Implementasi Kredit Usaha Rakyat Dalam Mengembangkan Usaha Kecil (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan).

(1)

IMP

DALA

(Studi P Kec

FAK

PLEME

AM ME

Pada PT. B

camatan Ka

KULTAS

UNIV

NTASI

ENGEM

ank Rakya ampung Ra

ADREY

S ILMU

VERSITA

I KRED

MBANG

at Indonesia akyat, Kab

D

I

S

U

S

U

N

Oleh

Y JULIAN

070903

SOSIAL

AS SUM

MEDA

2011

DIT USA

GKAN

a (Persero) bupaten La :

NUS PIN

043

L DAN I

MATERA

AN

1

 

AHA R

USAHA

) Tbk. Unit abuhan Bat

EM

ILMU P

A UTAR

RAKYA

A KECI

t Pekan Tol tu selatan)

POLITIK

RA

AT

IL

lan,

K


(2)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KREDIT USAHA RAKYAT DALAM MENGEMBANGKAN USAHA KECIL

(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan)  Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Adrey Julianus Pinem

NIM : 070903043

Depertemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Kataren, M.SP

Implementasi Kredit Usaha Rakyat adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang berupa pembiayaan modal kerja dan atau investasi usaha kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil pada Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Pengembangan usaha kecil merupakan suatu upaya atau strategi pemberdayaan usaha kecil melalui beberapa aspek yang diantaranya meliputi aspek managerial dan aspek permodalan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil. Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif, dapat diartikan sebagai penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi. Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama, dan informan tambahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kredit usaha rakyat oleh Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan sudah berjalan dengan baik dan mampu mengembangkan usaha kecil. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi KUR, kapasitas, fasilitas yang diberikan guna mendukung pelaksanaan KUR, kemudahan prosedur atau proses administrasi,memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, serta adanya komunikasi yang baik antara pihak bank dengan masyarakat.

Kata Kunci (Keywords): Implementasi Kredit Usaha Rakyat, Pengembangan Usaha kecil


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR...vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Kerangka Teori ... 7

1.5.1 Implementasi ... 7

1.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 7

1.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan ... 11

1.5.2 Pengertian Bank ... 15

1.5.3 Kredit ... 16

1.5.3.1 Pengertian Kredit ... 16

1.5.3.2 Jenis-Jenis Kredit Perbankan ... 16

1.5.3.3 Fungsi dan Manfaat Kredit Perbankan ... 20

1.5.4 Kredit Usaha Rakyat ... 21

1.5.4.1 Syarat Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 23

1.5.4.2 Tahap-Tahap Pengajuan dan Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 24


(4)

1.5.5 Usaha Kecil ... 33

1.5.5.1 Pengertian Usaha Kecil ... 33

1.5.5.2 Karakteristik Usaha Kecil ... 34

1.5.5.3 Kelemahan Usaha Kecil di Indonesia ... 35

1.6 Defenisi Konsep ... 36

1.7 Konsep Berpikir ... 37

1.8 Defenisi Operasional ... 38

1.9 Sistematika Penulisan ... 40

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 42

2.2 Lokasi Penelitian ... 42

2.3 Informan Penelitian ... 42

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

2.5 Teknik Analisa Data... 44

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Umum PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ... 46

3.2 Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ... 48

3.3Tujuan Program Penjaminan Kredit ... 48

3.4Pola Kredit Usaha Rakyat ... 49

3.5 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat ... 49

3.6 Jumlah Pegawai dan Struktur Organisasi ... 50

3.7 Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai ... 51

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Hasil Kuesioner ... 54


(5)

a. Karakteristik Responden ... 55

b. Variabel Penelitian ... 58

B. Hasil Wawancara ... 74

BAB V ANALISIS DATA ... 91

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran... 105 Daftar Pustaka


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 57

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Usaha Yang Dijalankan ... 58

Tabel 5 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Mereka Mengenai Kredit Usaha Rakyat ... 59

Tabel 6 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Kebijakan Analisis Kredit Yang Baik Oleh BRI Unit Pekan Tolan ... 60

Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Tentang Tentang Adanya Kebijakan Terhadap Kredit Lancar Atau Usaha Kecil Yang Meningkat ... 60

Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Kebijakan Terhadap Kredit Macet Atau Kredit Bermasalah ... 61

Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Kebijakan Agunan Tambahan ... 62

Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pengawasan (Monitoring) Dalam Mendukung Terlaksananya KUR.. ... ... 62

Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Proses Administrasi Program KUR Yang Dilakukan Oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan ... 63

Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Debitur Dalam Mengembalikan Pinjaman Tepat Pada Waktunya ... 64

Tabel 13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Debitur Dalam Menggunakan Kredit Secara Optimal Untuk Usaha ... 64


(7)

Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Besar/ Jumlah

Dana/ Kredit Yang Diterima Melalui KUR...65 Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Jangka Waktu

Kredit Usaha Rakyat Sudah Tepat ... 66 Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kualitas Pegawai

Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 66 Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas

Yang Diberikan Dalam Mendukung Terlaksananya

Kredit Usaha Rakyat ... 67 Tabel 18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pegawai

Bank BRI Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 68 Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya

Komunikasi Antara Pihak Bank Dengan Pelaku Usaha Kecil ... 68 Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Produktivitas Usaha

Setelah Mendapat Bantuan Kredit Usaha Rakyat ... 69 Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Peningkatan

Omset Setelah Menerima Kredit Usaha Rakyat... 70 Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perlunya

Pelatihan Tentang Kewirausahaan Dalam Menjalankan

Dan Mengembangakan Usaha Kecil ... 71

Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Usaha Yang

Dijalanakan Memerlukan Administrasi Keuangan/ Pembukuan

Sederhana Dalam Mengelola Keuangan Usaha ... 71

Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemberian Kredit

Usaha Rakyat (KUR) Dapat Meningkatakan


(8)

Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Kredit

Usaha Rakyat (KUR) Membantu Dalam Menjalan Usaha ... 73

Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Kredit

Usaha Rakyat (KUR) Membantu Dalam


(9)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KREDIT USAHA RAKYAT DALAM MENGEMBANGKAN USAHA KECIL

(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan)  Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Adrey Julianus Pinem

NIM : 070903043

Depertemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Kataren, M.SP

Implementasi Kredit Usaha Rakyat adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang berupa pembiayaan modal kerja dan atau investasi usaha kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil pada Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Pengembangan usaha kecil merupakan suatu upaya atau strategi pemberdayaan usaha kecil melalui beberapa aspek yang diantaranya meliputi aspek managerial dan aspek permodalan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil. Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif, dapat diartikan sebagai penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi. Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama, dan informan tambahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kredit usaha rakyat oleh Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan sudah berjalan dengan baik dan mampu mengembangkan usaha kecil. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi KUR, kapasitas, fasilitas yang diberikan guna mendukung pelaksanaan KUR, kemudahan prosedur atau proses administrasi,memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, serta adanya komunikasi yang baik antara pihak bank dengan masyarakat.

Kata Kunci (Keywords): Implementasi Kredit Usaha Rakyat, Pengembangan Usaha kecil


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan oleh Wahab (1990:51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.

Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam memberdayakan usaha kecil khususnya dalam akses permodalan adalah melalui program Kredit


(11)

Usaha Rakyat. Pada dasarnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan suatu kredit atau pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi di bidang usaha produktif dan layak namun belum

bankableyang sebagian dijamin oleh perusahaan penjamin.

