16
menanggapi perkataan dan pembicaraan tersebut, siswa dengan gangguan komunikasi ekspresif menunjukkannya dengan isyarat, tindakan dan
bahasa tubuh. Gangguan komunikasi ekspresif ditunjukkan dengan adanya kesulitan dalam memahami rangsangan yang ia terima, termasuk perkataan
yang dikatakan kepada mereka dan apa yang ia baca. Dalam penelitian ini anak mengalami gangguan komunikasi ekspresif yang ditandai dengan
adanya hambatan dalam menanggapi perkataan dan pembicaraan orang lain.
2. Fungsi Kemampuan Komunikasi
Secara umum, fungsi komunikasi dibagi dalam beberapa aspek. Rudolph F. Verderber dalam Deddy Mulyana, 2013: 5 mengemukakan
bahwa: “Komunikasi mempunyai dua fungsi, pertama fungsi sosial, yakni
untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ketertarika dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua fungsi
pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu…” Tujuan komunikasi secara eksplisit memiliki tujuan sbb
Mohammad Efendi, 1993: 7; 1 hiburan recreative, 2 pemberitahuan Informasi Information, 3 pengajaran instruction, 4 ajakan
persuasive. Berdasarkan penjelasan diatas, secara umum manusia membutuhkan
komunikasi untuk
menyampaikan pesan
antara komunikator dan komunikan. Sehingga jika terjadi gangguan pada fungsi
komunikasi, maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pesan.
17
Dalam penelitian ini dibutuhkan tujuan yang jelas dalam mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak. Anak autis dalam
penelitian ini mengalami gangguan komunikasi ekspresif, sehingga dibutuhkan kejelasan dalam tujuan mengembangkan kemampuan
komunikasinya, yaitu untuk mengembangkan fungsi sosial anak yang melibatkan komunikasi. Dalam hal ini fungsi sosial yang akan
dikembangkan adalah membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain serta untuk menunjukkan ketertarikan kepada orang lain.
3. Perkembangan Komunikasi Ekspresif
Perkembangan komunikasi ekspresif pada anak normal dapat diketauhi melalui perkembangan bahasanya. Perkembangan bahasa
menurut Myklebust dalam Endang Supartini, 2003: 20-21 perkembnagan bahasa adalah sebagai berikut: a Sejak lahir sampai usia Sembilan bulan.
Pada tahap ini berkembang bahasa batin inner language, yaitu pengertian konseptual yang sebagian besar bersifat non-verbal, b sampai dengan 12
bulan, berkembang bahasa ekspresif auditorik , anak mulai belajar apa yang didengar dan belajar meniru suara yang didengar, c sampai tiga
tahun berkembang bahasa ekspresi auditorik dan persepsi auditorik, d umur enam tahun seterusnya, anak mampu berbahasa reseptif visual yaitu
anak mampu membaca dan mampu berbahasa ekspresif visual, yaitu anak mampu menulis.
Mason dan Milne mengemukakan cirri perkembangan komunikasi pada anak sebagai berikut 2014: 10: