ini. Dan jumlah angka-angka uang yang diperkirakan akan berputar dalam perdagangan karbon melalui skema REDD ini berubah-ubah tergantung dengan
metodologi yang digunakan namun yang pasti jumlah ini sangat besar. Tetapi benarkah REDD ini akan menguntungkan Indonesia dari segi
ekonomi? Maka perlu dilakukan pengkajian yang lebih lanjut. Melalui penelitian ini akan mencoba memberikan gambaran akan potensi ekonomi yang didapat dari REDD
ini. Dan berikut adalah pemaparanya:
1. Perdebatan Skema Pasar .
Perdebatan-perdebatan seputar REDD selama ini lebih banyak mengenai bagaimana mekanisme pendanaannya. Ada banyak pandangan yang berbeda terhaap
bentuk pembiayaan yang diinginkan oleh masing-masing negara. Jika melihat perjalanan perundingan internasional yang berlangsung maka kita bisa melihat
bagaimana maka pada akhirnya seperti ada sebuah konsensus bahwa REDD akan dijalankan dengan skema pasar layaknya perdagangan karbon.
Ada kekwatiran yang besar terhadap skema pasar ini dengan sistem pembayaran denda offset komitmen penurunan emisi domestik oleh negara maju
hanya akan menguntungkan negara maju karena terhindar dari kewajiban menurunkan emisi karbonnya dan terus melakukan industrialisasi yang tak ramah
lingkungan dan dengan melakukan hal ini mereka tetap dapat mendapatkan keuntungan besar sementara negara-negara berkembang yang dipaksa menjaga hutan
dan dengan tetap harus menjaga tingkat emisi karbonnya rendah akan sangat dirugikan sebab mereka tidak mampu melakukan industrialisasi lagi karena adanya
komitmen melakukan pengurangan emisi domestik demi menebus offset emisi
Universitas Sumatera Utara
karbon negara maju. Sementara negara-negara maju memperoleh keuntungan besar dari industrinya, negara berkembang seperti Indonesia hanya akan memperoleh uang
yang jumlahnya jauh lebih kecil dari keuntungan industry negara maju sebagai imbalan menjaga hutan dan tetap menjaga tingkat emisi karbonnnya rendah.
Dengan mengacu pada mekanisme pasar bebas maka seperti perdagangan- perdagangan komoditas lainnya maka REDD bisa saja akan cenderung
menguntungkan negara maju, sebab dalam hal ini negara majulah yang menentukan standard penilaian proyek REDD mana yang layak mereka danai dan tentunya jika
sudah begini maka bukan tidak mungkin mereka juga yang menentukan harga karbon yang diperdagangkan. Hal ini sama saja dengan monopoli perdagangan karbon oleh
negara maju, mereka yang menjadi konsumen dan mereka juga yang menjadi distributor dan sekaligus sebagai produsen sedangkan negara berkembang seperti
Indonesia hanya sebagai penyedia lahan atau penyedia bahan baku.
2. Mahalnya Biaya awal Pelaksanaan Proyek REDD dan Kekhawatiran Jerat Utang