Program KUR lahir sebagai respon dari Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah khususnya bidang Reformasi Sektor Keuangan. Inpres tersebut ditindaklanjuti dengan ditandatanganinya Nota

Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding/MoU) antara

Pemerintah, Lembaga Penjaminan, dan Perbankan pada tanggal 9 Oktober 2007

sebagaimana kemudian diubah dengan addendum pada tanggal 14 Mei 2008

Tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi atau yang lebih populer dengan istilah Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Melalui program KUR, pemerintah mengharapkan adanya akselerasi/percepatan pengembangan kegiatan perekonomian terutama di sektor riil, dalam rangka penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja (Djoko Retnadi. 2008).

Dalam pelaksanaan atau implementasi program KUR, terdapat 3 (tiga) pilar penting yaitu: pemerintah yang berfungsi membantu dan mendukung pelaksanaan pemberian kredit berikut penjaminan kredit, Lembaga Penajaminan yang bertindak selaku penjamin atas kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh Perbankan, dan Perbankan sebagai penerima jamianan berfungsi menyalurkan kredit kepada UMKM dan Koperasi dengan menggunakan dana internal masing-masing. Mengacu pada landasan hukum KUR tersebut di atas, skema program


(12)

KUR memiliki perbedaan baik dibandingkan dengan program pemberdayaan/bantuan kepada masyarakat maupun dengan skema kredit program lain yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah. KUR merupakan Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi yang dibiayai sepenuhnya dari dana perbankan, diberikan kepada UMKM dan Koperasi baru dengan plafon kredit maksimal Rp. 500 juta. Usaha yang dibiayai merupakan usaha produktif yang feasible namun belum bankable. Suku bunga ditetapkan maksimal 24 % efektif per tahun untuk plafon kredit sampai dengan Rp 5 juta dan maksimal 16 % efektif per tahun untuk plafon kredit di atas Rp 5-500 juta.

Secara nasional, penyaluran KUR yang dilakukan oleh 6 (enam) bank pelaksana KUR sampai dengan akhir Desember 2008 tercatat sebesar Rp. 12.624,2 miliar untuk 1.671.668 nasabah. Secara sektoral terdapat dua sektor ekonomi yang menyerap program KUR terbesar yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan porsi mencapai 58,5 % atau Rp. 7.388 miliar dan sektor pertanian dengan porsi 21,9 % atau 2.769,3 miliar dari total KUR yang disalurkan.

Berbicara mengenai pengembangan usaha kecil, hal tersebut tidak terlepas dari segi permodalan (kredit). Dimana melalui program KUR pengusaha kecil dapat memperoleh akses kredit yang dapat digunakan sebagai modal untuk memulai dan membuka usaha baru yang produktif. Selain itu juga, modal atau kredit akan meningkatkan gairah masyarakat dalam menjalankan berbagai jenis kegiatan usaha melalui kreatifitas dan inisiatif sendiri untuk meningkatkan taraf hidupnya atau dengan kata lain modal/kredit tersebut dapat digunakan oleh pengusaha kecil untuk memperluas dan mengembangkan usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha kecil tersebut.


(13)

Hasil penelitian yang dilakuakn oleh kementrian Negara Koperasi dan UMKM tahun 2006 memperkirakan kebutuhan kredit per unit UMKM sebesar Rp 3,87 juta untuk usaha mikro, Rp 148,54 juta untuk usaha kecil, dan Rp 1.241 miliar untuk usaha menengah. Rata-rata kebutuhan UMKM adalah sebesar Rp 6,81 juta, sehingga total kebutuhan kredit untuk UMKM yang diperkirakan sekarang ini jumlahnya mencapai lebih dari 49 juta, adalah sebesar Rp 333,70 triliun. Sampai dengan akhir Desember 2010 penyaluran KUR sudah mencapai Rp 30,6 Triliun. Jumlah ini memang terlihat cukup besar dan sudah melebihi target yang ditetapkan yaitu Rp 30 triliun (Teuku Syarif. 2011).

Pada lingkungan masyarakat pedesaan di Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, banyak terdapat rentenir, atau pengijon yang memberikan bantuan permodalan kepada para pengusaha kecil dengan menggunakan jaminan berupa harta benda yang dimiliki oleh para pengusaha kecil. Hal ini memang dapat membantu permasalahan keuangan yang dihadapi para pengusaha kecil, tetapi hal tersebut hanya dapat menyelesaikan secara sementara dan setelah itu para pengusaha kecil akan mendapatkan masalah baru yaitu pengembalian pinjaman yang disertai dengan tingkat bunga yang tinggi yaitu 5 % sampai dengan 15 % per bulan. Bagi pengusaha kecil yang terlambat membayar utang yang diberikan oleh rentenir tersebut, juga akan dikenakan denda dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Oleh sebab itu, pengusaha kecil justru akan mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya serta pengembalian pinjaman kepada pihak pemberi pinjaman yaitu rentenir atau ijon.

Sehingga kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat ini, diharapkan sesuai dengan kemampuan pengusaha kecil dalam


(14)

hal penggunaan kredit secara selektif guna mencapai tujuan yang diharapkan serta tidak membebani pengusaha kecil. Pelaksanaan dari Kredit Usaha Rakyat ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil dalam mendapatkan tambahan modal usaha yang mereka butuhkan dengan kredit yang terjangkau dan prosedur yang sederhana. Dengan tambahan modal yang didapatkan oleh pengusaha kecil diharapkan dapat meningkatkan serta mengembangkan usaha yang dimiliknya.

Melihat keberadaan sektor usaha kecil dan menengah yang dikelolah oleh pengusaha golongan ekonomi lemah (pengusaha kecil) dan permasalahan yang dihadapi pengusahanya terutama tentang keterbatasan dana (keterbatasan modal), serta melihat potensi besar yang dimiliki pengusahanya yang layak untuk dikembangkan, maka atas dasar pemaparan tersebut penulis menetapkan judul “Implementasi Kredit Usaha Rakyat Dalam Mengembangkan Usaha Kecil (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Kantor Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan).”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah jalan penelitian tersebut. Suharsimi Arikunto (1993;17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.


(15)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Program Kredit Usaha Rakyat Dalam Mengembangkan Usaha Kecil pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat

(KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Tolan Pekan.

2. Melihat hubungan yang ditimbulkan dari pemberian kredit yang dilakukan

oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Tolan Pekan dalam peningkatan pendapatan dan pengembangan usaha kecil dan menengah yang dikelolah oleh pengusaha kecil.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau


(16)

Tolan Pekan dalam peningkatan usaha kecil dan menengah yang dikelolah oleh pengusaha kecil.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen ilmu Administrasi Negara.

1.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono, 2004:41) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Oleh sebab itu, untuk memudahkan penulis dalam menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang disorot. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Implementasi

1.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Menurut Pressman dan Wildavsky (dalam Tangkilisan 2003 : 17), implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.


(17)

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan menurut Tangkilisan (2003 : 18) adalah :

1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan. 2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program

ke dalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990 :59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan oleh wahab (1990:51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya


(18)

sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.

Van Master dan Van Horn (dalam Wahab, 1990:51), merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelii (Wibawa, 1994 :19), implementasi adalah sebagai berikut :”Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”.

Selanjutnya Jones (dalam Hesel Nogi, 2002 :23) menyebutkan apakah implementasi program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:

1. Organisasi

Maksudnya di sini adalah bahwa organisasi/instansi PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk yang selanjutnya organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut.

Sumber daya manusia yang berkualitas yang berkaitan dengan kemapuan pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pegawai dalam hal ini adalah


(19)

petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat. Agar tugas-tugas dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap unsur dituntun memiliki kemampuan yang memadai dengan bidang tugasnya.

2. Interpretasi

Maksudnya di sini adalah agar implementasi dapat dilaksanaan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal tersebu dapat dilihat dari :

a. Sesuai dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Sesuai dengan petunjuk pelaksana, berarti pelaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijaksanaan yang bersifat aministratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.

c. Sesuai dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah

dirumuskan bantuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisian dan efektif, rasional dan realistis.

3. Penerapan

Maksud penerapan disini yaitu peraturan kebijakan yang berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana


(20)

untuk dapat melihat ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Hal ini dapat dilihat dari :

a. Program kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam

pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara inti kegiatan yang terdapat di dalamnya.

b. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga

tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.

c. Jadwal kegiatan disiplin berarti program yang sudah ada harus dijadwalkan

kapan dimulai dan diakhirinya agar mudh dalam megadakan evaluasi. Dalam hal ini diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program yang sudah ditentukan sebelumnya.

1.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan

Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam, manusia maupun biaya) dan diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk transformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi pola-pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah kebijakan diputuskan. (http://hykurniawan.wordpress.com/2010/02/26/konsep-implementasi-kebijakan-publik/)


(21)

Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan publik perlu diketahui variabel atau faktor-faktor penentunya. Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2007 : 155) mengemukakan delapan variabel penting yang tercakup dalam suatu proses implementasi, yaitu :

1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan Kebijakan

Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan kinerja kebijakan. Identifikasi indikator-indikator kinerja merupakan tahap penting dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan, yang kemudian dapat digunakan dalam mengurai tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

2. Sumber-Sumber Kebijakan

Sumber-sumber kebijakan layak mendapat perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup

dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan memperlancar

implementasi yang efektif. Dalam beberapa kasus, besar kecilnya dana akan menjadi faktor yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.

3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan

Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dipahami oleh individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar pada ketepatan komunikasi antar pelaksana kebijakan, dan konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi.


(22)

4. Karateristik Badan-Badan Pelaksana

Dalam melihat karateristik badan-badan pelaksana, pembahasan ini tidak bisa lepas dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karateristik, norma dan pola-pola hubungan dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan, baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan.

5. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, partisipasi publik yang ada di lingkungan serta lingkungan yang mendukung keberhasilan atau pun menolak implementasi kebijakan.

6. Kecenderungan Pelaksanaan

Arah kecenderungan pelaksanaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang sangat penting. Penerimaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang diterima secara luas oleh pelaksana kebijakan akan menjadi pendorong keberhasilan bagi implementasi kebijakan.

7. Kaitan Antara Komponen-Komponen Model

Komponen yang dimaksud disini ukuran-ukuran dasar dan tujuan, komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya, karateristik dari badan pelaksana dan kecenderungan para pelaksana yang semuanya saling berkaitan dalam mengimplementasikan kebijakan.

8. Masalah Kapasitas

Kapasitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi implementasi kebijakan. Hal ini menyangkut staf yang terlatih dan banyaknya


(23)

pekerjaan yang dikerjakan, sumber-sumber keuangan dan hambatan-hambatan waktu yang bisa menjadikan implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik.

Selain kedelapan variabel penting yang dikemukakan Van Meter dan Van Horn tersebut, George C. Edwards III juga mengemukakan empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan. (http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/) Keempat variabel tersebut adalah:

1. Komunikasi

Proses penyampaian informasi baik antar pegawai maupun komunikasi pegawai dengan masyarakat yang dapat dilakukan melalui sosialisasi program.

2. Sumber Daya

Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya manusia yang memadai di bidang administrasi, ketersediaan informasi maupun fasilitas-fasilitas pendukung seperti perangkat teknologi informasi, perelengkapan kantor, serta sumber dana yang mencukupi untuk pelaksanaan program.

3. Disposisi atau Sikap

Disposisi atau sikap disini maksudnya adalah keinginan dan sikap dari berbagai pihak untuk mendukung suatu kebijakan. Hal ini meliputi penyempurnaan pelayanan dan adanya komitmen dari seluruh aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan prima serta adanya keinginan kuat dari masyarakat untuk terus melakukan perbaikan.

4. Struktur Organisasi

Yaitu tatanan organisasi yang mengatur pedoman kerja dan penjabaran wilayah tanggung jawab setiap aparatur pelaksana kebijakan.


(24)

1.5.2 Pengertian Bank

Istilah bank berasal dari kata “banco” (bahasa Italia) yang berarti bangku. Banco ini pada mulanya adalah tempat penukaran uang untuk memperolah uang yang berlaku disuatu tempat. Orang yang melakukannya disebut pedagang uang, sedangkan tempat penukaran uang yang dilakukan disebut “bacus”. Usaha ini kemudian berkembang dengan menrima tabungan, penitipan atau meminjamkan

uang dengan memungut bunga pinjaman. (http://manskm.blogspot.com/2009/03/pengertian-bank.html)

Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart di dalam bukunya Bank Politik

mengatakan bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang berupa uang giral. (O.P. Simorangkir, 2004:10)

Pengertian bank menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan:

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas


(25)

1.5.3 Kredit

1.5.3.1 Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Credere artinya kepercayaan, dan bahasa Latin Creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Oleh karena itu dasar dari pemberian kredit adalah kepercayaan (http://id.shvoong.com/business-management/1988528-kredit). Kredit adalah pemberian prestasi oleh suatu pihak lain yang akan dikembalikan lagi pada suatu masa teretntu disertai dengan kontra prestasi berupa bunga dengan kata lain, uang atau yang diterima sekarang akan dikembalikan pada masa yang akan datang

Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan kesepakatan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank pihak peminjam yang mewajibkan kedua belah pihak untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Rahmad Firdaus (1985:12) dalam buku Analisa kredit, menyebutkan yang dimaksud dengan kredit adalah penyerahan sesuatu yang berharga kepada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa dengan janji, bahwa di hari tertentu penerimanya akan membayarnya secara ekivalen/sebanding.

1.5.3.2 Jenis-Jenis Kredit Perbankan

Menurut Drs. Mohamad Djumhana, SH (yang dikutip oleh H. Budi Untung,SH, MM) dalam bukunya Kredit Perbankan di Indonesia mengatakan bahwa kredit terdiri dari beberapa jenis bila diluhat dari berbagai pandangan. Dalam hal ini macam atau jenis kredit yang ada juga tidak bisa dipisahkan dari kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai tujuan pembangunan. Jenis Kredit dapat dibedakan menurut beberapa kriteria, yaitu: dari kriteria lembaga


(26)

pemberi-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit,kelengkapan dokumen perdagangan.

Dari segi lembaga pemberi dan penerima kredit, dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan konsumsi

Menurut Dr. Faried Wijaya M.,M.A. (1999:46), harus dibedakan antara kredit produksi kepada dunia usaha dengan kegiatan konsumsi masyarakat. Pemberian kredit kepada masyarakat unuk konsumsi yaitu suatu bank memberikan kredit berupa cicilan dalam pembelian barang-barang konsumsi seperti mobil, sepeda motor, dan perabot rumah tangga lainnya. Sedangkan kredit perbankan untuk kegiatan usaha dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

(1) Kredit Investasi

Kredit investasi ini merupakan program pemerintah yang ditujukan untuk mendorong kegiatan usaha kecil dengan kesempatan kerja yang besar atau usaha padat tenaga kerja. Pemberian kredit investasi ini ditujukan dalam pemberian fasilitas bagi pengembangan dunia usaha yang bersifat padat modal.

(2) Kredit Eksploatasi

Kredit eksploatasi merupakan program kredit perbankan yang berhubungan dengan pembiayaan modal kerja berjangka pendek kepada dunia usaha.


(27)

Kredit untuk gongan Ekonomi Lemah ini mulai dilaksanakan sejak Repelita III, yang merupakan program pemerintah untuk membantu dan mengembangkan produsen dan golongan ekonomi lemah di bidang industry kecil dan menengah, pengolahan hasil-hasil pertanian dan jasa-jasa serta perdagangan. Pelaksanaan dari kredit untuk golongan Ekonomi Lemah ini diberikan dalam bentuk program pemberian kredit KIK (Kredit Industri Kecil) dan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pemberian kredit ini diharapkan akan menaikkan pendapatan pengusaha kecil disamping itu juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan juga dapat menciptakan kesempatan kerja cukup besar.

2. Kredit Likuiditas

Kredit likuiditas merupakan kredit yang diberikan oleh Bank sentral kepada bank-bank yang beroperasi di Inonesia, yang selanjutnya digunakan untuk membiayai perkreditannya. Kredit ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia sesuai dengan pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968, Yaitu memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas atas urusan kredit tersebut.

3. Kredit Langsung

Kredit langsung merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah


(28)

1. Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening Koran, kredit penjualan, kredit pembeli, dan kredit wesel.

2. Kredit jangka Menengah

Yaitu kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun. 3. Kredit jangka Panjang

Kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun

Dilihat dari segi besar-kecilnya aktivitas perputaran perusahaan, maka kredit dapat digolongkan menjadi:

1. Kredit kecil

Yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil. Kredit ini dilaksanakan berdasarkan kebijaksanaan Januari 1990 yang mengharuskan bank-bank menyalurkan 20% kreditnya kepada kegiatan usaha kecil (Kredit Usaha Kecil) yang realisasinya sebagai penilaian kesehatan sebuah Bank.

2. Kredit Menengah

Yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar daripada pengusaha kecil

3. Kredit Besar

Yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya besar. Dan biasanya kredit digunakan untuk memperluas jaringan usaha perusahaannya.


(29)

1.5.3.3 Fungsi dan Manfaat Kredit Perbankan

Fungsi kredit perbankan dapat dirasakan baik oleh dunia usaha maupun bagi lembaga keuangan pemberi kredit tersebut.

Bagi dunia usaha, kredit dapat berfungsi sebagai:

1. Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau

meningkatkan usahanya

2. Pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat

diperoleh dari keuntungan usahanya

Bagi lembaga keuangan, kredit dapat berfungsi sebagai penyalur dana masyarakat dalam bentuk kredit kepada dunia usaha

Selain tiu juga, Pemberian kredit perbankan dapat bermanfaat bagi debitur atau penerima pinjaman dan juga bermanfaat bagi lembaga keuangan sebagai pemberi kredit.

Bagi debitur atau bidang usaha:

1. Memberi keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan

berkembangnya usaha.

2. Dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi pengusaha untuk

mengembangkan usahnya.

Bagi lembaga keuangan, kredit dapat berfungsi sebagai memberi keuntungan dari selisih bunga pemberian kredit atau jasa lainnya.


(30)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu jenis kredit yang terbentuk dari hasil kerjasama dengan pemerintah. Kredit ini diberikan melalui bank sebagai kreditur atau penyedia dana untuk masyarakat yang ingin membangun usaha sendiri. Karena merupakan bagian dari program kerja pemerintah maka pengucuran dari KUR ini umumnya dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) dimana Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank milik negara.

KUR ini adalah kredit yang ditujukan bagi peminjam yang ingin merintis usaha sendiri tetapi masih dengan skala mikro, kecil dan menengah. Bank Rakyat Indonesia sendiri memiliki komitmen untuk untuk membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk komitment itu adalah dengan dibukanya Kredit untuk Modal usaha bagi UMK dan koperasi yang disebut dengan KUR. KUR ini merupakan alternatif bagi Usaha Kecil, Mikro dan Koperasi untuk mendapatkan modal usaha. Kendala yang seringkali dihadapi oleh pengusaha Kecil, Mikro dan Koperasi adalah masalah permodalan di dalam mengembangkan usahanya.

KUR sendiri pertama kali diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007. Tujuan diluncurkannya KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM, untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi dan untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Sampai dengan akhir tahun 2006, jumlah unit UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Indonesia mencapai angka 48,8 juta unit usaha. Namun demikian, dari jumlah tersebut, yang telah memperoleh kredit dari perbankan hanya sekitar 39,06% atau 19,1 juta, sehingga sisanya sejumlah 29,7 juta sama sekali belum tersentuh


(31)

perbankan. Dari sejumlah 48,8 juta UMKM tersebut ternyata 90 persennya adalah Usaha Mikro yang berbentuk usaha rumah tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, di mana pada skala inilah paling banyak menyerap tenaga kerja (pro job) dan mampu menopang peningkatan taraf hidup masyarakat (pro poor).

Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Perseorangan, kelompok atau koperasi dapat mengakses program ini dengan kredit maksimum Rp 500 juta. Sumber dana adalah bank yang ditunjuk dengan tingkat bunga maksimum 16 persen per tahun. Persentase kredit yang dijamin adalah 70 persen dari alokasi total kredit yang disedikan oleh bank tersebut. Masa pinjam kredit untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi. Untuk agribisnis, bidang usaha yang layak adalah input produksi hingga penyediaan alat dan mesin pertanian, aktivitas on-farm, dan pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. Secara nasional penyaluran KUR banyak diarahkan ke sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 55 % dari total penyaluran KUR diikuti dengan penyaluran ke sektor pertanian sebesar 27 % dan sektor lain sebesar 9 %.

Ada tiga Skim yang dapat dilayani oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini yaitu :

1. KUR Ritel

Untuk KUR Ritel, Modal usaha dengan plafond Rp. 5 Juta s/d Rp. 500 juta dapat di layani Kantor cabang BRI dan Kantor Cabang Pembantu.


(32)

Untuk KUR Mikro, Modal Usaha dengan plafond dibawah Rp. 5 juta, dapat dilayani oleh BRI Unit.

3. KUR Linkage

KUR Linkage, ditujukan untuk BKD, KSP/USP, BMT, LKM lainnya dapat dilayani di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu. Plafond kredit Rp. 5 Juta s/d Rp. 500 juta. Pinjaman LKM ke end user maksimal Rp. 5 juta.

1.5.4.1 Syarat Pemberian Kredit Usaha Rakyat

Dalam penyaluran dana KUR, BRI menetapkan beberapa syarat dalam pengajuan KUR itu sendiri terhadap calon penerimanya atau disebut juga debitur. Syarat-syarat dalam bentuk berkas-berkas yang harus dilengkapi oleh debitur dalam peminjaman KUR yang diberlakukan oleh BRI tersebut antara lain yaitu: BRI sebagai kreditur tentu saja harus memperhatikan kondisi dan latar belakang dari krediturnya dah harus benar-benar teliti menilai permohonan kredit dari debitur sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada yaitu:

1. Bank hanya memberikan kredit apabila permohonan kredit diajukan secara

tertulis. Hal ini berlaku baik untuk kredit baru, perpanjangan jangka waktu, tambahan kredit, maupun permohonan perubahan persyaratan kredit,

2. Permohonan kredit harus memuat informasi yang lengkap dan memenuhi

persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank itu sendiri,

3. Bank harus memastikan kebenaran data informasi yang disampaikan dalam


(33)

1.5.4.2 Tahap-Tahap Pengajuan dan Pemberian Kredit Usaha Rakyat

Adapun tahap-tahap dalam mengajukan permohonan KUR terhadap Bank Rakyat Indonesia antara lain adalah :

1. Calon debitur mengajukan permohonan KUR secara tertulis kepada pihak BRI Unit Tolan Pekan. Calon debitur KUR datang ke kantor BRI Unit Tolan Pekan, kemudian dengan dibantu oleh Customer Service, calon debitur KUR mengisi formulir pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan KUR yang sudah disediakan pihak bank, kemudian ditandatangani oleh pemohon. Calon debitur KUR diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal pengajuan permohonan KUR. KUR diperkenalkan sebagai kredit yang mudah didapat, maka syarat-syarat yang ditetapkan pun sangat sederhana. Syarat-syarat yang perlu disertakan adalah bukti identitas diri berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), fotokopi Kartu Keluarga (KK), dan Surat Keterangan Usaha.

