Semen Pembuatan Dan Karakterisasi Bata Konstruksi Dengan Memanfaatkan Limbah Padat Industri Pulp (DREG DAN GRIT) Dari PT TPL Porsea.

2.2 Semen

Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti perekat. Semen adalah hidarulic binder artinya senyawa-senyawa di dalam semen dapat bereaksi dengan air membentuk zat baru yang dapat mengikat benda-benda padat lainnya membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras. Hotman, 2009 Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Defenisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan semen yang biasa digunakan untuk konstruksi beton pada bangunan. Fungsi utama semen adalah sebagai bahan perekat untuk mengikat butir-butir agregat sehingga membentuk suatu massa yang padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat banyak digunakan pada pembangunan sektor konstruksi sipil. Mulyono, 2004 Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: semen non hidrolik dan semen hidrolik. Semen non-hirolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur. Sedangkan semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen portland, semen portland pozzolan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. Salah satu semen hidraulis yang biasa dipakai dalam pembuatan bata konstruksi adalah semen portland. Semen portland diproduksi pertama kali pada tahun 1824 oleh Joseph Aspdin dengan memanaskan suatu campuran tanah liat yang dihaluskan dengan batu kapur atau batu tulis dalam suatu dapur sehingga mencapai suatu suhu yang cukup tinggi untuk menghilangkan gas asam karbon. Sebelumnya tahun 1845 Isaac Johnson membakar bahan yang sama bersama-sama dalam suatu dapur atau pembakaran kapur sampai melebur dan mengeras kembali, Universitas Sumatera Utara sehingga dihasilkan sejenis semen yang amat mirip dan cocok dengan sifat kimia pokok dari portland semen modern. Murdock, L.J Brook, K.M. 1991 Menurut ASTM C-150;1985, semen portland didefenisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalisium dan aluminium silikat. Perbadingan bahan-bahan utama penyusunnya adalah kapur CaO sekitar 60 -65 , silika SiO 2 sekitar 20 - 25 dan oksida besi serta alumina Fe 2 O 3 dan Al 2 O 3 sekitar 7 - 12 Mulyono, 2004. Menurut ASTM American Society for Testing and Materials semen terbagi atas lima tipe : 1. Tipe I, semen serbaguna yang digunakan pada pekerjaan konstruksi biasa. 2. Tipe II, semen modifikasi yang mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dari pada semen tipe I dan memiliki ketahanan terhadap sulfat yang cukup tinggi. 3. Tipe III, semen dengan kekuatan awal yang tinggi yang akan menghasilkan dalam waktu 24 jam, beton dengan kekuatan sekitar dua kali semen tipe I. Semen jenis ini memiliki panas hidrasi yang jauh lebih tinggi. 4. Tipe IV, semen dengan panas hidrasi rendah yang menghasilkan beton yang melepaskan panas dengan sangat lambat. Semen jenis ini digunakan untuk struktur-struktur beton yang sangat besar. 5. Tipe V, semen untuk beton-beton yang akan ditempatkan dilingkungan dengan konsentrasi sulfat yang tinggi. Jack,2003

2.3 Agregat