Merdeka GAM yang bersenjata
38
Sebenarnya sikap pemerintah Indonesia mendua dalam mengimplementasikan mekanisme REDD, pada satu sisi menyetujui akan adanya REDDD tetapi disisi lain
ia juga menerbitkan kebijakan yang memperbolehkan pembukaan hutan dan lahan gambut untuk jadi wilayah produksi, salah satunya adalah adanya Permentan No.
14PermentanPL.11022009 tentang Tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit yangmembuka kemungkinan pembukaan lahan
gambut lebih luas. Padahal, karena pembukaan dan pembakaran lahan gambut, Indonesia telah menjadi pengemisi ketiga terbesar di dunia. Padahal sebelumnya
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pernah berpidato bahwa melestarikan hutan lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan dengan menebangi hutan, jadi
. Pemerintah provinsi Aceh dan Carbon Conservation berdalih bahwa perekrutan manatan anggota GAM ini adalah dalam
upaya memberdayakan para mantan anggota GAM tersebut tidak terjerumus kedalam tindak criminal akibat tidak mempunyai pekerjaan. Hal ini sanagat tidak masuk akal
bagaimana mungkin mereka akan mempersenjatai masyarakat sipil dengan alasan untuk menghalau masyarakat sipil lainnya agar tidak masuk kedalam hutan areal
proyek REDD, Tentunya jika ini terjadi maka REDD hanya di jadikan sebagai proyek pembiayaan peralatan militer untuk memerangi rakyatnya sendiri.
Jika sampai hal tersebut dilakasanakan maka kawasan hutan proyek REDD akan sangan mencekam dan hanya tinggal menunggu waktu saja akan terjadi konflik
berdarah.
4. Ketidak Seriusan Pemerintah dalam Mendukung REDD
38
WALHI, op.cit. hal. 73
Universitas Sumatera Utara
secara tidak langsung keluarnya PP ini menyatakan ketidak konsistenan pemerintah dalam mendukung program REDD. Perluasaan perkebunan Sawit ini berdalih
pemerintah melakukannya demi pembangunan yang Pro-growth, Pro-job,Pro-poor. Bahkan keseriusan pemerintah dalam mendukung mekanisme REDD semakin
dipertanyakan dengan tindakan pemerintah yang juga tetap mengeluarkan peraturan- peraturan lain yang justru mengarah sebaliknya. Pada tanggal 4 Februari 2008
pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 2 tahun 2008 tentang “Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Penggunaan Kawasan
Hutan untuk Pembangunan diluar kegiatan kehutanan”. Peraturan Pemerintah PP No.2 tahun 2008 ini memberikan hak kepada
perusahan tambang dan membenarkan pembukaan kawasan lindung dan hutan produksi. Kemungkinan besar peraturan ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan
tambang untuk kegiatan pertambangan. Perusahan tambangan tinggal membayar Rp.300,- permeter persegi pertahun untuk mengembangkan operasi tambang
dikawasan hutan lindung. adanya Permentan No. 14PermentanPL.11022009 tentang Tentang
Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit yangmembuka kemungkinan pembukaan lahan gambut lebih luas. Padahal, karena pembukaan dan
pembakaran lahan gambut, Indonesia telah menjadi pengemisi ketiga terbesar di dunia. Padahal sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pernah berpidato
bahwa melestarikan hutan lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan dengan menebangi hutan, jadi secara tidak langsung keluarnya PP ini menyatakan
ketidak konsistenan pemerintah dalam mendukung program REDD.
Universitas Sumatera Utara
5. Hilangnya Kedaulatan Negara Terhadap Sumber Daya Alamnya
Apa lagi dengan gejala yang terjadi saat ini bahwa skema pembayaran REDD ini sepertinya akan di giring agar masuk dalam mekanisme pasar karbon maka hal ini
akan sangat merugikan Indonesia. Sebab mekanisme ini menuntut Indonesia harus memenuhi standard yang dikehendaki pasar yang bukan saja rumit tapi juga penuh
dengan kepentingan asing, yang sudah pasti pembelinya adalah negara-negara maju maka yang menentukan standardnya adalah negara-negara maju tersebut. Apalagi jika
memnang dalam pengimplementasiannya REDD akan membuat penguncian hutan dan tentunya hal ini pada akhirnya akan berdampak pada hilangnya kedaulatan atas
sumberdaya alam yang dimiliki sebab setelah ditanda-tanganinya proyek REDD tentu negara-negara maju akan menuntut Indonesia mengikuti aturan main yang
diberlakukan negara maju dalam menjaga hutan tetap alami dan jika hal ini terjadi maka apakah Indonesia memiliki kedaulatan lagi atas tanahnya. Dengan kata lain
Indonesia kembali menjadi pelayan bagi negara-negara maju dan menjadikan hutan sebagai alat pemuasnya.
Sistem pengelolahan REDD hanya akan memunculkan para broker-broker perdagangan karbon yang kemungkinan besar akan dikelolah oleh NGO’s yang
didanai oleh asing. Hal ini akan mempertegas kehilangan kedaulatan negara atas kontrol wilayahnya. Bahkan kalau pun negara melalui pemerintah daerah yang
mengelolah hutan REDD ada kekwatiran bahwa REDD ini akan mendorong penguncian hutan sehingga masyarakat sekitar hutan tersebut yang mengantungkan
hidup dari hasil hutan akan tersingkir.
Universitas Sumatera Utara
6. Melemahnya posisi Indonesia Dalam Perundingan Internasional