Peraturan Sumber Pendanaan Proyek REDD Yang Kontroversial

Maka bisa saja pemerintah menyingkirkan masyarakat adat dalam memberlakukan REDD ini. Curigaan ini bukan tanpa alasan sebab bukan kali ini saja pemerintah berkonflik dengan masyarakat ada dalam pengelolahan hutan.

2. Peraturan Sumber Pendanaan Proyek REDD Yang Kontroversial

Kekurangan lain dari Permenhut REDD yang lain terdapat pada penjelasan mekanisme sumber pendanaan Program REDD. Bahwa pada Permenhut No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa sumber pendanaan dari program REDD ini berasal dari : 1 Dana sendiri, 2 Corporate Sosial Responsibility CSR, 3 dana hibah. Penyebutan CSR sebagai sumber pendanaan sangat berbeda dengan ketentuan tentang ketentuan CSR yang diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa “ Perseroan yang menjalankan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan ”. selanjutnya dalam pasal 1 angka 3 diberi definisi “tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”. Secara konseptual dan dalam sejarahnya pun CSR adalah investasi sosial untuk pemberdayaan masyarakat, bukan investasi komersial. Sementara izin usaha karbon adalah investasi sosial yang berusaha mencari keuntungan ekonomi langsung . karena itu menempatkan CSR sebagai sumber pendanaan REDD merupakan bentuk penyimpangan atas fungsi CSR. Seharusnya CSR dikembalikan pada mandatnya sebagai salah satu kontribusi sosial perusahaan Universitas Sumatera Utara bagi pengembangan kehidupan karyawan maupun komunitas sosial disekitar lokasi operasi Perusahaan 37 37 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta : Sinar pustaka, hal 1-12 , dapat dilihat dalam Bernadinus Steni, Quo vadis REDD di Indonesia?, http; . Logika yang sama juga berlaku untuk sumber pendanaan berupa hibah. Hakikat hibah adalah fungsi sosial bukan komersial. Jika pemanfaatanya dipakai untuk tujuan menghasilkan sertifikat karbon yang diperjual belikan untuk mendapatkan untung maka fungsi sosial tersebut berubah total jadi komersial.

3. Kekhawatiran Timbulnya Konflik Sosial Akibat Proyek REDD

Dokumen yang terkait

Kerjasama Indonesia-Norwegia melalui skema reducing emissions form defroestation and forestdegradation (REDD+) dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia

1 52 137

Kerjasama Indonesia-Norwegia melalui skema reducing emissions form defroestation and forestdegradation (REDD+) dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia

0 8 1

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

Review Infrastructure Framework And Mechanism Related To SFM As Important Option In Reducing Emission From Deforestation And Forest Degradation

0 2 96

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42

Mengkaji Program Redd+ (Reducing Emission From Deforestation and Degradation) Plus dalam Kerjasama Norwegia dengan Indonesia Nur Faghmarul Ilmiah Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga ABSTRAK - Mengkaji Program Redd+ (Reducing Em

0 0 15

PEMAHAMAN TERHADAP PROGRAM REDUCING EMISSION FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION PLUS (REDD+) OLEH MASYARAKAT ADAT DAYAK DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAHAYAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH - Unika Repository

0 0 10