2. Tahap Analisis Kredit/ Tahap Pemeriksaan

Berdasarkan arahan Bank Indonesia sebagaimana termuat dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, setiap permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus dianalisis secara tertulis dengan pinsip sebagai berikut :

a. Bentuk, format, dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit,

b. Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total permohonan

kredit. Ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit tidak boleh berdasarkan semata-mata atas pertimbangan permohonan untuk satu


(34)

transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus didasarkan atas dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon kredit yang telah diberikan dan atau akan diberikan secara bersama-sama oleh bank,

c. Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif yang

sekurang-kurangnya meliputi menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet; penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan bank; menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit.

d. Analisa kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian tentang

prinsip 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit yang dititikberatkan pada hasil usaha yang dilakukan pemohon serta menyediakan aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi bank atas resiko yang mungkin timbul,

e. Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai pula bank yang bertindak sebagai bank induk.

Bagaimanapun arahan diatas, tetap terbuka peluang bagi bank-bank untuk mengatur kebijakan kreditnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bank itu sendiri. BRI Unit Tolan Pekan dalam melakukan analisis kredit pun mempunyai kebijakan sendiri yang tentunya tetap berpedoman pada arahan Bank Indonesia. Laporan keuangan calon debitur merupakan salah satu data pokok mutlak dalam hal analisis.


(35)

Pada tahap pemeriksaan, setelah syarat-syarat dilengkapi, pihak BRI Unit Tolan Pekan dalam hal ini Mantri (account officer) akan melakukan checking serta peninjauan langsung ke lapangan tentang layak atau tidaknya calon debitur kredit usaha rakyat diberikan pinjaman dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan permohonan KUR tersebut antara lain :

a. Mencocokan fotokopi bukti diri/ identitas lain sesuai dengan aslinya.

b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha calon debitur kredit

usaha rakyat. Misalnya: tentang modal, tentang pinjaman pada pihak lain,dll. Tujuannya adalah untuk menganalisis apakah calon debitur mampu mengembalikan pinjaman atau tidak.

c. Menanyakan tentang keuntungan dari usaha calon debitur kredit usaha rakyat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membayar pinjaman.

3. Tahap Pemberian Putusan Kredit

Tahap ini, calon debitur akan memperoleh keputusan kredit yang berisi persetujuan akan adanya pemberian kredit usaha rakyat sesuai permohonan yang diajukannya. Keputusan persetujuan permohonan kredit berupa mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Pihak BRI Unit Tolan Pekan akan memberitahukan kepada calon debitur untuk mengkonfirmasi kembali beberapa hari menurut hari yang telah ditentukan oleh pihak bank setelah pengajuan permohonan kredit. Biasanya pemberian putusan dilakukan 3-5 hari setelah pendaftaran permohonan kredit usaha rakyat.

Pada BRI Unit Tolan Pekan, sebelum pemberian putusan kredit, Kepala Unit BRI Unit Tolan Pekan wajib meneliti dan memastikan bahwa


(36)

dokumen-dokumen yang berkaitan atau yang mendukung pemberian keputusan kredit masih berlaku lengkap, sah, dan berkekuatan hukum. Setiap pejabat yang terlibat dalam kebijakan persetujuan kredit harus mampu memastikan hal-hal berikut (Rachmat Firdaus, 2003 :51) :

a. Setiap kredit yang diberikan telah sesuai dengan prinsip perkreditan yang

sehat dan ketentuan perbankan lainnya,

b. Pemberian kredit telah sesuai dan didasarkan pada analisis kredit yang jujur,

objektif, cermat, dan seksama (menggunakan 5C’s principles) serta

independent,

c. Adanya keyakinan bahwa kredit akan mampu dilunasi oleh debitur. Kebijakan

dari BRI Unit Tolan Pekan, yang dapat diberikan kredit usaha rakyat ini adalah debitur yang memiliki usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). BRI Unit Tolan Pekan tidak turut serta menyertakan koperasi, karena sampai saat ini BRI Unit Tolan Pekan belum memberlakukan Linkage Program dimana kredit terhadap UMKM dapat disalurkan melalui koperasi.

4. Tahap Pencairan Kredit/Akad Kredit.

Setiap proses pencairan kredit (disbursement) harus terjamin asas aman, terarah, dan produktif dan dilaksanakan apabila syarat yang ditetapkan dalam perjanjian kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit (Rachmat Firdaus, dkk. 2003 : 52). Setelah semua persyaratan terpenuhi dan pemberian kredit diikat oleh perjanjian kredit maka debitur dapat mengambil dana pinjaman yang telah dimohonkan kepada bagian teller BRI Unit Tolan Pekan.


(37)

Tahap akad kredit pencairan meliputi beberapa tahap yaitu tahap persiapan pencairan, penandatangan perjanjian pencairan kredit, fiat bayar dan pembayaran pencairan kredit. Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah pada tahap akad kredit adalah:

1) Persiapan Pencairan

Setelah Surat Keterangan Permohonan Pinjam (SKPP) diputus, Costumer Services mencatatnya pada register dan segera mempersiapkan pencairan sebagai berikut :

a. Memberitahukan pada calon debitur bahwa permohonan KUR nya telah

mendapat persetujuan atau putusan dan kepastian tanggal pencairannya.

b. Menyiapkan Surat Pengakuan Hutang

c. Mengisi kuitansi pencairan KUR

2) Penandatanganan Perjanjian Pencairan KUR

Berkas atau kelengkapan pencairan disini adalah Surat Pengakuan Hutang, sebelum penandatanganan berkas pencairan kredit usaha rakyat, Customer Service harus memastikan bahwa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pencairan kredit usaha rakyat telah ditandatangani oleh debitur sebagai bukti persetujuan debitur. Setelah itu, Customer Service meminta debitur untuk membaca dan memahami Surat Pengakuan Hutang (SPH) dan menandatangani SPH tersebut selanjutnya diserahkan pada kepala unit untuk diperiksa. Untuk menjaga keamanan dan melaksanakan prinsip kehati-hatian maka Custumer Service mencocokkan tanda tangan dengan tanda tangan debitur pada waktu


(38)

pendaftaran, kemudian menyerahkan semua berkas kepada Kepala Unit untuk di fiat bayar.

3) Fiat Bayar

Kepala Unit memeriksa berkas tentang kebenaran dan kelengkapan pengisian berkas kredit usaha rakyat untuk dicocokkan dengan syarat yang disebutkan dalam putusan kredit, setelah yakin maka kepala unit membubuhkan tanda tangan sebagai persetujuan fiat bayar. Setelah selesai, kwitansi diserahkan pada teller dan berkas diserahkan pada customer service.

4) Pembayaran Pencairan KUR tanpa Jaminan

Pembayaran pencairan kredit usaha rakyat kepada debitur dilakukan oleh teller berdasarkan kwitansi yang diterima dari kepala unit dengan terlebih dahulu meneliti keabsahan kwitansi.

