perlukan; dan c berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka Suharto, 2009:58.
Menurut Kieffer, pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif.
Parsons juga mengakukan tiga dimensi yang merujuk pada: 1. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual
yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.
2. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan
upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan Parsons,
dalam Suharto, 2009: 63.
2.2.2 Model Pemberdayaan Masyarakat
Perencanaan dan pembuatan keputusan berkaitan dengan program pembangunan kerap kali dilakukan secara top down, tanpa melibatkan tokoh-
tokoh maupun anggota masyarakat sendiri. Akibatnya, aktifitas yang menjadi muatan program pembangunan tersebut tidak efektif dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Ketidakefektifan tersebut disebabkan berbagai faktor, seperti :
Universitas Sumatera Utara
1. Aktifitas pembangunan yang tidak sesuai dengan keperluan masyarakat setempat,
2. Pemimpin masyarakat tidak bertanggungjawab atas program, 3. Masyarakat kurang dilibatkan dalam berbagai aktifitas dan tidak
bertanggungjawab atas program dan efektivitasnya, 4. Aktifitas yang dilakukan justru menciptakan ketergantungan yang lebih
menyusahkan daripada meningkatkan kualitas hidup masyarakat Siagian, 2012 : 156-157
Ginanjar Kartasasmita dalam Siagian, 2012: 158 mengemukakan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pengembangan
masyarakat dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat community – based development. Menurut Ginanjar kartasasmita, pemberdayaan masyarakat
adalah suatu aktifitas memampukan dan memandirikan masyarakat, dengan demikian masyarakat akan meningkatkan derajatnya.
Hardita dalam Siagian, 2012: 158 mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menganalisis keadaan, kesanggupan, dan masalah-masalah aktual yang perlu mendapat penyelesaian. Menurutnya, prinsip pemberdayaan masyarakat adalah
pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta harapan mereka untuk menjadi lebih baik. Sedangkan titik tolak
pemberdayaan masyarakat adalah untuk memandirikan masyarakat agar mampu meningkatkan derajat hidupnya, mengoptimumkan pemanfaatan segala sumber
daya yang ada pada mereka dan yang ada di lingkungan mereka dalam rangka peningkatan kualitas hidup mereka.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Pembangunan Sosial
Pembangunan sosial secara khusus memiliki pengertian sebagai pembangunan yang menyangkut aspek non ekonomi dan dalam rangka
tercapainya hak asasi atau kehidupan warga masyarakat sesuai harkat martabatnya sebagai manusia. Dalam rumusan Pre-Conference Working Party dari
International Conference of Social Welfare, pembangunan sosial diartikan sebagai aspek keseluruhan pembangunan yang berhubungan dengan relasi-relasi sosial,
sistem-sistem sosial dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal itu Sumarnogroho, 1984, dalam Soetomo, 2010:312. Selanjutnya, dijelaskan pula
bahwa pembangunan sosial memberi perhatian kepada keseimbangan kehidupan manusia dalam memperbaiki atau menyempurnakan kondisi-kondisi sosial
mereka. Rumusan tersebut termasuk pengertian pembangunan sosial yang memiliki cakupan yang cukup luas.
Konsep pembangunan sosial juga dapat dilihat kaitannya dalam rangka mewujudkan cita-cita Negara Kesejahteraan Welfare State. Konsep tersebut
bersumber dari pemahaman tentang fungsi negara. Dalam welfare state, negara tidak lagi hanya bertugas memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi
terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya Ndraha, 1987, dalam Soetomo, 2010:313. Dalam pandangan tersebut, negara dituntut untuk berperan
aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai
harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dalam banyak hal, hak rakyat untuk memperoleh kesejahteraan ini juga akan terkait dengan Hak-Hak Asasi Manusia.
Oleh karena itu pembangunan sosial merupakan tanggung jawab negara.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Program Kredit Usaha Rakyat