sebaliknya, jika return on assets (ROA) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka pertumbuhan laba diprediksi mengalami peningkatan sebesar 35,131.

Gross Profit Margin (GPM) mempunyai koefisien regresi -10,341 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% gross profit margin

(GPM) (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menaikkan pertumbuhan laba sebesar 10,147. Namun sebaliknya, jika gross profit margin (GPM) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menurunkan pertumbuhan laba sebesar 10,147.


(1)

Data Variabel Peneltian Tahun 2012

No.

Emiten

Tahun

CR

TDER

TATO

ROA

GPM

PERT.

LABA

1

ADES

2012

1.94

0.86

1.58

0.21

0.57

1.59

2

AISA

2012

1.27

0.90

1.00

0.07

0.22

1.48

3

CEKA

2012

1.03

1.22

1.02

0.06

0.15

-0.36

4

DLTA

2012

5.26

0.25

2.10

0.29

0.30

0.40

5

FAST

2012

1.77

0.80

2.54

0.12

0.59

-0.06

6

ICBP

2012

2.76

2.10

0.26

0.13

3.73

0.10

7

INDF

2012

2.00

0.02

1.30

0.08

0.27

0

8

MYOR

2012

2.76

1.71

1.68

0.09

0.22

0.53

9

MLBI

2012

0.58

2.49

1.39

0.39

0.61

-0.11


(2)

Lampiran 2 : Output SPSS

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CR 40 .51 6.33 2.1539 1.38508

TDER 40 .02 8.44 1.4671 1.57126

TATO 40 .10 95.00 3.7436 14.81789

ROA 40 .02 .99 .1561 .16903

GPM 40 .10 3.73 .4002 .56276

PERT.LABA 40 -39.98 204.36 24.9845 46.89211 Valid N (listwise) 40

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 39.75547233 Most Extreme Differences Absolute .167

Positive .167

Negative -.132

Kolmogorov-Smirnov Z 1.054

Asymp. Sig. (2-tailed) .217

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

(4)

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

CR .849 1.178

TDER .874 1.145

TATO .994 1.006

ROA .931 1.074

GPM .977 1.023

a. Dependent Variable: PERT.LABA


(5)

Hasil Uji Auto korelasi

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .530a .281 .176 42.57844 1.752

a. Predictors: (Constant), GPM, CR, TATO, TDER, ROA b. Dependent Variable: PERT.LABA

Hasil Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 24116.521 5 4823.304 2.661 .039a

Residual 61639.406 34 1812.924

Total 85755.926 39

a. Predictors: (Constant), GPM, TATO, CR, ROA, TDER b. Dependent Variable: PERT.LABA

Hasil Uji-t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 16.379 16.845 .972 .338

CR -.838 5.342 -.025 -.157 .876

TDER 14.718 4.643 .493 3.170 .003

TATO -.417 .462 -.132 -.902 .373

ROA -35.131 41.806 -.127 -.840 .407

GPM -10.341 12.255 -.124 -.844 .405


(6)

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .530a .281 .176 42.57844

a. Predictors: (Constant), GPM, CR, TATO, TDER, ROA b. Dependent Variable: PERT.LABA


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

11 74 95

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

0 8 38

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 15

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DAN BARANG KONSUMSI Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Industri Dan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-

0 1 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DAN BARANG KONSUMSI Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Industri Dan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-

0 0 16

RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA (Studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 1 10

RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA (Studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 2 10

Pengaruh Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia.

0 0 25

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 81