Latar Belakang Masalah AL DAKHIL DALAM TAFSIR AL MUNIR LI MA'ALIM AL TANZIL KARYA SYAIKH NAWAWI AL BANTANI.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Selain pembuangan sanad, adanya dakhil dilatarbelakangi dua faktor
besar, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang muncul dari umat islam itu sendiri, terkait dengan keterbatasan keilmuan mufassir dan subjektifitas
mufassir, sikap mufassir yang kurang hati-hati dalam mencantumkan riwayat dan tidak selektif dalam menerima sumber dari luar islam. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari luar Islam, yang ingin merusak islam melalui penafsiran Alquran.
Mengingat begitu pentingnya tafsir terhadap pemahaman Alquran, maka tidak sedikit ulama yang menuangkan pemahamannya secara tertulis dalam suatu
karya, termasuk Indonesia yang telah banyak mengalami metamofosis dalam bentuk penafsiran. Dari segi generasi, Howard M. Federsipiel membagi dalam
tiga generasi. Generasi pertama, dari awal abad 20 sampai awal tahun 1960-an. Pada generasi ini, cenderung dalam bentuk penerjemahan dan penafsiran yang
masih parsial dan cenderung pada surat-surat tertentu sebagai objek tafsir. Generasi kedua, sebagai penyempurna dari generasi pertama yang muncul pada
pertengahan tahun 1960-an. Pada generasi ini, tafsir mempunyai beberapa catatan, catatan kaki, terjemahan mufradat, dan terkadang disertai indeks yang
sederhana. Selanjutnya tafsir generasi ketiga yang mulai muncul pada 1970-an, merupakan penafsiran yang lengkap, dengan komentar-komentar yang luas dan
juga disertai terjemahnya.
9
Salah satu karya tafsir Nusantara yang muncul pada abad 19 M secara utuh dengan berbahasa Arab yaitu tafsir
al- Munir li Ma’alim al-Tanzil karya
9
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika hingga Ideologi
Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2013, 57-58.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Syaikh Nawawi al-Bantani. Syaikh Nawawi memiliki nama lengkap Abu Abdal Mu’ti Muhammad ibn Umar al-Tanara al-Jawi al-Bantani 1813-1879 M,
merupakan salah satu mufassir Indonesia yang produktif. Hasil karyanya yang cukup monumental adalah kitab tafsir
al- Munir li Ma’alim al-Tanzil, yang selesai
ditulis pada hari Rabu, 5 Rabiul Akhir 1305 H.
10
karya tafsirnya ini menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, karena memang ditulis di
Makkah dan sebagai rujukan umat Islam, tidak hanya Indonesia, sehingga tafsir al-
Munir li Ma’alim al-Tanzil tidak hanya tersebar di wilayah Indonesia saja, namun telah memberi pengaruh terhadap perkembangan islam di Timur Tengah
dan belahan dunia islam. Sebagai mufassir yang tergolong pada periodesasi pertama, tafsir
al- Munir li Ma’alim al-Tanzil atau Tafsir Marah} Labid tergolong
sudah menggunakan metode bi al-
Ra’y. Meskipun penafsiran Syaikh Nawawi tergolong
bi al- Ra’y, namun juga
tidak serta merta meninggalkan metode klasik, yang mengambil syaikh Nawawi terkadang tidak menyebutkan sanadnya sama sekali atau mengomentarinya.
Seperti ketika menafsirkan surat an-Naml ayat 82 yang menggunakan hadis d}a ‘if
berikut:
ِإَن يُط
َل ي
ِست َني
ِ عا
يِ ِ
ِعا ي
دآ ِي
عَ يِه
ي سلا
َا ي
َا يي
ُِك يَط
ِل ي
َا ي
ه في ي
ِ
11
Dalam menukil hadis tersebut, syaikh Nawawi tidak menyebutkan rangkaian sanadnya sama sekali. Dan penulis hanya mendapatkan redaksi hadis
tersebut dalam kitab tafsir al-Munir.
10
Ibid. 43.
11
Muh}ammad bin ‘Umar Nawawi al-Jawi, Marah} Labid li Kashf Ma’na al-Qur’an al-
Majid, vol. 2 Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2008, 481 .
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Dalam menafsirkan Alquran, syaikh Nawawi merujuk dari kitab-kitab tafsir terdahulu, seperti
tafsir al-Kabir Mafatih} al-Ghaib karya ar-Razi, al-Siraj al-Munir karya Muhammad bin Ahmad al-Syirbani, Tanwir al-Miqbas karya Ibn
Abbas, dan Tafsir Abi al-
Sa’ud.
12
Melihat syaikh Nawawi sebagai ulama’ pribumi yang go Internasional,
namun dalam pengambilan riwayat cenderung melakukan pemotongan terhadap sanad hadis, maka perlu adanya penelitian terhadap kualitas Hadis baik dari segi
sanad, maupun penerimaannya untuk menganalisa adanya penyimpangan penafsiran. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang komprehensif terhadap
kitab tafsir al-Munir l i Ma’alim al-Tanzil terkait dakhil penyimpangan dalam
menggunakan hadis sebagai sumber periwayatan tafsir, mengklasifikasi bentuk- bentuk penyimpangan terutama yang terkait dengan
dakhil naqli serta menganalisa sikap syaikh al-Nawawi dalam penggunaan sumber penafsiran
dengan sanad yang tidak lengkap.