Apabila terjadi keterlambatan pencairan dana kredit usaha rakyat, disebabkan oleh banyaknya peminat yang hendak menjadi calon debitur kredit usaha rakyat, mengingat jumlah tenaga yang menangani kredit usaha rakyat tidak sebanding dengan jumlah peminat kredit usaha rakyat. Lamanya proses pencairan dana disebabkan pula oleh penerapan asas kehati-hatian dalam menyalurkan dananya dan tetap berpegang teguh pada lima prinsip dalam penilaian kondisi

nasabah atau sering disebut dengan “the five of credit analysis” (Gatot


(39)

Lima prinsip penilaian tersebut antara lain :

1. Character adalah keadaan watak atau sifat dari debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap aspek

character ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemauan dan itikad baik debitur untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Character ini merupakan faktor kunci walaupun calon debitur tersebut mampu menyelesaikan hutangnya, namun kalau tidak mempunyai itikad baik tentu akan menimbulkan kesulitan pada bank di kemudian hari (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006:114-115). Alat untuk memperoleh gambaran tentang character dari calon nasabah dapat diperoleh melalui upaya:

a. Meneliti riwayat hidup calon nasabah,

b. Meneliti reputasi calon debitur tersebut di lingkungan usahanya,

c. Melakukan bank to bank information, mencari informasi dari bank ke

bank lain tentang calon debitur,

d. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon debitur

berada,

e. Mencari informasi apakah calon debitur suka berjudi, f. Mencari informasi apakah calon debitur suka berfoya-foya.

2. Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperolah laba yang diharapkan. Penilaian ini berfungsi untuk mengukur kemampuan calon debitur dalam mengembalikan hutangnya secara tepat waktu, dari usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan sebagai berikut:


(40)

a. Pendekatan historis, yaitu menilai kemampuan yang telah lampau, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu,

b. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para

pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang menghendaki keahlian teknologi tinggi dan yang memerlukan profesionalisme tinggi,

c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon debitur mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank,

d. Pendekatan managerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan

keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan,

e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon

nasabah dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, mesin-mesin, administrasi dan keuangan, hubungan industri dan kemampuan merebut pasar.

3. Capital adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Kemampuan modal sendiri diperlukan bank sebagai alat indikator kesungguhan dan tanggung jawab debitur dalam menjalankan usahanya karena ikut menganggung risiko dalam kegagalan usaha. “Biasanya jika jumlah modal sendiri (modal netto) cukup besar, perusahaan tersebut akan kuat dalam menghadapi persaingan dari perusahaan-perusahaan sejenis” (Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, 2003 : 85).


(41)

Kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan pembiayaan sendiri dalam praktik, yang jumlahnya lebih besar daripada kredit yang dimintakan kepada bank. Bentuk pembiayaan ini tidak harus dalam bentuk uang tunai, namun juga bisa dalam bentuk barang modal, seperti: tanah, bangunan, mesin-mesin dan sebagainya.

4. Collateral adalah barang-barang yang diserahkan debitur sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis jaminan, lokasi, bukti kepemilikkan, dan status hukumnya, untuk menghindari terjadinya pemalsuan bukti kepemilikan, maka sebelum dilakukan pengikatan harus diteliti mengenai status yuridisnya bukti pemilikan dan orang yang menjaminkan. Hakikatnya, bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, tetapi juga yang tidak berwujud atau non material seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi, avalis.

Penilaian ini dapat dilihat dari dua segi berikut:

a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan

diagunkan.

b. Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.

5. condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, yang mempengaruhi usaha calon debitur di kemudian hari. Penelitian mengenai hal-hal seperti keadaan konjungtur, peraturan-peraturan pemerintah, situasi politik, dan perekonomian politik perlu diadakan untuk mendapat gambaran mengenai hal-hal tersebut.


(42)

Kelima prinsip di atas yang paling perlu mendapatkan perhatian account officer adalah character, karena apabila prinsip ini tidak terpenuhi, prinsip lainnya tidak berarti, atau dengan kata lain permohonannya harus ditolak.

1.5.5 Usaha Kecil

1.5.5.1 Pengertian Usaha Kecil

Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995, Usaha Kecil merupakan usaha produktif dengan skala kecil. Usaha Kecil memiliki kriteria kekayaan bersih paling tinggi Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha kecil memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah).

Selain itu juga, menurut UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM dalam Pasal 1, dinyatakan bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana yang dimaksud dalam UU tersebut. (Tulus T.H. Tambunan, 2009:16)

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industry rumah tangga.

1.5.5.2 Karakteristik Usaha Kecil


(43)

1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;

2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk

NPWP;

5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira

usaha;

6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik

seperti business planning.

Menurut UU No 9 tahun 1995, Kriteria Usaha Kecil yang dimaksudkan adalah:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau,

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu

milyar rupiah)

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.


(44)

5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

1.5.5.3 Kelemahan Usaha Kecil di Indonesia

Usaha kecil walaupun dalam pelaksanaannya sangat dibutuhkan karena akan menciptakan dunia usaha baru, tetapi pada kenyataanya, Usah Kecil masih memiliki banyak kelemahan, seperti:

1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan

operasi. Kebanyakan industry kecil dijalankan oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

2. Rendahnya akses Industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal,

sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri.

3. Sebagian besar usaha kecil belum mempunyai status Badan Hukum yang

jelas.

4. Masalah akses terhadap teknologi

5. Masalah mendapatkan bahan baku karena sulitnya bersaing dengan

perusahaan yang bermodal besar.

Berdasarkan dari kelemahan di atas, maka strategi pengembangan atau pemberdayaan yang diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam (Mudrajad Kuncoro, 2000):

1. Aspek managerial, yang meliputi peningkatan produktivitas, meningkatkan


(45)

2. Aspek permodalan yang meliputi bantuam modal dan kemudahan kredit.

3. Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem

Bapak-Anak Angkat, PIR, Keterkaitan hulu-hilir (forward linkage),

keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.

4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk

PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).

5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok

Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995 : 33)

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka definisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi Kredit Usaha Rakyat adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang berupa pembiayaan modal kerja dan atau investasi usaha kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable


(46)

2. Pengembangan Usaha Kecil adalahupaya yang dilakukan untuk membantu usaha kecil dalam mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki guna meningkatkan atau mengembangkan usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh.

1.7 Konsep Berpikir

Implementasi Kredit Usaha Rakyat: 1. Sumber Kebijakan, berupa:

kebijakan analisis kredit, kebijakan terhadap kredit lancar atau usaha kecil yang meningkat, kebijakan terhadap kredit macet atau bermasalah, kebijakan adanya agunan tambahan, pengawasan (monitoring), administrasi/ prosedur.

2. Kapasitas yang meliputi: kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman tepat waktu, kemampuan debitur dalam menggunakan kredit secara optimal, besarnya dana yang diberikan, dan jangka waktu.

3. Sumber daya, berupa:

kemampuan/ kualitas pegawai, sikap pegawai, serta fasilitas.

4. Komunikasi, baik komunikasi yang bersifat intern maupun komunikasi yang bersifat ekstern yaitu antar pihak Bank Rakyat Indonesia dengan masyarakat atau pelaku usaha kecil.

Sasaran Usaha Kecil

Tujuan Mengembangkan


(47)

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara menyusun suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang dianalisis dari variabel tersebut (Masri Singarimbun, 1995:46). Sedangkan indikator adalah fakta-fakta, kejadian yang digunakan untuk mengukur suatu variabel.

