sengketa melalui arbitrase. Karena tanpa adanya perjanjian tertulis yang dibuat antara para pihak yang bersengketa, penyelesaian sengketa tidak dapat
diselesaikan melalui jalan arbitrase. Berbicara tentang perjanjian, maka pembuatan perjanjian atau klausula
arbitrase juga tunduk pada aturan yang tertera di dalam hukum perjanjian pada Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Jadi, sah atau tidaknya perjanjian arbitrase tidak terlepas dari syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata.
46
b. Objek Arbitrase
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, objek memiliki arti hal, perkara, atau orang yg menjadi pokok pembicaraan.
Berdasarkan pengertian objek tersebut, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa yang menjadi objek arbitrase adalah hal-hal yang dibahas dalam arbitrase
atau hal-hal yang dapat diselesaikan melalui jalan arbitrase. Objek perjanjian arbitrase sengketa yang akan diselesaikan di luar
pengadilan melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa lainnya menurut Pasal 5 ayat 1 UU No. 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
46
http:ilmuhukumuin‐suka.blogspot.com201312macam‐macam‐perjanjian‐arbitrase‐ dan.html
, artikel, diakses 10 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual.
Sementara itu Pasal 5 ayat 2 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, memberikan perumusan negatif bahwa
sengketa-sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan
perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan belas Pasal 1851 sd 1854.
47
b. Jenis Arbitrase
Pada bagian ini akan dibicarakan mengenai jenis-jenis arbitrase, dimana hal ini berarti menyangkut masalah lembaga yang akan menangani jalannya
arbitrase. Untuk tinjauan terhadap lembaga arbitrase ini dilakukan pendekatan melalui ketentuan yang tercantum didalam Rv dan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999. Jenis arbitrase yang akan dibahas ini merupakan jenis arbitrase yang
kewenangan serta eksistensi nya diakui sebagai lembaga untuk memriksa, menangani serta memberikan putusan terhadap sengketa yang terjadi antara pihak-
pihak yang telah melakukan perjanjian. Berdasarkan terkoordinasi dan tidak terkoordinasinya arbitrase oleh suatu
lembaga, maka jenis arbitrase terbagi menjadi dua, yaitu : 1.
Arbitrase ad-hoc 2.
Arbitrase institusional
47
BPK, Arbitrase. http:jdih.bpk.go.idwp‐contentuploads201103Arbitrase.pdf , artikel, diakses
11 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
Arbitrase ad-hoc atau disebut juga arbitrase volunter adalah arbitrase yang dibentuk khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu.
Arbitrase ini bersifat insidental dan jangka waktunya tertentu sampai sengketa itu diputuskan.
48
Arbitrase ad-hoc ini dibentuk setelah suatu sengketa terjadi. Arbitrase ini tidak terikat dengan salah satu badan arbitrase, jadi dapat dikatakan bahwa
arbitrase ini tidak memiliki aturan ketentuan sendiri mengenai tata cara pelaksanaan pemeriksaan sengketa maupun pangikatan arbiternya.
Dalam hal ini arbitrase ad-hoc tunduk sepenuhnya mengikuti aturan tata cara yang ditentukan dalam perundang-undangan.
49
Lain halnya dengan arbitrase institusional, adalah arbitrase yang melembaga yang didirikan dan melekatpada suatu badan body atau lembaga
institution tertentu. Sifatnya permanen dan sengaja dibentuk guna menyelesaikan sengketa yang terjadi sebagai akibat pelasanaan perjanjian. Setelah
selesai memutus sengketa, arbitrase institusional tidak berakhir. Pada umumnya, arbitrase institusional memiliki prosedur dan atta cara pemeriksaan sengketa
tersendiri. Arbiternya ditentukan dan diangkat oleh lembaga arbitrase institusional sendiri.
50
Akibat kesulitan yang dialami para pihak dalam melakukan negosiasi dan menetapkan aturan-aturan prosedural dari arbitrase serta dalam merencanakan
metode-metode pemilihan arbiter yang dapat diterima kedua belah pihak, para
48
Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Op.Cit. hlm.55
49
M. Yahya Harahap, Op.Cit. hlm.150
50
Rachmadi Usman, Op.Cit. hlm.29
Universitas Sumatera Utara
pihak sering kali memilih jalan penyelesaian sengketa melalui arbitrase institusional.
