sehingga dihasilkan sejenis semen yang amat mirip dan cocok dengan sifat kimia pokok dari portland semen modern. Murdock, L.J Brook, K.M. 1991
Menurut ASTM C-150;1985, semen portland didefenisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalisium dan aluminium silikat. Perbadingan bahan-bahan utama
penyusunnya adalah kapur CaO sekitar 60 -65 , silika SiO
2
sekitar 20 - 25 dan oksida besi serta alumina Fe
2
O
3
dan Al
2
O
3
sekitar 7 - 12 Mulyono, 2004.
Menurut ASTM American Society for Testing and Materials semen terbagi atas lima tipe :
1. Tipe I, semen serbaguna yang digunakan pada pekerjaan konstruksi biasa.
2. Tipe II, semen modifikasi yang mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah
dari pada semen tipe I dan memiliki ketahanan terhadap sulfat yang cukup tinggi.
3. Tipe III, semen dengan kekuatan awal yang tinggi yang akan menghasilkan
dalam waktu 24 jam, beton dengan kekuatan sekitar dua kali semen tipe I. Semen jenis ini memiliki panas hidrasi yang jauh lebih tinggi.
4. Tipe IV, semen dengan panas hidrasi rendah yang menghasilkan beton yang
melepaskan panas dengan sangat lambat. Semen jenis ini digunakan untuk struktur-struktur beton yang sangat besar.
5. Tipe V, semen untuk beton-beton yang akan ditempatkan dilingkungan dengan
konsentrasi sulfat yang tinggi. Jack,2003
2.3 Agregat
Agregat yang banyak digunakan karena sifatnya yang ekonomis adalah pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil alamiah timbul pada tempat yang dangkal atau terletak di
Universitas Sumatera Utara
dasar sungai-sungai maupun sebagai peninggalan ketika es mencair. Agregat merupakan komponen beton atau bata beton yang mempunyai pengaruh
terhadap ketahanan bata konstruksi.
Mengingat bahwa agregat menempati 70 - 75 dari total volume beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregat
yang baik, beton dapat dikerjakan workable, kuat, tahan lama durable dan ekonomis. Paul Nugraha Antoni, 2007.
Sifat yang paling penting dari suatu agregat batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-lain ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat
mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas, dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin
dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan. Murdock, L.J Brook, K.M, 1991
Sifat agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas bata konstruksi, sehingga dalam pembuatan batako harus memperhatikan sifat agregat yang akan digunakan
yaitu: 1.
Kekerasan, semakin kuat agregat semakin kuat bahan yang dibentuk. 2.
Karakteristik panas, karakteristrik dari agregat akan sangat mempengaruhi kualitas dan keawetan bata konstruksi.
3. Massa jenis tinggi.
4. Butir bulat, agar daya lekat antara butirannya semakin kuat.
5. Distribusi ukuran butir yang cocok, agar menghasilkan pori yang kacil dan
kemampatan yang tinggi, maka dibutuhkan variasi ukuran butir dan penyebaran yang baik. Mulyono, 2004
Agregat yang digunakan pada campuran beton dapat berupa agregat alam dan agregat buatan. Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu
agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm British
Universitas Sumatera Utara
Standard atau 4.75 mm Standar ASTM. Agregrat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm atau 4.75 mm dan agregat halus adalah batuan yang
lebih kecil dari 4.80 mm atau 4.75 mm. Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua : yang berdiameter antara 4.80-40 mm disebut
kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.
2.4 Air