Adapun indikator-indikator yang dapat mengukur variabel-variabel tersebut antara lain, adalah:

1. Implementasi Kredit Usaha Rakyat, yang dimana dapat diukur melalui

indikator:

a. Sumber Kebijakan, yang dapat diukur melalui: i. Kebijakan dalam analisis kredit

ii. Kebijakan Terhadap kredit lancar atau usaha kecil yang

meningkat.

iii. Kebijakan terhadap kredit macet atau kredit bermasalah.

iv. Kebijakan adanya agunan tambahan.

v. Pengawasan (monitoring)

vi. Administrasi atau prosedur KUR

b. Masalah Kapasitas, yang dapat diukur melalui:

i. Kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman tepat

waktu.

ii. Kemampuan dalam menggunakan kredit secara optimal untuk


(48)

iii. Jumlah dan besarnya dana KUR yang diberikan.

iv. Jangka waktu kredit.

c. Sumber Daya, yang dapat diukur melalui:

i. Kemampuan pegawai untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan standar dan prosedur yang ditetapkan.

ii. Sikap para pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

masing-masing dalam memberikan pelayanan.

iii. Fasilitas-fasilitas pendukung dan prosedur administrasi terkait pelaksanaan KUR.

d. Komunikasi antara pihak bank dengan nasabah/ debitur KUR yang

juga merupakan pelaku usaha kecil.

2. Pengembangan Usaha Kecil, indikatornya:

a. Aspek managerial, yang dapat diukur melalui:

i. Peningkatan produktivitas dan omset

ii. Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan

kewirausahaan

iii. Membuat administrasi keuangan/ pembukuan sederhana

iv. Meningkatkan semangat dalam mengembangkan usaha

b. Aspek Permodalan, yang dapat diukur melaui:

i. Bantuan dalam menjalankan usaha


(49)

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengukuran skor, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.


(50)

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.


(51)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990:64) bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat actual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggabarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

2.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

2.3Informan Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hendarso dalam Usman (2009:56) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga objek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penlitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

informan dalam penelitian ini meliputi informan kunci, informan utama, dan informan tambahan. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan


(52)

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Informan utama yaitu mereka yang terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. Informan tambahan adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan.

Sehingga sesuai dengan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu Kepala Unit PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Unit Tolan Pekan. Informan utama dalam penelitian ini adalah Mantri (Account Officer) PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Unit Tolan Pekan. Sedangkan informan tambahannya adalah pelaku usaha kecil yang juga merupakan nasabah/debitur KUR BRI Unit Pekan Tolan.

2.4Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara, yaitu:

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:

a. Metode Quesioner (Angket), yaitu berisikan format daftar pertanyaan

yang memberi pilihan jawaban pada responden dan berkaitan dengan permasalahan penelitian.


(53)

b. Metode wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari para informan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

c. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke lapangan.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka yang diperlukan untuk mendukung data primer. Adapun bentuk pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah:

a. Penelitian kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai literature seperti buku, karangan ilmuah, dan sebagainya.

b. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang dianggap relevan dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang


(54)

diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Jadi, teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(55)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Umum PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran Bank Rakyat Indonesia.

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks


(56)

BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indoensia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah.

PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.

Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor


(57)

Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT, dan 357 Pos Pelayanan Desa.

3.2 Visi dan Misi dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Bank Rakyat Indonesia memiliki visi: menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

Adapun yang menjadi misi Bank Rakyat Indonesia yang harus dilaksanakan antara lain adalah:

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan

pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang

tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

3.3Tujuan Program Penjaminan Kredit

Tujuan dari program penjaminan kredit yang diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) yaitu:

1. Mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha


(58)

2. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) dan Koperasi kepada lembaga keuangan;

3. Dalam rangka penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan

perluasan kesempatan kerja.

3.4Pola Kredit Usaha Rakyat

Pola Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan kredit modal kerja atau kredit investasi dengan plafon kredit sampai denbgan Rp. 5.000.000,- yang diberikan kepada usaha mikro yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin, usaha mikro yang merupakan usaha produktif yang layak, dan besarnya penjamin maksimal 70% dari plafon kredit.

3.5Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Ketentuan di dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dibagi kedalam beberapa tahap, yaitu:

(a)Nasabah atau debitur; (b) Sumber dana sepenuhnya dari bank pelaksana; (c) Besarnya kredit maksimum Rp. 500.000.000,-; (d) Suku bunga maksimum 16% per tahun, untuk plafon di atas Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,-. Untuk plafon kredit yang lebih besar dari Rp. 5.000.000,- baik yang langsung maupun tidak langsung suku bunga maksimum efektif adalah 24% per tahun; (e) presentase jumlah penjaminan oleh perusahaan penjamin sebesar 70% dari kredit atau pembiayaan yang diberikan perbankan; (f) Penilaian kelayakan usaha debitur dan kepuasan kredit sepenuhnya menjadi kewenangan bank pelaksana.


(59)

3.6 Jumlah Pegawai dan Struktur Organisasi

Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Pekan Tolan ini terdiri dari 1 orang Kepala Unit, 1 orang Mantri Unit, 1 orang Deskman atau Kepala Tata Usaha Pembukuan, dan 2 orang Teller dan sebagai tambahan ada 1 orang petugas keamanan (Satpam) atau Security. Jam kerja dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan ini dimulai dari pukul 08.00 – 14.30 WIB.

Gambar 1

Bagan dan Struktur Organisasi PT. BRI (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan Kepala Unit

Heskia B. Ginting

Pos Pelayanan Unit Fungsi (Account Officer)

Bisnis Mikro

Teller Diana H Sriwahyuni Customer

ServicesSupran Mahawi Mantri


(60)

3.7Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai

Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan memiliki struktur organisasi yang terdiri dari beberapa pegawai yang memiliki tugas dan fungsi dari jabatan yang mereka miliki. Berikut adalah tugas-tugas pokok dan fungsi para pegawai di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan dimulai dari jabatan tertinggi, yakni:

1. Kepala Unit, yang memiliki tugas pokok dan fungsi seperti:

a. Memimpin kantor unit di wilayah kedudukannya dan bertindak untuk

dan atas nama direksi baik di dalam maupun di luar pengadilan dalam hubungannya dengan pihak lain atau pihak ketiga di wilayah kerjanya yang berkaitan dengan usaha bank.

b. Mengelola keuangan dan harta kekayaan bank dan seluruh kegiatan

kantor unit berdasarkan prinsip-prinsip ketatalaksanaan yang sehat dan tertib administrasi sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan direksi.

c. Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan dan peralatan kerja untuk

menunjang operasional kantor unit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Pemeliharaan hubungan kedinasan dalam rangka kerja sama antar

instansi pemerintah maupun swasta ataupun lembaga perbankan/non perbankan di wilayah kantor unit untuk memperlancar kegiatan usaha bank.

e. Mengoptimalisasi pendayagunaan tenaga kerja dan peralatan guna


(61)

hubungan yang baik dengan sesama karyawan sehingga tercapai kerja yang maksimal.

f. Bertanggung jawab atas kebenaran penyusunan laporan keuangan

secara berkala dan laporan lainnya yang berhubungan dengan kantor unit.

g. Mengusahakan pengambilan kredit yang telah diterbitkan dengan cara

yang dapat dipertanggungjawabkan.

h. Mengadakan koordinator dan pengawasan terhadap tugas-tugas yang

diberikan kepada bawahan dengan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas tersebut.

2. Mantri Unit, yang memiliki beberapa tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Menangani analisis kredit bagi peminjaman uang di bank dan

memastikan bahwa semua data yang diajukan oleh calon debitur itu sudah memenuhi syarat, benar dan layak untuk menerima dana kredit. b. Melakukan peninjauan langsung ke lokasi dari calon debitur yang akan

menerima dana kredit yang diajukannya.