51
Arbitrase institusional tersebut menyediakan jasa administrasi arbitrase, yang meliputi pengawasan proses arbitrase, aturan-aturan prosedural sebagai
pedoman bagi para pihak dan pengangkatan para arbiter.
52
Karena arbitrase institusional sangat mendukung pelaksanaan arbitrase, para pihak yang bersengketa dapat dan sering kali sepakat menggunakan jasa-jasa
lembaga arbitrase atau arbitrase institusional. Aturan-aturan umum tentang kebebasan dan otonomi para pihak juga diterapkan, bahkan para pihak yang
menggunakan lembaga arbitrase dapat menyesuaikan proses arbitrase mereka.
53
Ada beberapa lembaga arbitrase institusional yang menyediakan jasa arbitrase, diantaranya bersifat Internasional dan yang bersifat Nasional.
Yang bersifat Internasional misalnya : -
The International Centre for Setlement of Investment Dispute ICSID, didirikan oleh World Bank. Diratifikasi melalui Undang-Undang nomor 5
Tahun 1968. -
Court of Arbitration of The International Chamber of Commerce ICC, bertempat di Paris.
- United Nation Commisson on International Trade Law UNCITRAL,
didirikan pada tanggal 21 Juni 1985.
51
Gary Goodpaster, Felix O. Soebagjo, Fatmah Jatim, Op.Cit. hlm 25
52
Ibid. hlm.26
53
Ibid. hlm.27
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan lembaga arbitrase yang bersifat Nasional antara lain : -
Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI -
Badan Arbitrase Muamalat Indonesia BAMUI
Dalam bagian ini sedikit akan dibahas tentang Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI sebagai sebuah lembaga arbitrase institusional dalam lingkup
Nasional yang bertujuan untuk memberikan penyelesaian sengketa yang timbul mengenai permasalahan perdagangan, industri, keuangan, baik yang bersifat
nasional maupun yang bersifat internasional secara adil dan cepat. Badan Arbitrase Nasional Indonesia ini berdiri pada tanggal 3 Desember
1977 atas prakarsa Kamar Dagang dan Industri KADIN Indonesia sebagai sarana kepercayaan para pengusaha Indonesia termasuk pengusaha perdagangan
bagi kelancaran usahanya, untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya, berkedudukan di Jakarta dan mempunyai cabang-cabangnya di tempat-tempat lain
di Indonesia yang dianggap perlu setelah diadakan mufakat dengan Kamar Dagang dan Industri KADIN Indonesia.
Prakarsa KADIN dalam pendirian Badan Arbitrase Nasional Indonesia karena diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar
Dagang dan Industri yang antara lain menyatakan bahwa dalam rangka pembinaan pengusaha Indonesia, Kamar Dagang dan Industri dapat melakukan antara lain
jasa-jasa baik dalam bentuk pemberian surat keterangan, penengahan, arbitrase, dan rekomendasi mengenai usaha pengusaha Indonesia, termasuk legalisasi surat-
surat yang diperlukan bagi kelancaran usahanya.
54
54
Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Op.Cit. hlm.104
Universitas Sumatera Utara
Jadi walaupun Badan Arbitrase Nasional Indonesia ini memiliki sifat, ruang lingkup keberadaan serta hanya meliputi kawasan Indonesia, namun bukan
berarti Badan Arbitrase Nasional Indonesia ini hanya dapat menyelesaikan sengketa nasional saja, tetapi juga dapat menyelesaikan sengketa yang bebobot
internasional, asalkan hal tersebut diajukan atau diminta serta disepakati oleh para pihak.
Badan Arbitrase Nasional Indonesia terdiri dari susunan seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, beberapa orang anggota tetap, beberapa orang anggota tidak
tetap, dan sebuah sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris. Ketua, Wakil Ketua, anggota, dan sekretariat tersebut diangkat dan diberhentikan atas
pengusulan Badan Arbitrase Nasional Indonesia oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Untuk pertama kali mereka diangkat atas pengusulan Team Inti Pendiri
BANI. Jangka waktu pemangkuan jabatan tersebut adalah untuk waktu lima tahun, setelah mana mereka dapat diangkat kembali. Ketua, Wakil Ketua, dan para
anggota tetap merupakan pengurus Board of Managing Directors Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
55
C. Kelebihan dan Kekurangan Arbitrase 1.