3. Deskman (customer services), yang memiliki tugas dan fungsi yaitu:

Menangani komplain ataupun masukan dari nasabah, serta memberikan solusi bagi permasalahan perbankan dan keluhan dari para nasabah. Petugas ini harus memiliki hati yang kuat untuk menahan amarah, dan bersedia mendahulukan senyum dibandingkan perasaan dan emosinya.

4. Teller, yang memiliki beberapa tugas dan fungsi seperti:

a. Melayani setoran tunai angsuran Kredit Pemilikan Rumah (KPR)


(62)

b. Melayani setoran dan pembayaran deposito.

c. Melayani penabungan dan penarikan tabungan tunai.

d. Menerima transaksi giro.

e. Mengelola kas cabang.

f. Melayani kebutuhan nasabah lainnya.

g. Melakukan transaksi penjemputan uang tunai. h. Melakukan penjualan dana keluar.

5. Security atau Satpam yang bertanggung jawab atas keamanan di sekitar kantor bank.


(1)

responden (74,3%) mengatakan bahwa perlunya pelatihan tentang kewirausahaan dalam menjalankan dan mengembangakan usaha kecil, 6 orang responden (17,1%) mengatakan tidak, dan sisanya 3 orang responden (8,6%) mengatakan tidak tahu.

Di dalam menjalankan aktivitas usahanya pelaku usaha kecil juga memerlukan administrasi keuangan atau pembukuan yang sifatnya sederhana. Tujuannya adalah untuk mengetahui aliran uang (cash flow) usaha mereka dan untuk mengetahui neraca peningkatan usaha mereka. Hal ini didukung melalui hasil wawancara dengan Mantri Bank Rakyat Indonesia yang setuju jika pelaku usaha kecil memiliki pembukuan sederhana dalam usaha mereka dan juga didukung berdasarkan jawaban responden melalui kuesioner pada tabel 23 bahwa mayoritas responden yaitu 33 orang (94,2%) mengatakan bahwa usaha yang dijalanakan memerlukan administrasi keuangan/ pembukuan sederhana dalam mengelola keuangan usaha, 1 orang responden (2,9%) mengatakan tidak, dan 1 orang responden (2,9%) mengatakan tidak tahu.

2. Aspek Permodalan

Pada dasarnya modal sangat berpengaruh terhadap lajunya kegiatan dari pada suatu usaha termasuk dalam hal ini usaha kecil. Setiap usaha membutuhkan modal untuk menjalankan kegiatan usaha dan untuk mengembangkan usaha yang ada kepada suatu usaha yang lebih baik atau lebih besar kapasitas produksinya sehingga dapat memberikan peningkatan pendapatan atau keuntungan tambabahan


(2)

Hal tersebut didukung berdasarkan jawaban responden melalui hasil kuesioner pada tabel 25 bahwa mayoritas responden sebanyak 32 orang responden (91,4%) menjawab bahwa dengan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) membantu dalam menjalankan kegiatan-kegiatan usaha. Dan sisanya 3 orang responden (8,6%) menjawab tidak tahu.

Lebih lanjut lagi, jika bantuan berupa modal tambahan yang diterima para pelaku usaha kecil tersebut dapat digunakan dengan baik atau dapat digunakan secara optimal maka tidak menutup kemungkinan bahwa usaha kecil tersebut dapat berkembang. Hal ini didukung berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit dan Mantri Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan. Tidak itu saja, dimana pernyataan tersebut juga diperkuat berdasarkan hasil kuesioner jawaban responden pada tabel 26 bahwa mayoritas responden sebanyak 32 orang responden (91,4%) menjawab bahwa dengan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) membantu dalam mengembangkan dan meningkatkan kapasitas usaha.

Berdasarkan pemaparan hasil analisis yang dilakukan melalui indikator aspek managerial dan aspek permodalan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil di Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat sudah berjalan dengan baik.


(3)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil di BRI unit Pekan Tolan Kecamatan Kampung Rakyat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa secara umum implementasi Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan sudah berjalan dengan baik, namun masih ada beberapa keluhan dari nasabah atau debitur.

2. Implementasi Kredit Usaha Rakyat(KUR) berupa pembiayaan modal kerja atau investasi usaha yang diberikan sudah mampu mengembangkan usaha kecil dimana para pelaku usaha kecil yang menerima bantuan kredit KUR dapat mempergunakannya dengan baik untuk kegiatan dan perkembangan usahanya. Selain itu juga dengan adanya bantuan dana KUR tersebut pelaku usaha kecil lebih termotivasi untuk mengembangkan usaha mereka.

3. Pengembangan usaha kecil setelah menerima bantuan kredit KUR dapat dilihat melalui aspek managerial yang meliputi: peningkatan produktivitas dan omset, pengembangan sumber daya manusia melalui kewirausahaan, sudah menggunakan pembukuan sederhana. Selain itu juga, terdapat aspek permodalan.


(4)

B. Saran

1. Walaupun implementasi program Kredit Usaha Rakyat BRI sudah baik, tetapi dalam pelaksanaan kedepannya anggaran dana/bantuan KUR yang diberikan dapat ditingkatkan sehingga banyak pelaku usaha kecil yang bisa dibantu dalam mengembangkan usaha mereka.

2. Masih terdapat beberapa keluhan dari para pelaku usaha kecil terkait pelaksanaan KUR oleh karena itu perlu koordinasi yang lebih baik lagi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program KUR sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah/debitur yang merupakan pelaku usaha kecil.

3. Para pelaku usaha kecil sangat membutuhkan bantuan dana/kredit KUR dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, maka diharapkan agar program ini dapat dipertahankan dan tidak hanya bersifat sementara guna meningkatkan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat miskin.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, H. Rachmat dan Maya Aryanti. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum.Bandung: Alfabeta

Simorangkir, O. P. 2004. Lembaga Keuangan Bank&Non Bank. Bogor: Ghalia Indonesia

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2004. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

Supramono, Gatot. 1995. Beberapa Segi Mengenai Perkreditan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta:

YPAPI

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2002. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Edisi Kedua). Jakarta: Salemba Empat

Untung, Budi. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, Solichin, A. 1990. Analisa Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Malang: Bumi Aksara

Wibawa, Samudra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta:Raja Grafindo. Wijaya,Faried. 1999. Perkreditan, Bank, lembaga-Lembaga Keuangan.


(6)

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.

SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 Tentang Analisi dan Pemeriksaan Kredit

Inpres No.6 Tanggal 8 Juni 2007 Tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM

Sumber Internet:

http://manskm.blogspot.com/2009/03/pengertian-bank.html, diakses 12 Februari 2011

http://id.shvoong.com/business-management/1988528-kredit, diakses 15 Februari 2011


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Tingkat produktivitas Hasil Panen Padi di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

13 132 73

Analisis Fasilitas Kredit Perumahan Rakyat Terhadap Kepemilikan Rumah Pada Masyarakat Kota Medan Di Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan

0 37 94

Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan

14 113 76

Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

9 138 130

Analisis Fasilitas Kredit Perumahan Rakyat Terhadap Kepemilikan Rumah Oleh Masyarakat Kota Medan Di Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan

1 41 81

Pengaruh Program Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Teluk Panji Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Teluk Panji Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 42 224

Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR) Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Bangkatan Binjai

30 200 67

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT TANPA AGUNAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA ( Persero. Tbk ) UNIT DALUNG.

0 0 16

PENANGANAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BERMASALAH PADA PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. UNIT GATOT SUBROTO DENPASAR.

0 5 45

BAB I PENDAHULUAN - Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

0 1 50